Boogaloo Kecil
Minggu 07 June 2020
Oleh : Dahlan Iskan
Menunggangi demo juga terjadi di Amerika. Penunggang itu pun ditangkap.
Tiga orang. Kulit putih semua. Tiga hari lalu.
Mereka dari kelompok "Boogaloo" --yang sangat jarang terdengar. Mereka
saling sapa dengan sebutan Boogaloo Bois. Tujuan utama kelompok ini serem:
terjadinya perang sipil jilid 2.
Anda sudah tahu: perang sipil sipil "pertama" itu terjadi 1861-1865. Antara
negara-negara bagian di selatan dengan yang di utara. Yang pro-perbudakan
dengan yang anti. (Baca DI's Way: Luka Lama).
Kelompok Boogaloo selalu ingin menunggangi apa saja. Mereka menyadari
kelompok itu sangat kecil. Awalnya ingin memanfaatkan demo-demo
anti-lockdown. Yang puncaknya terjadi di Michigan. Bulan lalu.
Tapi yang tiga orang itu jauh dari Michigan. Mereka tinggal di Las Vegas
--nun di wilayah barat. Mereka juga mengincar momen demo anti-lockdown.
Siapa tahu bisa ditunggangi. Disiapkanlah bom molotov dan gas dalam tabung.
Untuk membuat demo itu nanti rusuh.
Tapi demo anti-lockdown di Las Vegas ternyata kecil. Sulit ditunggangi.
Sebulan kemudian ulam pun tiba: George Floyd tewas. Orang berkulit hitam
itu tewas di tangan polisi kulit putih. Di Minneapolis. Muncullah demo
besar anti-rasis.
Demo besar juga terjadi di Las Vegas. Tiga orang itu pun menuju pusat kota.
Mereka membawa serta bahan peledak. Sasarannya: meledakkan gardu induk listrik.
Baik demo anti-lockdown maupun demo anti-rasis sama-sama berpotensi
menasional. Tapi yang anti-rasis ini lebih besar.
FBI sudah mengetahui rencana itu. Mereka ditangkap. Dijebloskan ke tahanan.
Mestinya. Tapi mereka membayar uang jaminan. Masing-masing Rp 15 miliar.
Untuk bisa ditahan luar.
Gerakan Boogaloo ini memang mudah dilacak. Jalinan antar Boogaloo dilakukan
lewat Facebook.
Berkat adanya medsos kehadiran kelompok ini menjadi eksis --meski tetap
sangat kecil. Hampir tidak ada artinya. Tapi ketika disatukan oleh medsos
menjadi terlihat. Terutama tiga tahun terakhir. Seragamnya pun unik
--membuat kehadiran mereka terlihat: baju atas model Hawaii.
Baju pantai yang santai itu dikombinasikan dengan kontras: mereka
bersenjata lengkap. Di banyak negara bagian Amerika yang seperti itu tidak
melanggar aturan apa-apa.
Kombinasi lain pakaian mereka sangat kekinian: mereka juga pakai masker.
Desain maskernya seperti Jocker di film-film Hollywood.
Atas nama demokrasi keberadaan kolompok Boogaloo seperti ini tidak bisa
dilarang. Mereka baru ditangkap kalau melanggar hukum.
Boogaloo adalah salah satu kanan luar dari sayap kanan Amerika. Seperti
juga Ku Klux Klan, mereka ini juga kulit putih --dan memuliakan kulit putih.
Kelompok ini merasa nasib kulit putih tidak lebih baik dari kulit hitam.
Banyak yang terbunuh.
Kata mereka: "berapa sih orang kulit hitam yang dibunuh oleh orang kulit
putih? Orang kulit hitam itu kebanyakan dibunuh oleh kulit hitam sendiri".
Mereka pun mengingatkan banyaknya korban tewas dalam perang sipil selama 4
tahun itu.
Juga korban-korban berikutnya --dari gerakan sempalan setelah itu.
Yang masih segar adalah yang terjadi 12 Maret lalu. Yang menimpa anggota
Boogaloo di Maryland.
"Saat anggota kami itu lagi tidur dengan pacarnya ditembak mati," kata mereka.
Itu mengacu pada tewasnya Duncan Socrates Lemp. Umur 21 tahun. Pada pukul
04.00 subuh. Di rumahnya sendiri. Penyergapan itu sampai mengakibatkan sang
pacar --yang lagi dikeloni-- ikut terluka.
Malam itu pihak berwajib memperoleh info: Lemp menguasai bahan peledak
terlarang. Menjelang subuh itu pintu rumah dibuka oleh pasukan SWAT --tanpa
ketukan pintu.
Menurut pihak berwajib Lemp melakukan perlawanan. Maka ditembak. Termasuk
mengenai pacar yang lagi dikeloninya.
Amerika memang seperti menyimpan api dalam sekam. Terutama tiga tahun
terakhir. "Presiden Trump telah memecah belah Amerika," ujar Jim Mattis.
Sudah setahun Mattis tidak berkomentar apa pun. Sejak ia diberhentikan oleh
Trump dari jabatan menteri pertahanan.
Kali ini Mattis tidak tahan untuk terus tutup mulut. Maka kecamannya pada
Trump itu menjadi berita utama di mana-mana.
Rangkaian demo anti-rasis memang sangat besar. Setidaknya terlihat dari
yang ditangkap: 10.000 orang. Di Los Angeles saja 3.000 orang. Di New York
2.000 orang.
Mereka umumnya melanggar jam malam. Ada juga yang karena menjarah dan
memaki polisi.
Dua hari terakhir demo itu memang reda. Terutama setelah tiga polisi yang
ikut menangani George Floyd juga dinyatakan sebagai tersangka --pembunuhan.
Suasana di jalan-jalan sudah lebih dingin. Tapi di hati mereka - -setiap
melihat Trump-- masih tetap panas membara. (Dahlan Iskan)
https://www.disway.id/r/962/boogaloo-kecil
Sent with AquaMail for Android
https://www.mobisystems.com/aqua-mail
Tidak ada komentar:
Posting Komentar