OPERASI PETRUS DI YOGYAKARTA
.
Pada tahun 1980 an, suasana kota Yogyakarta tiba-tiba berubah jadi
mencekam. Para preman yang selama itu dikenal sebagai gabungan anak liar
(gali) dan menguasai beberapa wilayah, tiba-tiba diburu oleh tim Operasi
Pemberantasan Kejahatan (OPK), yang kemudian dikenal sebagai Petrus
(Penembak misterius). Ketika melakukan aksinya, tak jarang suara letusan
senjata para penembak terdengat oleh masyarakat sehingga suasana jadi makin
mencekam. Mayat-mayat para korban penembakan atau pembunuhan misterius itu
pada umumnya mengalami luka tembak di bagian kepala, dan leher, lalu
kemudian dibuang di lokasi yang mudah ditemukan oleh penduduk sekitar.
Ketika ditemukan, mayat biasanya langsung dikerumuni warga dan menjadi
tontonan masyarakat, esok harinya, lalu menjadi headline di media massa
yang terbit di Yogyakarta.
Aksi OPK melalui modus Petrus tersebut dengan cepat menimbulkan ketegangan
dan teror bagi para pelaku kejahatan, karena korban-korban OPK di kota-kota
lainnya pun mulai berjatuhan.
.
Selama sebulan OPK di Yogyakarta, paling tidak enam tokoh penjahat tewas
terbunuh. Para korban tewas yang ditemukan rata-rata mengalami luka tembak
parah di kepala dan lehernya. Dua diantara korban OPK yang berhasil
diidentifikasi adalah mayat Budi alias Tentrem (29) dan Samudi Blekok alias
Black Sam (28). Mayat Budi yang dulu ditakuti dan dikenal lewat geng mawar
Ireng-nya, kini menjadi korban tak berdaya yang terkapar di parit di tepi
jalan daerah Bantul, Selatan Yogyakarta, kejadian itu terjadi di awal tahun
1985. Sedangkan mayat Samudi alias Black Sam, ditemukan tergeletak di semak
belukar di kawasan Kotagede yang tidak jauh dari pusat kota Yogyakarta.
.
Dari cara membuang mayatnya, jelas ada semacam pesan yang ingin disampaikan
kepada para bromocorah di Yogyakarta, yaitu agar segera menyerahkan diri,
atau menemui ajal seperti rekan-rekan mereka yang telah tewas. Selama OPK
berlangsung, paling tidak ada 60 bromocorah Yogyakarta yang menjadi korban
Petrus. Sebagian besar tewas ditembak dan beberapa yang lainnya tewas
terbunuh akibat senjata tajam. Sejumlah korban bahkan diumumkan oleh aparat
keamanan, bahwa penyebab tewasnya mereka adalah akibat pengeroyokan massa.
Salah satu korban yang diklaim aparat keamanan sebagai korban yang tewas
akibat pengeroyokan massa adalah bromocorah bernama Ismoyo.
.
Selama hidupnya, Ismoyo dikenal sebagai gali elite karena merupakan lulusan
Fakultas Sosial Politik UGM dan berstatus PNS. Sebagai ketua kelompok
preman yang sering memalak angkutan-angkutan kota di wilayahnya, gali elite
tersebut kemudian diciduk oleh aparat keamanan untuk diinterogasi. Namun
menurut versi aparat, Ismoyo mencoba melarikan diri dan kemudian tewas
akibat dikeroyok massa. Modus menyuruh bromocorah lari kemudian sengaja
diteriaki maling atau malah ditembak saat sedang lari, merupakan cara
standar yang dilakukan tim OPK untuk membereskan buruannya. Cara lain untuk
memberikan shock therapy kepada bromocorah adalah dengan menembak korbannya
puluhan kali. Cara ini diterapkan OPK saat menghabisi pentolan gali di
Yogyakarta, yaitu Slamet Gaplek. Berdasarkan info, Slamet konon kebal
peluru. Slamet Gaplek sempat melarikan diri dengan cara mematahkan borgol,
namun akhirnya tersungkur mengenaskan setelah dihujani tembakan, dan lebih
dari 20 peluru bersarang di sekujur tubuhnya.
.
Korban yang tewas dengan cara yang sadis dan mengenaskan tersebut lalu
dibuang ke tempat-tempat yang mudah ditemukan oleh warga sehingga esoknya
langsung menjadi berita yang heboh. Surat-surat kabar tentang mayat-mayat
yang berjatuhan pun menghiasi kolom-kolom depan koran dan dengan cepat jadi
pembicaraan publik. Cara seperti itu memang sangat efektif sebagai efek
shock theraphy yang sangat ampuh untuk membasmi pelaku-pelaku tindak
kejahatan meminimalisir angka kejahatan di kota-kota besar.
.
Disadur dari; majalah Angkasa Edisi Koleksi – The World's Most Shocking
Covert Operations (Delapan operasi terselubung paling menggegerkan) /
Koleksi No.75 / September / Tahun 2011
Sent with AquaMail for Android
https://www.mobisystems.com/aqua-mail
Tidak ada komentar:
Posting Komentar