Blognya alumni SMPN 1 Magelang; berbagi kenangan; berbagi rasa dan berbagi cerita.... OPEN to all of alumnus.
4.30.2020
Petani
negara indonesia ( bung karno 1952)
Sent with AquaMail for Android
https://www.mobisystems.com/aqua-mail
4.29.2020
OPERASI PETRUS DI YOGYAKARTA
.
Pada tahun 1980 an, suasana kota Yogyakarta tiba-tiba berubah jadi
mencekam. Para preman yang selama itu dikenal sebagai gabungan anak liar
(gali) dan menguasai beberapa wilayah, tiba-tiba diburu oleh tim Operasi
Pemberantasan Kejahatan (OPK), yang kemudian dikenal sebagai Petrus
(Penembak misterius). Ketika melakukan aksinya, tak jarang suara letusan
senjata para penembak terdengat oleh masyarakat sehingga suasana jadi makin
mencekam. Mayat-mayat para korban penembakan atau pembunuhan misterius itu
pada umumnya mengalami luka tembak di bagian kepala, dan leher, lalu
kemudian dibuang di lokasi yang mudah ditemukan oleh penduduk sekitar.
Ketika ditemukan, mayat biasanya langsung dikerumuni warga dan menjadi
tontonan masyarakat, esok harinya, lalu menjadi headline di media massa
yang terbit di Yogyakarta.
Aksi OPK melalui modus Petrus tersebut dengan cepat menimbulkan ketegangan
dan teror bagi para pelaku kejahatan, karena korban-korban OPK di kota-kota
lainnya pun mulai berjatuhan.
.
Selama sebulan OPK di Yogyakarta, paling tidak enam tokoh penjahat tewas
terbunuh. Para korban tewas yang ditemukan rata-rata mengalami luka tembak
parah di kepala dan lehernya. Dua diantara korban OPK yang berhasil
diidentifikasi adalah mayat Budi alias Tentrem (29) dan Samudi Blekok alias
Black Sam (28). Mayat Budi yang dulu ditakuti dan dikenal lewat geng mawar
Ireng-nya, kini menjadi korban tak berdaya yang terkapar di parit di tepi
jalan daerah Bantul, Selatan Yogyakarta, kejadian itu terjadi di awal tahun
1985. Sedangkan mayat Samudi alias Black Sam, ditemukan tergeletak di semak
belukar di kawasan Kotagede yang tidak jauh dari pusat kota Yogyakarta.
.
Dari cara membuang mayatnya, jelas ada semacam pesan yang ingin disampaikan
kepada para bromocorah di Yogyakarta, yaitu agar segera menyerahkan diri,
atau menemui ajal seperti rekan-rekan mereka yang telah tewas. Selama OPK
berlangsung, paling tidak ada 60 bromocorah Yogyakarta yang menjadi korban
Petrus. Sebagian besar tewas ditembak dan beberapa yang lainnya tewas
terbunuh akibat senjata tajam. Sejumlah korban bahkan diumumkan oleh aparat
keamanan, bahwa penyebab tewasnya mereka adalah akibat pengeroyokan massa.
Salah satu korban yang diklaim aparat keamanan sebagai korban yang tewas
akibat pengeroyokan massa adalah bromocorah bernama Ismoyo.
.
Selama hidupnya, Ismoyo dikenal sebagai gali elite karena merupakan lulusan
Fakultas Sosial Politik UGM dan berstatus PNS. Sebagai ketua kelompok
preman yang sering memalak angkutan-angkutan kota di wilayahnya, gali elite
tersebut kemudian diciduk oleh aparat keamanan untuk diinterogasi. Namun
menurut versi aparat, Ismoyo mencoba melarikan diri dan kemudian tewas
akibat dikeroyok massa. Modus menyuruh bromocorah lari kemudian sengaja
diteriaki maling atau malah ditembak saat sedang lari, merupakan cara
standar yang dilakukan tim OPK untuk membereskan buruannya. Cara lain untuk
memberikan shock therapy kepada bromocorah adalah dengan menembak korbannya
puluhan kali. Cara ini diterapkan OPK saat menghabisi pentolan gali di
Yogyakarta, yaitu Slamet Gaplek. Berdasarkan info, Slamet konon kebal
peluru. Slamet Gaplek sempat melarikan diri dengan cara mematahkan borgol,
namun akhirnya tersungkur mengenaskan setelah dihujani tembakan, dan lebih
dari 20 peluru bersarang di sekujur tubuhnya.
.
Korban yang tewas dengan cara yang sadis dan mengenaskan tersebut lalu
dibuang ke tempat-tempat yang mudah ditemukan oleh warga sehingga esoknya
langsung menjadi berita yang heboh. Surat-surat kabar tentang mayat-mayat
yang berjatuhan pun menghiasi kolom-kolom depan koran dan dengan cepat jadi
pembicaraan publik. Cara seperti itu memang sangat efektif sebagai efek
shock theraphy yang sangat ampuh untuk membasmi pelaku-pelaku tindak
kejahatan meminimalisir angka kejahatan di kota-kota besar.
.
Disadur dari; majalah Angkasa Edisi Koleksi – The World's Most Shocking
Covert Operations (Delapan operasi terselubung paling menggegerkan) /
Koleksi No.75 / September / Tahun 2011
Sent with AquaMail for Android
https://www.mobisystems.com/aqua-mail
4.28.2020
Jendral George S Patton : Jendral "Blitzkrieg" Tank Terbaik AS
Jika dalam Perang Dunia 2, Jerman punya jendral "blitzkrieg" tank terbaik,
seperti Heinz Guderian, Erich von Manstein, dan Erwin Rommel, AS punya
jendral tank "Blitzkrieg" terbaiknya, yakni Jendral George Smith Patton
Jr., KCB
Pattob lahir di San Gabriel, California pada tanggal 11 November 1885. Dia
dilahirkan dari keluarga militer. Ayah dan pamannya adalah veteran perwira
tentara Konfederasi saat Perang Saudara AS. Dari kecil pun, dia sudah
bercita-cita menjadi seorang tentara. Dan seperti anak-anak pada biasanya,
permainan yang dia sukai berhubungan dengan tentara. Seperti menunggangi
kuda, menyusun strategi, dan sebagainya. Ia juga ketika setamat SMA, masuk
institut militer Virginia Military Institute, tapi karena memiliki
kemampuan dia menlanjutkan menjadi kadet di West Point. Patton bukanlah
kadet yang populer, seperti contoh Douglas Macarthur. Bila dibandingkan
Macarthur memiliki nilai yang tertinggi ketiga dalam sejarah West Point
hingga saat ini dalam 218 tahun, Patton awalnya memiliki nilai yang kurang
baik. Nilai materinya buruk akibat dari seperti buta huruf yang dia alami
sejak kecil. Namun dia berusaha hingga akhirnya lulus pada tahun 1909
sebagai Letnan Dua di bagian kavaleri. Pada tahun 1912, Patton menjadi
salah satu gelombang atlet pertama AS untuk lomba Olimpiade.
Ketika AS sedang bertegangan Meksiko akibat bandit Pancho Villa. Patton
berinovasi dengan konsep yang benar-benar baru, yakni menyerang dengan
senapan mesin dipasang di atas mobil. Bila kita melihat mobil HMMV atau
Pindad Komodo, mobil tanpa atap dengan senapan mesin itu merupakan konsep
yang dibuat oleh Patton. Dan konsep ini berhasil. Pada tahun 1915, Patton
sendiri dengan mobil terpasang senapan mesin berhasil mengejar dan membunuh
2 orang wakil bandit Pancho Villa. Salah satu prestasi dari dirinya.
Saat AS memasuki Perang Dunia 1, dia turut berpartisipasi ke Front di Eropa
bersama dengan pasukan AS lainnya di bawah pimpinan Jendral John J.
Pershing "The Black Jack". Patton yang baru berumur 32 tahun dengan pangkat
Letnan Kolonel sudah memimpin kesatuan kavaleri jenis baru, yakni tank. Dia
menjadi salah satu komandan kesatuan tank pertama dalam sejarah militer AS.
Dari teknologi baru ini, Patton dengan cepat mengeksploitasi tank ini. Tank
yang digunakan adalah Tank dari Prancis Renaulft FT. Penggunaan tank ini
terbukti efektif saat menyerang pertahanan parit Jerman. Pada fase akhir
Perang Dunia 1, Patton terluka parqh saat memimpin unitnya, tapi tetap
melanjutkan hingga pertempuran selesai. Dia dianugerahi Purple Cross.
Patton selama Perang Dunia 1 juga kenal dan belajar dari atasannya yang
kelak menjadi Jendral Bintang Lima, Panglima Sekutu di Asia Pasifik saat
Perang Dunia 2 dan Panglima PBB di Korea, yakni Brigadir Jendral Douglas
Macarthur.
Ketika Perang Dunia 1 berakhir, dia beralih menjadi instruktur kesatuan
tank di AS dan menyempurnakannya. Patton memiliki visi bahwa tank merupakan
alat tempur utama yang berpengaruh di perang masa depan. Bekerja sama
dengan artileri, infanteri, dan udara maka tank menjadi senjata mematikan.
Karena itu, dia bereksperimen bersama partner yang kelak menjadi Panglima
Sekutu di Eropa ketika Perang Dunia 2, yakni Jendral D.D. Eisenhower. Kedua
hampir tewas saat dalam eksperimen menggunakan tank. Kabel kawat di dalam
tank putus dan menyayat kepala Patton dan Eisenhower. Meskipun begitu,
keduanya tetap memiliki visi bahwa tank adalah senjata tempur masa depan
yang punya banyak potensi. Pada tahun 1934, dia meramalkan bahwa Pearl
Harbour akan menjadi sasaran pertama yang akan diserang oleh siapa pun,
terutama Jepang dilihat dari letaknya strategis. Sayang peringatan itu
tidak dihiraukan. Tepat 7 tahun kemudian, ramalannya terjadi. Pearl Harbour
diserang oleh Jepang dalam kondisi yang lengah.
Ketika AS memasuki Perang Dunia 2, Pengalaman pertama AS dalam perang
terjadi dalam Operasi Torch 8 November 1942 atau Pendaratan di Maroko. Di
Kasserine Pass, serangan pertama AS melawan Jerman benar-benar gagal.
Strategi tank sudah kuno dan komandannya kurang kompeten. Belum lagi
pemimpin pasukan Jerman sangat berat dan berpengalaman yakni Jendral
Rommel. Karena itu, Mayor Jendral Patton turun tangan untuk menyusun
strategi yang baru dan kedisiplinan prajurit yang dipertegas. Hal ini
menbuahkan hasil. Ketika Rommel memutuskan ingin mengamankan sisi Barat
Afrika, yakni perbatasan Maroko dan Tunisia, Tentara AS di bawah pimpinan
Patton berhasil menyergap pasukan pimpinan Rommel. Sehingga Rommel semakin
terkepung di dua sisi. Sisi Barat diserang oleh Patton dan Sisi Timur
ditekan oleh Jendral Montgomery.
Setelah Tunisia aman pada tahun 1943, Pasukan Sekutu memutuskan untuk
mendarat di Pulau Sisilia, Italia lewat Operasi,Husky. Patton juga
berpartisipasi. Saat penyusunan strategi, Patton dan Montgomery berselisih
pendapat dari strategi. Sehingga terjadilan seperti berlomba-lomba merebut
kota Palermo, kota pusat di Sisilia. Patton menyerang dengan taktik
blitzkrieg dan berhasil merebut Palermo jauh lebih dulu sebelum Montgomery.
Karier Patton melejit, namun tidak lama benar-benar tercoreng. Patton
melakukan penamparan 2 prajurit bawahannya. Prajurit yang pertama bisa
dibilang wajar, karena dia dianggap tidak terluka baik fisik atau pun
mental dan hanya ingin nyaman di rumah sakit perang. Ditambah begitu
ditanya alasannya, prajurit tersebut terkesan dengan santai menjawab tidak
mau. Patton sangat tidak suka prajurit di rumah sakit hanya untuk santai,
sedangkan prajurit seperjuangannya mati-matian di medan perang hingga
terluka ataupun gugur. Karena itu dia menampar prajurit tersebut hingga
dihantam dengan helm Patton dan menyebutnya pengecut. Sedangkan prajurit
yang kedua, dia memiliki kondisi psikis yang buruk, berupa mental stress
dan trauma yang cukup parah. Respon yang sama dari Patton, yakni dianggap
pengecut dan ditampar cukup keras. Kabar ini didengar oleh Komando Tinggi
AS dan membuat Patton dimutasi ke bagian staf.
Karier Patton sepertinya sudah hancur. Namun, dia tetap meminta kembali ke
palagan tempur. Karena itu, sahabatnya Jendral Bradley menugaskan Patton
sebagai kunci untuk kesuksesan D-Day, yakni penipuan. Patton akan
ditempatkan di Inggris seolah-olah dialah Panglima Invasi ke Eropa dengan
menyiapkan banyak sekali pasukan palsu dan membuat Jerman termakan
tipuannya. Ditambah dihadapkan ke Calais, pelabuhan utama Prancis yang
memiliki jarak terdekat di Selat Inggris. Jendral Jerman bahkan Hitler pun
termakan tipuannya dan malah memperkuat bagian Tembok Atlantik yang salah,
yakni Calais bukannya daerah Normandie. Bahkan ketika D-Day dilaksanakan
pada 6 Juni 1944, Jerman tetap tidak mengirim bantuan ke daerah Normandie
dengan anggapan bahwa serangan tersebut hanyalah pengalihan dari serangan
yang jauh lebih besar yang dipimpin oleh Patton, salah satu Jendral terbaik
dimiliki Sekutu. Sungguh kesalahan yang fatal. Begitu Jerman mengetahui
pasukan Sekutu pimpinan Patton, itu sudah terlambat bagi Jerman. Patton
memegang komando kesatuan yang populer dari 1944 hingga akhir perang yakni
3rd US Army 2 minggu setelah D-Day berhasil. Pasukan Ke 3 Patton
menggunakan strategi "blitzkrieg" dan menyapu pertahanan Jerman di Prancis
dari Normandie ke sekitar Paris hanya dalam 3 minggu. Pasukan Patton Divisi
Infanteri ke-4, bagian dari 3rd US Army, menjadi bantuan pasukan Sekutu
pertama untuk Pasukan Prancis yang membebaskan Paris. Patton juga yang
menyelamatkan pasukan Airborne Divisi ke-101 dari Pengepungan Bastogne
dalam Pertempuran Bulge di Belgia hinggal memukul Jerman kembali ke
perbatasan. Pasukan Patton menjadi salah satu kesatuan pasukan Sekutu
pertama yang memasuki Jerman. Dia bersikeras untuk tetap melanjutkan
perjalanan ke Berlin. Patton hanya berjarak 90 km dari Berlin. Patton juga
yang pertama melaporkan kepada Eisenhower kamp konsentrasi yang ada di
Jerman Barat, seperti di Dachau. Di akhir perang, dia menjadi Gubernur
Militer di Bavaria sebelum akhirnya pensiun. Dia meninggal beberapa hari
setelah kecelakaan mobil di Heidelburg, Jerman pada 21 Desember 1945.
Patton pasti bukanlah orang yang mudah menyerah terlepas dari
kekurangannya. Kegagalannya lulus pada semester pertama di West Point
diakibatkan oleh kesulitan membaca dan menghitung dari masih kecil. Sebuah
kemampuan sangat dasar yang fatal untuk memasuki West Point. Walaupun
begitu, dia tetap berusaha hingga bisa lulus. Uniknya, di masa yang
mendatang, dia menjadi hobi membaca buku. Hobi membaca buku ini yang
membuatnya bisa mengalahkan Rommel, karena salah satu buku yang dibaca oleh
Patton adalah buku yang ditulis oleh Rommel ketika, sama seperti Patton,
menjadi instruktur militer. Hanya saja perbedaannya bila Patton merupakan
instruktur kavaleri, Rommel merupakan instruktur infanteri. Buku tulisan
Rommel tersebut berjudul Infantry Attack. Dari buku tersebut Patton menjadi
mengerti cara bertempur lawannya. Namun meskipun begitu, keduanya saling
menghormati kemampuan satu sama lain. Patton menghormati kecerdikan dan
keberanian strategi, serta reputasi Rommel dan Rommel mengakui keberanian,
strategi brilian, dan pantang menyerah Patton. Bagi Jerman, jendral yang
perlu diwaspadai dari Sekutu adalah Patton seusai D-Day hingga akhir
perang. Seperti Rommel dan Macarthur, tidak jarang Patton "blusukan" ke
garis depan. Dan seperti mereka pula, Patton juga ikut dalam beberapa kali
ikut ke medan tempur saat di Tunisia dan Palermo, Sisilia. Patton juga
dihormati oleh anak buahnya dan sangat setia kepada Patton dan Patton,
walaupun dari sikap keras kepada pasukannya, menyayangi bawahannya. Seperti
contohnya, Patton memandang rata pasukannya dari mana pun rasnya. Bahkan
dia mengintegrasikan tentara AS keturunan Afrika atau Kulit Hitam dan
tentara AS kulit putih di saat segregasi begitu terlihat dalam setiap
kesatuan AS. Lebih uniknya lagi bila dilihat asalnya dari AS bagian Selatan
di mana rasisme di sana jauh lebih tinggi daripada bagian Utara. Bahkan dia
mendorong tentara AS kulit hitam di kesatuannya untuk tetap berjuang untuk
kesetaraan rasnya lewat prestasi di medan tempur. Beberapa kali dia mau
menganugrahkan penghargaan kepada "Black Soldier" ini. Patton juga
mengampuni dan bahkan tidak marah kepada prajurit yang menabrak mobilnya di
saat tempat kejadian walaupun membuatnya terluka parah yang mengakibatkan
kematiannya sendiri. Patton sendiri juga meminta dia dikuburkan di
Luxembourg bersama pasukannya yang gugur dalam pertempuran. Atas
prestasinya, nama Patton disematkan dalam tank AS generasi selanjutnya,
seperti M46, M47, M48, dan M60 atau dikenal dengan The Patton Tank.
Sumber : history.com , History Channel, Appocalpyse Of Second World War
Documentary Film National Geographic Channel
Sent with AquaMail for Android
https://www.mobisystems.com/aqua-mail
4.25.2020
Foto unik 👌 (Jarang sekali Tampil bersamaan) 😄
Tentara Nasional Indonesia bersama Tentara Kerajaan Belanda Foto bersama.
Serta,membawa bendera putihnya.
Dengan latar belakang papan perbatasan Garis Demarkasi.
Imbas dari perjanjian Renville.
Lumajang,5 Februari 1948 (Het National Archives).
PERJANJIAN RENVILLE
perjanjian Renville adalah perjanjian antara Indonesia dengan Belanda yang
ditandatangani pada tanggal 17 Januari 1948 di atas geladak kapal perang
Amerika serikat sebagai tempat netral USS Renville, yang berlabuh di
pelabuhan Tanjung Priok Jakarta.
Perundingan dimulai pada tanggal 8 Desember 1947 dan ditengahi oleh
komisaris tiga negara (KTN), committee of good offices for Indonesia, yang
terdiri dari Amerika serikat Australia dan Belgia. Perjanjian ini diadakan
untuk menyelesaikan perselisihan atas perjanjian Linggarjati tahun 1946.
Perjanjian ini berisi batas antara wilayah Indonesia dengan Belanda yang
disebut garis Van mook.
Latar belakang :
pada tanggal 1 Agustus 1947,dewan keamanan perserikatan bangsa-bangsa
mengeluarkan resolusi gencatan senjata antara Belanda dan Indonesia.
Gubernur jenderal Van mook dari Belanda memerintahkan gencatan senjata pada
tanggal 5 agustus.
pada 25 Agustus dewan keamanan mengeluarkan resolusi yang diusulkan Amerika
serikat bahwa dewan keamanan akan menyelesaikan konflik indonesia-belanda
secara damai dengan membentuk komisi tiga negara yang terdiri dari Belgia
yang dipilih oleh Belanda Australia yang dipilih oleh Indonesia dan Amerika
serikat yang disetujui kedua belah pihak.
pada 29 agustus 1947 Belanda memproklamirkan garis Van mook yang membatasi
wilayah Indonesia dan Belanda.
Republik Indonesia menjadi tinggal sepertiga pulau Jawa dan kebanyakan
pulau di Sumatera tetapi Indonesia tidak mendapat wilayah utama penghasil
makanan blokade oleh Belanda juga mencegah masuknya persenjataan makanan
dan pakaian menuju ke wilayah Indonesia.
DELEGASI :
Perjanjian diadakan di wilayah netral yaitu di di atas kapal USS Renville
milik Amerika serikat dan dimulai tanggal 8 Desember 1947.
Delegasi Indonesia dipimpin oleh perdana menteri Amir Syarifuddin Harahap,
dan Johanes leimena sebagai wakil.delegasi kerajaan Belanda dipimpin oleh
kolonel KNIL Abdul Kadir widjojoatmodjo. Delegasi Amerika serikat dipimpin
oleh Frank porter Graham.
GENCATAN SENJATA :
pemerintah RI dan Belanda sebelumnya pada 17 Agustus 1947 sepakat untuk
melakukan gencatan senjata hingga ditandatanganinya persetujuan Renville
tetapi pertempuran terus terjadi antara tentara Belanda dengan berbagai
laskar-laskar yang tidak termasuk TNI dan sesekali unit pasukan TNI juga
terlibat baku tembak dengan tentara Belanda seperti yang terjadi Antara
Karawang Dan Bekasi
PIHAK YANG HADIR PADA PERUNDINGAN :
1. Delegasi Indonesia diwakili oleh Amir Syarifudin(ketua)
Ali Sastroamidjojo
H. Agus Salim
Dr.J.Leimena
Dr.Coatik Len dan Nasrun.
2. Delegasi Belanda diwakili oleh R. Abdul Kadir wijoyoatmojo (ketua),
Mr.H.A.L.Van Vredenbutg,
Dr.P.J.Koets dan Mr.Dr.Chr.Soumokil.
3. PBB sebagai mediator diwakili oleh Frank Graham (ketua),
Paul Van zeeland dan Richard Kirby.
4. Belanda berdaulat atas Indonesia sebelum Indonesia mengubah menjadi
RIS(REPUBLIK INDONESIA SERIKAT)
ISI PERJANJIAN :
1.Belanda hanya mengakui Jawa tengah Yogyakarta dan Sumatera sebagai bagian
wilayah Republika Indonesian
2.disetujuinya sebuah garis damar kasih yang memisahkan wilayah Indonesia
dan daerah pendudukan Belanda
3.TNI harus ditarik mundur dari daerah-daerah kantongnya di wilayah
pendudukan di Jawa barat dan Jawa timur.
PASCA PERJANJIAN :
Sebagai hasil persetujuan Renville,pihak republik harus mengosongkan
wilayah-wilayah yang dikuasai TNI, dan pada bulan Februari 1948, divisi
Siliwangi hijrah ke Jawa tengah.
Divisi ini mendapatkan julukan pasukan hijrah oleh masyarakat kota
Yogyakarta yang menyambut kedatangan mereka.
Tidak sama pejuang republik yang tergabung dalam berbagai laskar seperti
barisan bambu runcing dan laskar Hizbullah/ Sabilillah di bawah pimpinan
Sekarmaji Marijan Kartosuwiryo, mematuhi hasil persetujuan Renville
tersebut. Mereka terus melakukan perlawanan bersenjata terhadap tentara
Belanda.
setelah Soekarno dan Hatta ditangkap ke Yogyakarta, S.M. Kartosuwiryo,yang
menolak jabatan menteri muda pertahanan dalam kabinet Amir
Syarifudin,menganggap negara Indonesia telah kalah dan bubar, kemudian ia
mendirikan Darul Islam/ Tentara Islam Indonesia (DI/TII).
Hingga pada 7 Agustus 1949 di wilayah yang masih dikuasai Belanda waktu itu
Kartosuwiryo menyatakan berdirinya negara Islam (NII).
Akibat dari perjanjian Renville itu pula pasukan dari Resimen
40/Damarwulan, bersama batalyon di jajarannya, batalyon gerilya (BG)VIII
batalyon gerilya (BG) IX, batalyon gerilya (BG) X, Depo batalyon,EX.
ALRI pangkalan X serta kesatuan kelaskaran, dengan total pengikut terbanyak
tidak kurang dari 5000 orang, juga hijrah ke daerah Blitar dan sekitarnya.
Resimen 40/Damarwulan ini kemudian berubah menjadi brigade III/Damarwulan,
dan dan batalyon nya pun berubah menjadi batalyon 25, batalyon 26, batalyon 27.
setelah keluarnya surat perintah siasat nomor 1 dari Panglima besar
Soedirman,yang mengharuskan semua pasukan hijrah pulang dan melanjutkan
gerilya di daerah masing-masing, pasukan brigade 3 Damarwulan di bawah
pimpinan letkol Muhammad sroedji ini, melaksanakan Wingate action, dengan
menempuh jarak kurang lebih 500 km selama 51 hari.
(Di sadur dari berbagai sumber)
Sent with AquaMail for Android
https://www.mobisystems.com/aqua-mail
CATATAN DIBALIK LAYAR OPERATION DYNAMO
CATATAN DIBALIK LAYAR OPERATION DYNAMO
Saya gak akan mengatakan apakah Jerman yang terlalu berambisi, atau Inggris yang tidak mau menempuh jalan lain kecuali perang. Saya tidak tahu kondisi politik dan tak mau berburuk sangka pada dendam masa lalu perang dunia pertama.
Tapi yang jelas Neville Chamberlain telah menyeret eropa pada perang dunia kedua. Entahlah andai saja ajakan Hitler untuk berdamai dia setujui. Akan jadi seperti apa sejarah masa kini.
Sebab kita tentunya harus memperhatikan juga perasaan rakyat Polandia yang lagi-lagi jadi korban. Entahlah korban permusuhan "abadi" antara sosialis dan komunis. Dugaan saya, Polandia sebenarnya cuma dimanfaatkan sebagai jalan pembuka untuk menyerang Soviet. Manis sekali sandiwara politik dari Hitler dengan membikin perjanjian non agresi molotov ribbentrop. Polandia menurut saya hanya ibarat sama seperti Belanda dan Belgia yang setahu saya juga merupakan korban dari taktik jenderal Mainstein untuk Operation Fall-Gelb.
Tidak bijak rasanya kalau selalu mengaitkan Jerman pada perang dunia kedua dengan Nazi, Holocaust, atau lebensraum. Sebab rakyat Jerman juga sejatinya adalah korban perang. Korban pemerintah mereka sendiri. Saya pernah baca mereka yang hidup di Jerman sekarang amat sensitif dengan kata Werchmart, Luftwaffe, atau bahkan salib iron cross. Jangan mengatakan hal tersebut di depan umum jika anda berwisata ke Jerman. Atau anda akan dipandang dengan tatapan sinis. Kata seseorang.
Kemarin saya untuk kedua kalinya nonton film Darkest Hour. Ini film tentang Winston Churchill yang diperankan oleh Gary Oldman. Pertama kali saya menonton masih saya skip dan skip, karena gak paham dan gak bisa menikmati. Gak tahu menahu sejarah Inggris di perang dunia. Kedua kali saya menonton saya berharap bisa mengerti. Setelah sebelumnya lebih dulu berburu bacaan tentang perdana menteri "nyentrik" pengganti Neville Chamberlain tersebut.
Jadi, saya selalu berharap ada kawan-kawan yang mau membetulkan kesimpulan saya kalau saya salah. Saya masih mencoba belajar.
***
Mungkin habis sudah kesabaran Inggris dan Perancis atas manuver-manuver pemerintahan Jerman. Aneksasi Cekoslovakia, dan aneksasi daerah lain dibiarkan saja. Karena Inggris gak ingin ada peperangan. Peningkatan jumlah pasukan yang siginifikan menyalahi perjanjian Versailles juga ditoleransi.
Tapi saat tentara Hitler menginvasi Polandia, Inggris mungkin sudah tak tahan lagi. Pikir saya mungkin mereka bilang, "ini kalau dibiarkan terus menerus Hitler bakalan kelewatan." Akhirnya Inggris menyatakan Perang. Dan Perancis juga menyatakan perang. Sesuatu yang sama sekali gak diduga oleh Hitler. Setahu saya, Hitler tidak memperkirakan akan jadi masalah sebesar ini. Entahlah. Bagaimana menurut anda?
Pertama kali perang pecah, Winston Churchill masih menjabat panglima tertinggi angkatan laut. Neville Chamberlain mengambil keputusan berisiko untuk menyatakan perang kepada Jerman. Saya gak begitu tahu apakah kondisi militer Inggris waktu itu sudah benar-benar siap tempur dengan Jerman yang terkenal maju peralatannya. Tapi yang jelas, itulah risiko yang diambil seorang pemimpin.
Ketika situasi makin memburuk, Norwegia jatuh dalam kekuasaan Jerman tahun 1940, Neville Chamberlain makin kehilangan dukungan dari partai politik di Inggris. Kedudukannya makin lemah. Semakin kehilangan kepercayaan dari orang-orang. Saya gak tahu persis ada berapa partai saat itu. Semua makin tidak percaya pada Neville Chamberlain. Akhirnya dia mengundurkan diri. Kita bisa melihat reka adegan kegaduhan pertemuan politik di parlemen waktu itu di film Darkest Hour ini. Semua orang berteriak-teriak pada suatu malam di Mei 1940 M.
Awalnya yang dicalonkan sebagai pengganti adalah Viscount Halifax. Tapi Halifax sendiri awalnya menolak.
Selanjutnya Winston Churchill tampil. Dia mendapatkan banyak dukungan. Dia digadang-gadang mampu membawa Inggris kepada kemenangan.
Awalnya Raja George VI sempat ragu dengan kepemimpinan Churchill sebagai perdana menteri. Tapi berhubung "gak ada orang lain" yang dipandang memungkinkan menduduki jabatan tersebut, akhirnya mau gak mau ya harus.
Pada pidato pertama di parlemen, Churchill dengan tegas tidak akan menempuh jalan damai atas masalah Jerman. Dia berkeras kepala untuk menolak negosiasi. Perang harus dilanjutkan sampai menang. Itu yang saya pahami. Waktu itu Inggris masih memiliki harapan besar untuk menang.
Keputusan ini membuat ada rasa ketidaksukaan dari Halifax dan Naville yang cinta damai. Kita tahu bahwa Churchill pernah menjabat di militer sebelumnya. Punya pengalaman militer. Sudahlah, agak panjang nanti intrik drama antara tiga orang penting ini. Churchill, Neville, dan Halifax.
Intrik politik dibalik gemuruh peperangan yang diangkat dalam kisah ini menarik. Banyak dari kita mengira bahwa seluruh Inggris mau berperang melawan Jerman. Kenyataannya tidak. Banyak juga dari mereka yang sebenarnya tidak mau berperang dan ingin melakukan negosiasi. Tapi Winston Churchill adalah orang yang teguh pendiriannya. Dia yang pegang kemudi, jadi dia yang memutuskan. Entah orang lain setuju atau tidak, itu urusan biasa. Hidup selalu penuh kontroversi. Dimana-mana juga begitu.
Bayangkan saja anda adalah Winston Churchill. Keputusan apa yang akan anda ambil? Lanjut perang, atau berdamai? Sudah pasti jika lanjut perang akan banyak yang gak setuju karena gak siap melawan kekuatan militer Jerman yang lebih superior. Tapi kalau mau berdamai ya berarti juga harus siap dikecam orang di seluruh dunia. Ibarat buah simalakama.
Bayangkan bagaimana kecewanya rakyat Polandia. Bagaimana kecewanya rakyat Inggris yang sudah terdampak. Bagaimana malunya kerajaan Inggris yang dulu memenangkan perang dunia pertama. Kok sekarang mau mengalah. Dan mengakui bahwa Jerman hebat. Dan silahkan pemerintah Jerman mau melakukan apa saja sesuka hati. Inggris gak bakalan ikut campur. Bayangkan sendiri jika anda adalah Winston Churchill. Jadi, saran saya sebagai penikmat sejarah ya cukup berada di posisi netral. Wong sudah terjadi ya sudah.
Satu kekaguman saya adalah, sikap Winston Churchill yang demikian optimis. Dia sangat percaya diri. Dan mempertahankan pendapatnya. Meskipun dalam kondisi yang terpuruk di awal-awal perang, Churchill tetap memiliki keyakinan kuat.
Salah satu ujian pertama paling berat untuk keputusan Churchill adalah peristiwa di Dunkrik. Inggris hampir saja kehilangan "seluruh" tentara paling terlatih mereka disana. Hampir saja, jika Hitler tidak ikut campur menahan laju pasukan jenderal Heinz Guderian yang tinggal selangkah lagi menangkap mereka. Churchill bisa dibilang sangat beruntung atas suksesnya Operation Dynamo. Itu salah satu operasi militer paling unik dan ajaib yang pernah saya tahu. Andaikan saja pasukan di pantai Dunkrik itu ditawan, Inggris bisa dikatakan "tak lagi memiliki tentara" untuk berperang. Itu setahu saya.
Churchill "mengorbankan" ribuan orang di Calais untuk mengalihkan sementara perhatian Jerman dari Dunkrik. Sementara evakuasi dilakukan. Itu tentu saja dikecam banyak orang. Saya gak mau menilai, tapi mungkin itu terlihat lebih baik. Memancing dengan nyawa sekitar 4000 orang, daripada sekitar 400.000 orang harus ditawan Jerman di Dunkrik. Jika itu anda, apakah keputusan yang akan anda ambil?
Meskipun ada alternatif lain daripada mengorbankan pasukan bunuh diri, dengan mengadakan perundingan perdamaian dengan Jerman, Churchill menolak. Dia memilih bertanggung jawab penuh untuk mengevakuasi 400.000 pasukan. Dan melanjutkan perang. Luar biasa. Saya hanya membayangkan, andaikan saja Operation Dynamo sampai gagal, mungkin saja Winston Churchill akan lengser dari jabatannya sebagai perdana menteri Inggris. Orang sudah tak percaya lagi padanya. Mungkin. Sekali lagi, itu hanya mungkin. Padahal evakuasi pasukan sebanyak itu adalah mission impossible. Angkatan laut Inggris kapalnya gak memadai. Ditambah lagi saat itu Luftwaffe lagi berjaya. Ada adegan saat Churchill menelpon sahabatnya, Presiden Roosevelt. Tapi dengan berat hati Roosevelt berkata tidak bisa melakukan banyak hal. Karena Amerika sekarang dalam posisi netral. Bayangkan sendiri betapa gentingnya suasana.
Halifax menuntut Churchill lebih rasional. Untuk segera melakukan perdamaian. Paris sudah diambang kejatuhan. Dan sebentar lagi, Jerman akan benar-benar menjadi kekuatan terbesar di dunia tanpa tandingan. Produksi masal dan besar-besaran akan membuat kekuatan militer Jerman makin digdaya. Dan akhirnya Inggris akan benar-benar jatuh dalam hitungan waktu. Saat itu Amerika masih netral. Jadi Inggris benar-benar sendirian. Tapi Churchill tetap tidak mau berdamai dengan Hitler.
Churchill minta tolong kepada laksamana Ramsey untuk menyukseskan operasi di Dunkrik. Meskipun Inggris kekurangan kapal, ada inisiatif untuk meminta bantuan sipil. Militer "meminjam" kapal dan tenaga mereka untuk membantu evakuasi. Karena jelas Amerika gak bisa membantu. Amerika masih netral. Kita bisa lihat detil hiruk pikuk langsung peristiwa ini di film karya Christopher Nolan.
Perang itu ya bukan masalah aksi di lapangan saja. Tapi juga terkait masalah strategi. Harus melihat sisi kemanusiaan. Dan meminimalisir jatuhnya korban jiwa.
Dalam Darkest Hour, Halifax memaksa Churchill melakukan negosiasi damai. Dia bahkan sampai mengancam untuk mengundurkan diri dari kabinet. Ini benar-benar genting. Mengakhiri perang, dan mengakui kekalahan Inggris. Atau melanjutkan perang dengan kemungkinan yang serba tidak pasti. Churchill kini tidak hanya menghadapi Hitler di Eropa. Tapi juga menghadapi orang terdekat yang tidak mendukung prinsipnya.
Hampir saja Churchill melakukan negosiasi. Karena terus menerus mendapatkan tekanan. Meskipun itu juga berarti Inggris akan kehilangan muka. Setidaknya daripada mengalami kehancuran total.
Saya gak mengatakan urusan ini merembet ke persoalan pribadi antara Churchill dan Hitler, seperti gosip yang berkembang dalam perang dengan Soviet. Yang katanya juga ada sentimen dan persaingan personal antara Hitler dan Stalin. Seperti kita lihat betapa dahaga ambisi Hitler yang mengabaikan segala risiko demi menguasai Stalingrad. Kota Stalin. Terlalu berlebihan rasanya. Sebab ini adalah urusan negara yang tentunya harus lebih bijak dalam menilainya. Inggris bukan milik Churchill, sebagaimana Jerman bukan milik Hitler seorang. Kita harus ingat itu.
Lebih mudah untuk menilai dan mengatur seseorang. Apalagi sekedar memberikan kritik. Padahal jika jadi mereka, belum tentu kita mampu berbuat lebih baik.
Dalam perang, serdadu mengalami pertempuran fisik. Tapi para pemimpin yang menyusun rencana juga mengalami pertempuran batin yang tak kalah menyiksa.
Ditengah kegalauan itu, dalam film Darkest Hour ada scene dimana secara pribadi Raja George VI datang mengunjungi rumah Churchill. Raja mengutarakan kalau memiliki pendapat pribadi yang mendukung keputusan Churchill. Kini Churchill tak lagi merasa sendirian. Inggris tak seharusnya dengan mudah menyerah begitu saja.
Dan tanggal yang ditunggu tiba. 28 Mei 1940 M. Operation Dynamo dilaksanakan. Itu mungkin beberapa hari yang paling mendebarkan bagi seorang Winston Churchill.
Salah satu scene menarik lain di film ini adalah saat tiba-tiba Churchill "menghilang". Dia naik kereta bawah tanah ketika dalam perjalanan menuju parlemen. Saya gak tahu keakuratan scene ini. Tapi disitulah Churchill ingin mendengar sendiri dari rakyatnya. Ingin mendengar pendapat mereka langsung tentang Jerman. Apakah ingin terus berperang, atau justru berdamai. Kebijaksanaan seorang pemimpin saat mau mengambil keputusan.
Kalimat seorang wanita dalam kereta terdengar penuh semangat. "Pukul pakai gagang sapu jika harus."
Disitulah Churchill mendengar suara rakyat. Rakyat tak ingin menyerah begitu saja dengan mudah. Mereka akan rela bertempur untuk negara. Ketika Churchill bertanya, tentang perundingan perdamaian, serempak mereka menjawab untuk tidak.
Kabinet perang sudah menyusun memorandum pengajuan perdamaian yang sedianya dikirim lewat Italia. Sebagai penengah. Tapi akhirnya Churchill merubah keputusan. Setelah juga mendengar pendapat dari kabinet luar. Banyak orang di kabinet luar tidak rela Inggris menyerah. Meskipun konsekuensinya juga nanti Inggris siap kalah seperti Perancis. Apalagi jika evakuasi Dunkrik gagal. Inggris tak lagi memiliki "tentara". Dan ibarat harus membangun kekuatan militer dari bawah lagi.
Ketika Churchill membawa keputusan itu ke parlemen, ia mendapatkan dukungan. "Mereka yang tak pernah berubah pikiran, tak akan pernah mengubah apapun." Kata Churchill di film itu.
Untung sekali terjadi keajaiban. Operation Dynamo sukses besar. Itu artinya Inggris masih memiliki tentara untuk melanjutkan perang. Inggris masih memiliki harapan untuk bisa memenangkan perang.
Itu menurut saya. Bagaimana menurut anda?
Jika anda penggemar film aksi yang heboh dengan adegan tembak menembak, siap-siap kecewa. Ini adalah sisi lain perang dunia. Tempat dimana semua keputusan penting dibuat. Bukan tempat dimana eksekusi nya dilakukan. Anda mendapatkan gambaran perang nyata di film seperti Band of Brothers. Tapi anda tidak mendapatkan bagaimana semua keputusan dalam perang itu dibuat. Makanya film ini membantu melengkapi pandangan itu menjadi utuh. Istilahnya ini behind the scene dari film Dunkrik nya Nolan.
Kalau anda pernah menonton Sherlock Holmes Game of Shadow, dan membayangkan kalau Holmes itu sosok yang demikian anteng dan serius, maka anda salah. Demikian juga saat menonton Darkest Hour. Winston Churchill digambarkan adalah orang yang sebenarnya agak "gokil" dan unik. Orangnya sebenarnya humoris. Kebalikan sekali dengan karakter pendahulunya, Neville Chamberlain yang sangat tenang dan pakem.
Dengan humornya, kita masih bisa dibuat tertawa atas kelakuan "dibalik layar" Churchill. Padahal situasi di luar sana demikian genting. Entah karena tekanan perang membuatnya begitu, atau memang dari dulu wataknya begitu. Saya gak mau berandai-andai. Saya gak pernah ketemu dia.
Belajar sejarah lewat film itu menarik buat saya. Asalkan filmnya bisa dipertanggungjawabkan dan digarap dengan serius. Membantu menanamkan pemahaman akan cinta tanah air pada kita. Pentingnya masa damai. Dan susahnya saat terjadi perang. Hidup NKRI harga mati.
24 April 2020 M.
--
Sent from myMail for Android
Diskusi
Jenderal Sudirman saat berdiskusi dengan Letkol Suharto dan Rosihan Anwar di daerah Ponjong, Gunungkidul, Yogyakarta.
pada 8 Juli 1949.
--
Sent from myMail for Android
4.24.2020
PSSI 90 tahun
jauh ke belakang tentang organisasi ini, tentu tak akan jauh-jauh dengan
sosok Ir. Soeratin Sosrosoegondo, yakni pendiri sekaligus Ketua Umum PSSI
yang pertama.
PSSI didirikan oleh seorang insinyur sipil bernama Soeratin Sosrosoegondo.
Ia menyelesaikan pendidikannya di Sekolah Teknik Tinggi di Heckelenburg,
Jerman, pada tahun 1927 dan kembali ke tanah air pada tahun 1928. Ketika
kembali, Soeratin bekerja pada sebuah perusahaan bangunan Belanda, Sizten
en Lausada, yang berkantor pusat di Yogyakarta. Di sana dia merupakan
satu-satunya orang Indonesia yang duduk sejajar dengan komisaris perusahaan
konstruksi besar itu. Akan tetapi, didorong oleh semangat nasionalisme yang
tinggi, dia kemudian memutuskan untuk mundur dari perusahaan tersebut.
Setelah berhenti dari Sizten en Lausada, Soeratin lebih banyak aktif di
bidang pergerakan. Sebagai seorang pemuda yang gemar bermain sepak bola,
dia menyadari kepentingan pelaksanaan butir-butir keputusan yang telah
disepakati bersama dalam pertemuan para pemuda Indonesia pada tanggal 28
Oktober 1928 (Sumpah Pemuda). Soeratin melihat sepak bola sebagai wadah
terbaik untuk membuat rasa nasionalisme di kalangan pemuda sebagai sarana
untuk menentang Belanda.
Untuk mewujudkan cita-citanya itu, Soeratin rajin mengadakan pertemuan
dengan tokoh-tokoh sepak bola di Solo, Yogyakarta, dan Bandung. Pertemuan
dilakukan dengan kontak pribadi secara diam-diam untuk menghindari sergapan
Polisi Belanda (PID). Kemudian, ketika mengadakan pertemuan di hotel kecil
Binnenhof di Jalan Kramat 17, Jakarta, Soeri, ketua VIJ (Voetbalbond
Indonesische Jakarta), dan juga pengurus lainnya, dimatangkanlah gagasan
perlunya dibentuk sebuah organisasi sepak bola nasional. Selanjutnya,
pematangan gagasan tersebut dilakukan kembali di Bandung, Yogyakarta, dan
Solo yang dilakukan dengan beberapa tokoh pergerakan nasional, seperti
Daslam Hadiwasito, Amir Notopratomo, A. Hamid, dan Soekarno (bukan Bung
Karno). Sementara itu, untuk kota-kota lainnya, pematangan dilakukan dengan
cara kontak pribadi atau melalui kurir, seperti dengan Soediro yang menjadi
Ketua Asosiasi Muda Magelang.
Kemudian pada tanggal 19 April 1930, berkumpullah wakil dari VIJ
(Sjamsoedin, mahasiswa RHS), BIVB - Bandoengsche Indonesische Voetbal Bond
(Gatot), PSM - Persatuan sepak bola Mataram Yogyakarta (Daslam Hadiwasito,
A. Hamid, dan M. Amir Notopratomo), VVB - Vortenlandsche Voetbal Bond Solo
(Soekarno), MVB - Madioensche Voetbal Bond Madiun (Kartodarmoedjo), IVBM -
Indonesische Voetbal Bond Magelang (E.A. Mangindaan), dan SIVB -
Soerabajasche Indonesische Voetbal Bond Surabaya(Pamoedji). Dari pertemuan
tersebut, diambillah keputusan untuk mendirikan PSSI, singkatan dari
Persatoean Sepak Raga Seloeroeh Indonesia. Nama PSSI lalu diubah dalam
kongres PSSI di Solo pada tahun 1930 menjadi Persatuan sepak bola Seluruh
Indonesia sekaligus menetapkan Ir. Soeratin sebagai ketua umumnya.
Tak berselang lama setelah berdirinya PSSI, sepak bola Indonesia akhirnya
ikut berbicara di pentas dunia. Selang 7 tahun kemudian, Nusantara yang
masih dalam kondisi dijajah Belanda ikut berpartisipiasi dalam Piala Dunia
1938 di Prancis. Sejumlah negara seperti Jepang, Cina, Hongkong, hingga
dataran Korea pun bertekuk lutut oleh talenta Indonesia yang waktu itu
masih memakai nama East Indies. Nusantara kemudian dapat unjuk gigi di
pentas dunia, karena mampu menjadi pionir bagi Asia untuk mengenal sepak
bola. Pada 1940, Soeratin pindah ke kampung halamannya di Bandung dan
jabatannya sebagai Ketua PSSI diambil alih oleh Artono Martosoewignyo.
Ketika itu, kehidupan Soeratin menjadi serbasulit. Rumahnya sempat
diobrak-abrik tentara Belanda, karena aktif dalam Tentara Keamanan Rakyat
(TKR) yang dianggap musuh. Pengabdian Soeratin bagi bangsa pun masih besar
di hari tuanya. Dia menyanggupi permintaan Ir. Djoeanda untuk memimpin
Djawatan Kereta Api (DKA) pada 1949. Akan tetapi, dengan tubuh yang semakin
renta, pekerjaan itu sedikit berat. Apalagi, ketika itu perjuangan fisik
melawan Belanda terus terjadi. Setelah sekian lama sakit dan tidak mampu
menebus obat, kisah hidup Soeratin semakin mengenaskan. Ia harus rela dalam
kesulitan ekonomi hingga akhir hayat. Tidak ada yang ia tinggalkan, kecuali
organisasi yang sangat dicintai, yakni PSSI. Organisasi besar yang menjadi
media perjuangan bangsa. Soeratin meninggal dunia pada 1 Desember 1959 pada
usia 60 tahun. Dia memilih untuk hidup tenang di sisa umurnya.
Sumber : laman resmi PSSI
Sent with AquaMail for Android
https://www.mobisystems.com/aqua-mail
PEDAGANG ARAK
Foto pedagang arak keĺling di Bali tempo dulu. Foto diambil sekitar tahun
1920-an. Arak adalah sejenis minuman keras khas daerah setempat. Sampai
sekarang minuman ini tetap populer di Bali, terutama untuk sarana
(uborampe) upacara keagamaan. Selain di Bali arak juga banyak kita temukan
di daerah lain di Indonesia.
Sent with AquaMail for Android
https://www.mobisystems.com/aqua-mail
Sebuah foto udara yang memotret area Rumah sakit Hasan Sadikin Bandung skrg/RS Ranca badak (dulu)
skrg/RS Ranca badak (dulu) dan di sampingnya gedung bio Farma tahun
1931yang di tandai garis merah itu jln Sukajadi menuju arah Lembang...-+90
tahun yg lalu sekitar daerah tsb msh berbentuk pesawahan sedangkan sekarang
org yg tinggal/pernah di Bandung sudah pada tahu seperti apa sekarang
daerah tsb...sumber:buku semerbak bunga di Bandung raya karya Haryoto kunto
Sent with AquaMail for Android
https://www.mobisystems.com/aqua-mail
Perang Mematikan Perancis-Makassar di Thailand dan Nenek Moyang Napoleon Bonaparte
Napoleon Bonaparte
Perjanjian Bungaya tahun 1667, mengakhiri perang panjang selama 13 tahun
antara Kerajaan Gowa yang dipimpin oleh Sultan Hasanuddin dan VOC (dalam
hal ini Kerajaan Belanda), walaupun disebut sebagai perjanjian damai namun
seluruh isinya menunjukkan deklarasi kekalahan Kerajaan Gowa.
Kekalahan dari Belanda dan orang Bugis dibawah Arung palakka ini tidak
diterima oleh sebagian besar panglima Kerajaan Gowa. Selain Laksamana
Karaeng Galesong, Laksamana Karaeng Bontonompo dll, terdapat juga seorang
lagi saudara Sultan Hasanuddin bernama I Yandulu Daeng Mangalle pergi
meninggalkan Makassar.
Daeng Mangalle pergi dari Makassar sebab ia tak terima dengan pengesahan
Perjanjian Bongaya, kesepakatan yang justru melucuti superioritas
Gowa-Tallo sebagai kekuatan maritim. Ia minggat, menolak tunduk pada Belanda.
Dalam buku "Siri': Bagian Kesadaran Hukum Rakyat Bugis-Makassar : Sebuah
Telaah Filsafat Hukum" (Hasanuddin University Press, 1995), Mohammad Laica
Marzuki menulis bahwa adik dari Sultan Hasanuddin itu terpaksa meninggalkan
tanah kelahiran pada tahun 1660 setelah difitnah salah satu istri raja
(hal. 122).
Tiga tahun menetap di Jawa, Usai menyingkir ke Pulau Jawa, ia mempersunting
Angke Sapiah, puteri salah satu raja yang disebut masih memiliki hubungan
darah dengan raja-raja Makassar.
Daeng Mangalle kemudian pindah ke daratan Siam. Permintaan suakanya kepada
Raja Ayutthaya saat itu, Somdet Phra Narai (Ramathibodi III), dikabulkan.
Singkat cerita, Daeng Mangalle beserta keluarga dan 250 pengikutnya yang
terdiri dari pria, wanita dan anak-anak menjejakkan kaki di Kerajaan
Ayutthaya pada tahun 1664.
Selanjutnya, Paul Gervaise, sejarawan Perancis melukiskan kedatangan mereka
di sambut baik oleh Raja Narai dan bahkan mereka diberi pemukiman di
pinggir sungai bertetangga dengan perkampungan orang Melayu. Kebetulan
orang Melayu dan Makassar sama-sama memeluk agama Islam.
Dengan reputasi sebagai pasukan ulung, orang-orang Makassar waktu itu tak
sulit membangun relasi dengan beberapa kelompok lain seperti Minangkabau,
Campa, Gujarat, dan masih banyak lagi.
Kehidupan awal sang daeng beserta komunitas Bugisnya berjalan lancar-lancar
saja. Mereka menjadi bagian komunitas internasional di Ayutthaya. Selain
mereka, terdapat komunitas dari Persia, Melayu, Champa, Jepang, Belanda,
dan Prancis.
Namun semua berubah ketika Phra Narai mendatangkan serdadu-serdadu Prancis
pimpinan Claude de Forbin. Serdadu-serdadu itu didatangkan untuk menjadi
pengawal sang raja. Kondisi di Ayutthaya yang rawan dengan kudeta perebutan
takhta menyebabkan sang raja perlu mengamankan kekuasaannya.
Kedatangan para serdadu Prancis itu ke Ayutthaya dikarenakan hubungan baik
yang terbina antara Ayutthaya dan Prancis. Pada masa Phra Narai, Ayutthaya
mengirimkan delegasinya ke Prancis yang dipimpin Louis XIV.
Dalam sejarah Thailand, Phra Narai dikenal sebagai raja yang membuka banyak
hubungan dengan negara-negara Barat. Ia sendiri pun pro-Barat. Bahkan
sekretaris kerajaannya berasal dari Yunani bernama Constantine Faulkon
seorang warga Yunani, mantan pegawai Serikat Dagang Hindia Timur Inggris
(EIC) yang diangkat menjadi penasihat Raja Phra Narai.
Bagi Daeng Mangalle, kedatangan serdadu-serdadu Prancis itu ibarat bencana.
Dengan serdadu-serdadu itu, kedudukan raja semakin kuat sehingga membuka
peluang memperbudak Daeng Mangalle dan para pengikutnya. Pada masa itu,
perbudakan merupakan hal yang lazim di Ayutthaya.
Hal yang sama dirasakan komunitas internasional lainnya, terutama yang
muslim. Selain itu, Daeng Mangalle juga bersitegang dengan Faulkon. Dan
kekhawatiran Mangalle bertemu dengan keinginan Phra Petracha, kakak tiri
Phra Narai, yang memang tidak menyukai tindak-tanduk sang raja yang terlalu
pro-Barat.
Sang raja, Phra Narai membiarkan istana kerajaan dipenuhi oleh orang-orang
Barat, terutama Prancis. Claude de Forbin, sang pimpinan serdadu Prancis
pun diberi jabatan sebagai Gubernur Bangkok.
Berhembus pula kabar burung jika Sang raja, Phra Narai hendak
di-kristen-kan. Selain itu sang raja, yang merengkuh kekuasaan lewat intrik
di dalam keluarga pewaris tahta, berlindung di balik sokongan Prancis untuk
meneguhkan kekuasaannya.
Beberapa tahun kemudian Orang Makassar, Champa, Kamboja dan Melayu dan
kalangan Istana menunjukkan ketidak sukaan mereka pada kebijakan Raja yang
bersekutu rapat dengan Orang Perancis, Inggris, Portugis dan Belanda. Daeng
Mangalle berpendapat tidak sepatutnya orang Islam bergaul dengan dan
dikuasai oleh non Muslim.
Suara sumbang pun bermunculan. Sentimen anti-Eropa tumbuh subur di kalangan
rakyat. Sejumlah komunitas penduduk secara terang-terangan mengambil sikap.
Rencana pemberontakan pun disusun oleh komunitas Melayu, Campa dan
lain-lain. Daeng Mangalle sebagai pentolan komunitas Makassar pun diajak serta.
Maka terjadilah pemberontakan pada akhir 1686 antara koalisi para pemukim
Champa, Melayu, dan Persia dan Pangeran lokal melawan pasukan Kerajaan Siam
yang dibantu serdadu Eropa.
Raja Phra Narai akhirnya mengetahui persekongkolan para pemberontak itu.
Komunitas Melayu, Champa dan Kamboja kemudian memohon pengampunan kepada
Raja yang serta merta diterima. Daeng Mangalle pun diminta juga untuk
memohon ampun, tetapi ditolak mentah-mentah oleh Daeng Mangalle.
Daeng Mangalle menolak tunduk memohon ampunan Raja atas tuduhan sebagai
inisiator rencana kudeta. Meskipun kemungkinan Daeng Mangalle mengetahui
rencana tersebut.
Tentang penolakan meminta maaf ini, Pelras menulis : "Hanya pangeran
Makassar yang menolak meminta maaf. Alasannya, dia tidak pernah mau
memberontak. Hanya saja kesalahannya adalah bahwa dia tidak melaporkan
rencana pemberontakan orang Melayu dan Campa kepada Raja Siam - alasan sang
pangeran karena dia juga tidak mau mengkhianati ke dua sahabatnya dengan
membuka rahasia yang telah di percayakan kepadanya. Bagaikan buah simalakama."
Gelarnya sebagai Pangeran Makassar mendasari sikapnya untuk tidak menjadi
seorang pengadu. Ia memilih mati di medan tempur ketimbang dipaksa mengakui
dirinya sebagai bagian dari kelompok pemberontak.
"Mengenai orang yang telah menghadap Paduka, saya harus katakan bahwa saya
tidak memercayainya sedikit pun, karena sekarang ini Perdana Menteri
Ayutthaya adalah orang Prancis (Constance Phaulkon) dan antara saya dan dia
ada saling benci dengan alasan perbedaan agama," ujarnya saat menghadap
Yang Mulia Phra Narai seperti ditulis sejarawan Bernard Dorleans dalam buku
"Orang Indonesia & Orang Prancis Dari Abad XVI sampai dengan Abad XX" (KPG,
2006).
Akibatnya selama satu bulan wilayah kampung Makassar dikepung oleh pasukan
Siam. Akhirnya raja pun mulai kehilangan kesabaran dan kemudian memutuskan
menggunakan kekuatan militer untuk memerangi masyarakat Makassar yang
dinggap kepala batu itu.
Forbin yang memimpin garnisun Prancis di benteng Bangkok menerima perintah
raja untuk memblokir keberangkatan 2 perahu perahu Makassar yang berniat
meninggalkan kerajaan Siam. Seuntai rantai yang direntangkan melintasi
sungai mengharuskan satu delegasi yang terdiri dari enam orang Makassar
datang bermusyawarah dengan prajurit Prancis tapi mereka menolak keras
badik mereka dilucuti dan disita.
Tidak dapat dielakkan terjadi kontak senjata. Perlawanan pun pecah. Pasukan
Daeng Mangalle yang 47 orang dan hanya bersenjata tombak dan badik melawan
700-an serdadu Eropa. Daerah sekitar Sungai Chao Phraya jadi medan perang
sengit selama tiga pekan beruntun. Ratusan rumah terbakar, penduduk sipil
turut menjadi korban.
Orang2 Makassar menghadapinya dengan "semangat siri," keyakinan untuk
membela kehormatan sampai titik darah penghabisan. Mereka menyerang orang2
Eropa dengan mengerikan mengejar pasukan Prancis dan Portugis yang saat itu
juga hendak membantai perempuan dan anak-anak.
Dengan merunduk mereka menyerang dan mengejar pasukan lawan dg tombak dan
badiknya bagai orang kesetanan tanpa takut mati tanah di tepi sungai serta
air sungai memerah, sejengkal demi sejengkal tanah yang dilewati menjadi
ladang pembantian, wanita, anak-anak semua dibunuh tanpa kecuali.
Orang Makassar bertarung dengan keberanian tiada tara. Enam orang Makassar
menyerang pagoda dan membunuh beberapa prajurit serta biarawan di sana.
Sebanyak 366 orang prajurit Perancis ditewaskan oleh enam orang Makassar.
Siasat licik pencegatan kapal dengan harapan menangkap para pemimpin
pemberontak malah berakhir nihil. Claude de Corbin, pemimpin garnisun
Prancis sendiri nyaris kehilangan nyawa.
Upaya Raja Phra Narai untuk mengajak orang Makassar berunding pun menemui
jalan buntu. "Kehormatan mencegah Daeng Mangalle untuk bertindak sebagai
pengadu dan mata-mata terhadap teman-teman seagama," tulis Dorleans (hal. 117).
Kehabisan cara membujuk, koalisi Ayutthaya-Eropa melaksanakan pengepungan
kampong Makassar pada 23 September 1686. Raja memerintahkan serangan
besar-besaran ke perkampungan orang Makassar. Akhirnya prinsip orang Bugis
Makassar menghadapi tantangan "Sekali Layar Berkembang Pantang Surut
Kebelakang" menyadari bahwa sudah tidak ada kemungkinan lain selain
bertempur sampai mati,dan setelah menyadari mereka tak akan memenangkan
pertempuran, banyak diantara mereka terpaksa membunuh istri dan
anak-anaknya untuk menghindarkan keluarga mereka dari perbudakan dan di
perkosa. Beberapa kali pasukan Siam harus mundur menghadapi perlawanan
orang Makassar yang sangat berani dan nekat.
Bahkan seorang saksi Sejarah Peristiwa ini Menuliskan Kekaguman Mendalam
Terhadap Orang-Orang Makassar, Belum pernah ia melihat ada bangsa yang
seberani Bangsa Makassar, ia melihat Orang Makassar itu sudah terkapar
bersimbah darah dan di Injak- injak oleh tentara Siam dan Perancis, tetapi
dengan seketika Orang Makassar yang sudah terkapar dan bersimbah darah itu
Bangkit dan Membunuh dua orang tentara Perancis yang ada di dekatnya, lalu
kemudian ia mati perlahan-lahan.
Akhirnya, pada serangan total inilah kampong Makassar jatuh. Daeng Mangalle
sendiri terluka dengan lima tusukan tombak dan setelah tangannya tertembak
langsung menerjang menteri Siam dan membunuh seorang Inggris. Ia pun
akhirnya tewas.
Demikianlah akhir dari pertempuran itu 22 orang Makassar akhirnya menyerah
dan 33 orang prajurit Makassar dikumpulkan. Perlakuan terhadap orang
Makassar yang tersisa sungguh tak terperikan kejamnya, ada yang dikubur
hidup-hidup, berdiri sampai leher dan mati setelah diperlakukan dan di
cemohkan serta dihinakan tanpa belas kasihan.
Sejarah ini diceritakan sendiri oleh Forbin dalam catatan harian yang
ditulisnya selama masa penugasannya menumpas pemberontakan orang Makassar
di Ayutthaya, Thailand.
Catatan menyebut bahwa perlawanan sekitar 200 ratus orang Makassar
menewaskan kurang dari seribu serdadu Ayutthaya-Eropa. Raja Phra Narai
sendiri digulingkan oleh kelompok anti-Eropa pada tahun 1688.
Riwayat perlawanan Daeng Mangalle beserta pengikutnya rupanya membekas di
warga lokal. Penduduk Siam sangat mengagumi keberanian orang Makassar yang
menghadapi ribuan tentara. Dengan hanya 250 orang, orang Makassar telah
menewaskan tentara sebanyak 1000 orang Siam dan 17 warga asing.
Orang-orang Siam mencatat peristiwa itu sebagai peristiwa heroik yang
pernah mereka saksikan. Daeng Mangalle dikenang sebagai orang hebat yang
bertarung untuk membela kehormatan. Warga Siam lalu mengabadikan Makassar
sebagai nama salah satu distrik di Bangkok, kini disebut sebagai Makkasan,
menyesuaikan dengan lidah orang Thailand, kawasan yang dahulu bernama Krung
Thep.
Dua anak Daeng Mangalle yang masih hidup, Daeng Ruru (15 tahun) dan Daeng
Tulolo (16 tahun) menjadi yatim. Mereka berdua kemudian dikirim ke Prancis,
sekutu Eropa nan setia dari Kerajaan Siam.
Hal tersebut dikemukakan oleh etnolog Bugis tersohor, Christian Pelras,
melalui artikelnya yang terbit pada 1997. Sejarawan Bernard Dorleans
kemudian mengulang temuan mendiang Pelras dalam buku "Orang Indonesia &
Orang Prancis: Dari Abad XVI sampai dengan Abad XX (diterjemahkan KPG tahun
2006).
Mereka akhirnya tiba di pelabuhan Paris pada 10 September 1687 setelah
meninggalkan Bangkok setahun sebelumnya. Raja Prancis waktu itu, yakni
Louis XIV (berkuasa 1643-1715) rupanya tak membiarkan hidup Daeng Ruru dan
Daeng Tulolo terlunta-lunta. Raja bernama lengkap Louis Dieudonné itu
memberi sokongan finansial dan akses pendidikan dengan alasan kelas sosial
kedua pangeran.
Namun sebelum mengenyam kehidupan aristokrat Prancis, kedua pangeran itu
dibaptis dengan nama Kristen. Keduanya pun memiliki nama Prancis, yakni
Daeng Ruru menjadi Louis Pierre, sementara Louis Dauphin disematkan pada
Daeng Tulolo.
Setelah itu, mereka kemudian didaftarkan ke kolese jesuit Louis-le-Grand
Paris untuk belajar bahasa Prancis secara intensif. Fasih dengan lidah
negeri keduanya, kakak-beradik ini melanjutkan studi di sekolah tinggi
Clermont.
Lulus sekolah tinggi, Louis Pierre dan Louis Dauphin kemudian diterima di
sekolah perwira angkatan laut Brest setelah melalui seleksi ketat. Sekolah
tersebut punya reputasi bergengsi lantaran mencetak perwira-perwira
--berasal dari kalangan aristokrat tentu saja-- yang lihai dalam urusan
pelayaran dan kelautan. Lulusnya mereka pun disebut jadi bukti perhatian
dari Raja Louis XIV.
Namun, status bangsawan membuat keduanya jadi kadet yang tinggi hati.
"Kedua taruna ini menjadi amat sulit diatur tapi juga merasa lebih tinggi
daripada yang lain yang tentunya sesuai dengan orang Makassar yang berdarah
biru. Mereka memandang perwira lain sama terhormat dan sama pintar dengan
mereka tetapi berasal dari kelas yang rendah," tulis Dorleans (hal. 124).
Karir Daeng Ruru di angkatan laut Kerajaan Prancis rupanya melesat dengan
cepat. Lulus saat berusia 19 tahun -hanya dua tahun setelah menjadi kadet
AL- ia langsung menyandang pangkat letnan muda yang setara letnan di
angkatan darat. Dan menginjak 20 tahun menjadi letnan angkatan laut, yang
setara dengan kapten angkatan darat.
Sudah jadi rahasia umum bahwa lesatan kilat karier kemiliteran waktu itu
ditunjang oleh dua hal, yakni kecerdasan serta sokongan keuangan.
Pengetahuan kelautan dipastikan berasal dari darah pelaut sang ayah,
mendiang Daeng Mangalle. Sementara materi jadi tanggung jawab Louis XIV
sepenuhnya.
Pada 3 Januari 1707, pangeran muda dengan nama Louis Pierre Makassar ini
bertugas di kapal Jason—kapal dengan 54 meriam—dengan tugas memburu kapal
penyerang Belanda Vlisingen. Tak lama setelah itu, ia bertugas di kapal
Grand yang mengambil bagian dalam armada laut Laksamana Ducasse. Pada 19
Oktober 1707, armada laut itu tiba di Havana untuk membantu Spanyol
bertempur melawan Inggris. Namun pangeran dari Makassar itu meninggal pada
19 Mei 1708, entah perkara kehormatan atau hutang judi.
Adapun karier sang kakak, Daeng Tulolo, di angkatan laut Prancis bisa
dibilang biasa-biasa saja. Ia lulus pada 18 Mei 1699, namun harus menunggu
selama 13 tahun agar diangkat menjadi letnan muda. Pangkat tersebut resmi
disandangnya pada usia 38 tahun, dan tak berubah hingga akhir masa hidupnya.
Saat mendengar kabar si adik bungsu mangkat, "Louis Dauphin" meminta izin
kepada Raja Louis XIV untuk pulang kampung ke Makassar untuk mengambil alih
tahta milik leluhurnya. Namun tak disebutkan apakah Daeng Tulolo berhasil
atau tidak.
Lebih jauh, Daeng Tulolo disebut sebagai pemeluk Katolik yang taat. Ia
sempat aktif mendirikan ordo kesatria dan mempersembahkan sebuah gambar
untuk Perawan Suci Maria. Sempat diletakkan di Katedral Notre-Dame, gambar
tersebut kemudian dicabut lantaran yang bersangkutan "telah kembali ke
agama nenek moyangnya dengan alasan poligami" (hal. 125).
Daeng Tulolo meninggal di Brest, 30 November 1736, pada usia 62 tahun.
Pemakamannya dihadiri oleh sejumlah perwira tinggi angkatan laut Prancis.
Disemayamkan dalam Gereja Saint Louis de Brest, jenazahnya hancur semasa
Perang Dunia II berkecamuk akibat pemboman.
Menurut Nasaruddin Koro dalam bukunya: Ayam Jantan Tanah Daeng "Dari Louis
Pierre de Macassart dan Louis Dauphin putra Daeng Mangalle inilah kakek
moyangnya si Napoleon Bonaparte. Dan, itulah sebabnya, Napoleon itu kecil
dan tidak tinggi. Juga, kedua cucu Sultan Hasannudin itulah yang
mengenalkan Perancis dengan binatang kesayangan ayam jago. Sama persis
dengan ayam jagonya Sultan Hasannudin.
"Napoleon Bonaparte itu orang Makassar," Demikian ditulis di sebuah buku
Eropa dengan nama pengarangnya Bernard Dorleans, salah seorang Penulis Top
Eropa abad ke 17. Kakeknya orang Makassar, makanya lambang ayam Negara
Perancis itu, lambang Ayam dari Asia, dari Gowa.
Sumber:
-Ach. Hidayat Alsair, Mengenang Perlawanan Orang Makassar digempur Ribuan
Prajurit Thailand
-Yusran Darmawan, Jejak Makassar di Thailand
-Nasaruddin Koro, Ayam Jantan Tanah Daeng
-Adi Lagaruda, Petualangan Orang Makassar di Negeri Siam
-Ramang Jr, Perang Mengerikan di Thailand, 40 Orang Bugis Makassar
Membantai 1000 tentara Perancis
Sent with AquaMail for Android
https://www.mobisystems.com/aqua-mail
Rapat Raksasa di Lapangan IKADA
_________
Di Lapangan Ikada Jakarta, pada tanggal 19 September 1945 pada waktu Bung
Karno dan Bung Hatta didesak oleh rakyat untuk berpidato, sekian puluh ribu
rakyat penduduk Jakarta dan Barisan Pemuda yang ada di Lapangan Ikada pada
waktu itu, tidak seorangpun yang sanggup berdiri di muka mobil Bung Karno
untuk melepasakan Bung Karno dan Bung Hatta dari kepungan bayonet tentara
Jepang, kecuali Abdul Qahhar Mudzakkar seorang diri dengan sebilah golok di
tangan dengan tekad dan nekat mengundurkan tentara Jepang yang sudah penuh
membajiri mobil Bung Karno dan Bung Hatta dengan bayonet terhunus.
Sent with AquaMail for Android
https://www.mobisystems.com/aqua-mail
Teefster dari Aceh, sekitar tahun 1900, bekerja di bawah rumah tradisional.
Werkende vrouwen als hier afgebeeld, stonden onderaan de sociale ladder in
Atjeh.
Zulke foto 's zijn vrij zeldzaam. De foto komt uit het Stammeshaus archief .
Teefster dari Aceh, sekitar tahun 1900, bekerja di bawah rumah tradisional.
Wanita kerja seperti di sini digambarkan, berada di dasar tangga sosial di
Aceh.
Foto-foto ini cukup langka. Foto ini berasal dari arsip Stammeshaus.
Sent with AquaMail for Android
https://www.mobisystems.com/aqua-mail
4.23.2020
Italia di wwii
Beberapa hari kemudian Digagalkeun Dan DiPukul Mundur Sampai Albania Yang
berakhir Dengan kebuntuan.
Tidak Sampai Disitu Bro! Dua Bulan kemudian Pada Desember 1940, pasukan
Persemakmuran Britania Raya memulai serangan balasan terhadap pasukan
Italia di Mesir dan Afrika Timur Italia.Pada awal 1941, dengan pasukan
Italia dipukul hingga Libya oleh Persemakmuran, Churchill memerintahkan
pengerahan tentara dari Afrika untuk membantu Yunani.
Disaat Paman Kumis Kotak Sedang Sibuk Mempersiapkan Operasi Barbarosa.
Tetapi harus Menundanya Untuk Menyerang Balkan Terlebih dahulu.Demi Mebantu
Teman Bebannya(italia) Dibantu Bulgaria.Pada Bulan April 1941 Jerman Pun
turun tangan di Balkan dengan menyerbu Yunani danYugoslavia setelah terjadi
kudeta; di sini mereka membuat kemajuan besar, sehingga memaksa Sekutu
pindah setelah Jerman menguasai pulau Kreta, Yunani pada akhir Mei.
Sent with AquaMail for Android
https://www.mobisystems.com/aqua-mail
The Hunger Games: The Ballad of Songbirds and Snakes
⭐️⭐️⭐️⭐️⭐️️⭐️⭐️⭐️⭐️⭐️️⭐️⭐️⭐️⭐️⭐️️⭐️⭐️⭐️⭐️⭐️️⭐️
Sudah lima tahun sejak film "The Hunger Games: Mockingjay Part 2" tayang
tahun 2015 lalu, kini di tahun 2020 film prequelnya, "The Ballad of
Songbirds and Snakes" siap digarap.
Sutradara Francis Lawrence, yang sudah mengarahkan tiga seri film Hunger
Games sebelumnya, yaitu Catching Fire, Mockingjay Part 1, dan Mockingjay
Part 2, akan kembali menyutradarai film keempat ini.
Belum ada nama pemain yang diumumkan saat ini, namun produksi besar film
ini akan mulai setelah semua aman dan pandemi virus corona usai.
"The Hunger Games: The Ballad of Songbirds and Snakes" akan diadaptasi dari
novel berjudul sama karya Suzanne Collins yang akan mulai dijual pada 19
Mei mendatang di Amerika Serikat, Kanada, Inggris, Irlandia, Australia, dan
Selandia Baru.
Suzzane Collins akan menuliskan arahan film, sementara pemenang Oscar untuk
kategori penulis naskah, Michael Arndt akan mengadaptasi naskahnya.
Ketiga buku Collins sebelumnya, yaitu The Hunger Games, Catching Fire, dan
Mockingjay telah terjual lebih dari 100 juta copy dan telah diterjemahkan
dalam 52 bahasa.
Lionsgate Motion Picture telah mengadaptasi tiga novel bestseller tersebut
ke dalam film dan meraup keuntungan sekitar 3 miliar dolar Amerika Serikat
secara global.
Maka tak salah jika Joe Drake bos dari Lionsgate Motion Picture Group
menjadikan novel keempat Collins, "The Ballad of Songbirds and Snakes"
sebagai prioritasnya.
"Buku baru dari Suzanne layak untuk ditunggu. Buku itu menawarkan segala
yang para penggemar harapkan dari The Hunger Games, sementara itu juga ada
babak baru dan memperkenalkan lembaran yang sepenuhnya baru dari para
karakter," kata Joe Drake.
Sent with AquaMail for Android
https://www.mobisystems.com/aqua-mail
One Punch Man ( Live Action )
⭐️⭐️⭐️⭐️️⭐️⭐️⭐️⭐️⭐️️⭐️⭐️
One Punch Man, salah satu judul anime/manga yang paling populer diseluruh
dunia, kini akan segera dibuatkan versi live action-nya. Bercerita mengenai
sosok bernama Saitama, seorang pahlawan super yang dapat mengalahkan lawan
mana pun dengan satu pukulan saja. Namun karena saking kuatnya, ia cukup
bosan dan sampai saat ini ia masih mencari lawan yang sepadan. Premis
tersebut memang cukup menarik, sampai Sony Pictures ingin membuat versi
live action-nya.
Tidak main-main, Sony menggaet duet penulis kawakan untuk film ini. Yaitu
Scott Rosenberg dan Jeff Pinkner. Kedunya cukup berpengalaman dalam membuat
film Box Office, sebut saja Venom yang rilis pada tahun 2019 lalu. Keduanya
juga menulis untuk dua seri film Jumanji yang meraih kesuksesan luar biasa.
Disamping itu, Avi Arad dan Ari Arad dari Arad Productions memproduksi film
ini.
Dilansir dari Variety, Sony Pictures juga melihat prospek tinggi pada live
action One Punch Man. Dalam artian, Sony bersiap untuk kemungkinan menambah
franchise One Punch Man menjadi beberapa seri. Tentunya hal ini harus
melihat peforma film pertamanya dulu. Disamping hal-hal tersebut, belum ada
konfirmasi lainnya, seperti sutradara, cast, dan jadwal rilis yang ditetapkan.
Dengan dibuatnya live action One Punch Man, menjadi bukti bahwa
cerita-cerita manga mulai dilirik oleh sineas Hollywood. Sebut saja seperti
One Piece yang serial live action-nya segera digarap oleh Netflix dan Akira
yang akan disutradarai oleh Taika Waititi (meskipun terus menerus diundur).
Tentunya One Punch Man yang berhasil menjual 30 Juta kopi diseluruh dunia
akan jadi "lahan basah" untuk digarap dengan serius.
Sent with AquaMail for Android
https://www.mobisystems.com/aqua-mail
Garis demakarsi
Demarkasi....
Di Bandung.
Pada bulan Maret 1947.....
Sent with AquaMail for Android
https://www.mobisystems.com/aqua-mail
4.22.2020
Kartini bersama ayah dan saudara-saudaranya
(C) KITLV
Sent with AquaMail for Android
https://www.mobisystems.com/aqua-mail
Pengasingan
1949.
Sent with AquaMail for Android
https://www.mobisystems.com/aqua-mail
Mancing belut?
sesuatu di pematang sawah. Foto ini adalah koleksi seorang Seorang mantan
serdadu Belanda yang dikirim ke Jawa pada 1946-1949. Kurang lebih 150.000
anak muda Belanda bahu membahu dengan para serdadu Pribumi Bayaran untuk
bertarung dengan sesamanya yang menginginkan sebuah republik merdeka.
Menurut sebuah organisasi veteran Belanda, 8000 (ada juga yang bilang
15.000) gugur dan hilang tak berbekas di kawasan tropis ini. Btw lagi apa
kira2 londo2 ini??
Sent with AquaMail for Android
https://www.mobisystems.com/aqua-mail
4.21.2020
Tentara KNIL
Sedang memeriksa pengendara sepeda,di perbatasan kota pulau jawa.
untuk di cek kelengkapan nya.
(Pajak peneng) sekitar tahun 1946.
(Tropenmusium)
"Hey, inlander boleh ik liat itoe soerat peneng.."
"Silahkeun meneer, tapi mbo yoo Kulo njalo udud toh.."
"Kosek,,,Meneng Kowe" 😁
Sent with AquaMail for Android
https://www.mobisystems.com/aqua-mail
Kisah Dewa Ruci
Kisah Dewa Ruci
Sementara itu Arya Wrekodara merasa tugas mencari Tirta Pawitrasari jauh lebih berat daripada mencari Kayu Gung Susuhing Angin. Maka, ia pun memutuskan untuk pulang terlebih dulu ke Kerajaan Amarta untuk mohon pamit dan meminta doa restu kepada ibu dan empat saudaranya.
Dewi Kunti, Prabu Puntadewa, Dewi Drupadi, Raden Permadi, serta si kembar Raden Nakula dan Raden Sadewa menyambut kepulangan Arya Wrekodara. Kepada mereka, Arya Wrekodara bercerita tentang niatnya untuk belajar ilmu Sangkan Paraning Dumadi Lepasing Budi kepada Resi Druna, dengan syarat harus bisa menemukan air kehidupan Tirta Pawitrasari Mahening Suci di Samudera Minangkalbu.
Prabu Puntadewa dan yang lain terkejut. Dewi Kunti segera meminta agar Arya Wrekodara membatalkan niatnya. Namun, Arya Wrekodara menolak karena sudah terlanjur menyanggupi. Raden Permadi menanggapi bahwa ia yakin Resi Druna pasti telah didesak Prabu Duryudana dan Patih Sangkuni untuk mencelakakan sang kakak kedua. Prabu Puntadewa membenarkan hal itu. Ia pun mengingatkan bahwa dulu Prabu Duryudana semasa muda dibantu Patih Sangkuni pernah melakukan percobaan pembunuhan terhadap para Pandawa beserta Dewi Kunti dalam peristiwa Balai Sigalagala.
Arya Wrekodara berkata bahwa dulu Prabu Puntadewa pernah berpesan agar jangan lagi mengungkit-ungkit soal Balai Sigalagala, tapi mengapa sekarang justru melanggarnya perkataannya sendiri? Apalagi ketika Prabu Duryudana dan Arya Wrekodara sama-sama berguru kepada Wasi Jaladara, saat itu Prabu Puntadewa sangat bersyukur dan mengumumkan bahwa Prabu Duryudana (saat itu masih bernama Raden Kurupati) telah bertobat dan ingin memperbaiki hubungan dengan para Pandawa. Untuk itu, para Pandawa tidak boleh lagi menganggap Kurawa sebagai musuh. Sungguh mengherankan, mengapa sekarang tiba-tiba Prabu Puntadewa menaruh prasangka buruk, menduga Prabu Duryudana pasti telah mendesak Resi Druna untuk mencelakakan dirinya?
Dewi Kunti sangat sedih karena Arya Wrekodara tetap bersikeras ingin pergi mencebur samudera. Karena terlalu sedih, wanita itu pun jatuh pingsan. Sang menantu, Dewi Drupadi segera memapah tubuhnya masuk ke dalam kedaton.
Raden Nakula dan Raden Sadewa ganti ikut bicara. Mereka memeluk lengan Arya Wrekodara kiri dan kanan, meminta agar sang kakak kedua jangan pergi. Mereka menangis meratapi nasib sebagai anak yatim piatu yang sejak kecil ditinggal mati ayah dan ibu. Mereka menganggap Arya Wrekodara adalah pelindung mereka selama ini. Arya Wrekodara tidak hanya berperan sebagai ayah, tapi juga berperan sebagai ibu bagi mereka. Dulu saat kecil, Arya Wrekodara sering menggendong keduanya ke sana kemari. Juga apabila tidak ada sang kakak kedua, mungkin mereka sudah mati dilalap kobaran api dalam peristiawa Balai Sigalagala. Raden Nakula dan Raden Sadewa menganggap Arya Wrekodara sudah seperti pengganti orang tua bagi mereka.
Arya Wrekodara merasa bimbang untuk melangkah. Namun, kuatnya niat untuk mengetahui seluk-beluk ilmu Sangkan Paraning Dumadi membuatnya menjadi nekat. Ia pun mengibaskan tangan si kembar, lalu mengangkat tubuh Prabu Puntadewa. Ia berkata dirinya bersifat kaku, tidak bisa membungkuk atau berjongkok. Untuk itu, ia pun menjunjung tubuh si kakak sulung dan meminta restu kepadanya. Jika niatnya tulus dan suci, ia meminta restu supaya berhasil meraih cita-cita. Namun, jika niatnya bengkok, maka relakanlah dirinya tewas tenggelam atau mati dimangsa ikan hiu.
Prabu Puntadewa melihat semangat adiknya begitu kokoh. Ia pun merestui Arya Wrekodara semoga berhasil meraih cita-cita. Arya Wrekodara lalu menurunkan sang kakak sulung kemudian mohon pamit berangkat menuju Samudera Minangkalbu. Para Pandawa yang lain melepas kepergiannya dengan isak tangis. Prabu Puntadewa pun mengajak mereka masuk ke dalam sanggar pemujaan untuk berdoa bersama kepada Yang Mahakuasa, memohon yang terbaik untuk saudara mereka nomor dua tersebut.
Arya Wrekodara berusaha memantapkan hati. Ia menuruti bisikan kalbunya agar berjalan menuju arah selatan. Di tengah jalan tiba-tiba dirinya berjumpa dengan sang kakak angkat, yaitu Resi Anoman, sesama Kadang Tunggal Bayu yang tinggal di Padepokan Kendalisada.
Resi Anoman bertanya apa tujuan Arya Wrekodara berjalan ke selatan. Arya Wrekodara menjelaskan semuanya dari awal, yaitu ia ingin berguru ilmu Sangkan Paraning Dumadi kepada Resi Druna. Resi Anoman tampak kecewa dan meminta sang adik agar kembali. Apa gunanya berguru kepada Resi Druna? Resi Druna itu guru ilmu perang, bukan guru ilmu kebatinan. Jika Arya Wrekodara ingin berguru ilmu Sangkan Paraning Dumadi sebaiknya bertanya kepada Bagawan Abyasa atau Resiwara Bisma. Mereka berdua jauh lebih paham daripada Resi Druna. Apalagi Resi Druna terkenal sebagai pendeta mata duitan yang hidupnya melacurkan diri kepada Prabu Duryudana, muridnya sendiri yang kaya raya.
Arya Wrekodara merasa kecewa dua hal kepada Resi Anoman. Kecewa yang pertama ialah Resi Anoman telah menghina gurunya yang sangat ia hormati. Resi Anoman terlalu menilai orang dari luarnya saja. Yang kedua, Resi Anoman sebagai seorang pendeta ternyata pikirannya belum tenang, hatinya belum hening, masih suka membanding-bandingkan antara orang yang satu dengan lainnya. Harusnya seorang pendeta itu lebih teduh pandangannya, lebih arif pikirannya, dan lebih luhur budi pekertinya. Menghakimi Resi Druna suka melacurkan diri jelas karena didorong perasaan amarah semata, bukan hasil dari pemikiran bijaksana dilandasi hati yang jernih.
Resi Anoman tersinggung atas ucapan adiknya. Ia pun menyerang Arya Wrekodara untuk memaksanya kembali. Arya Wrekodara menghadapi serangan itu. Keduanya lalu berkelahi. Arya Wrekodara berpikir jika dirinya melayani sang kakak angkat, maka cita-citanya pasti akan tertunda. Maka, dengan cekatan Arya Wrekodara pun berhasil meloloskan diri dari pertarungan, kemudian melanjutkan perjalanannya menuju Samudera Minangkalbu.
Resi Anoman tersenyum melihat kepergian adiknya. Ia berkata dirinya tadi hanyalah ingin mencoba keteguhan tekad Arya Wrekodara saja. Melihat semangat yang kuat serta niat yang lurus dari adiknya tersebut, ia pun berdoa semoga Arya Wrekodara mendapat keberhasilan meraih cita-cita dan selalu dilindungi Tuhan Yang Mahakuasa.
Arya Wrekodara telah sampai di tepi laut selatan. Tampak ombak bergulung-gulung membuat hatinya bergetar. Sejak kecil dirinya kurang pandai berenang, namun kini terlanjur menyanggupi untuk mencebur samudera, mencari keberadaan air kehidupan Tirta Pawitrasari Mahening Suci. Pikirannya pun berbisik sebaiknya pulang saja dan meminta Resi Druna memberikan tugas lainnya yang tidak berhubungan dengan air.
Tiba-tiba di atas kepala Arya Wrekodara tampak seekor burung gagak dan seekor burung patukbawang sedang terbang berputar-putar. Arya Wrekodara seolah-olah bisa mendengar mereka berbicara tentang kematian. Mereka berkata bahwa hidup atau mati ada di tangan Sang Pencipta. Mencebur ke dalam lautan bisa jadi tetap selamat, sedangkan tidur di rumah bisa jadi tidak bangun lagi untuk selamanya. Arya Wrekodara merasa tersindir. Sebagai kesatria ternyata ia kalah pemikiran dibanding dua ekor burung kecil. Dengan membulatkan tekad, ia pun melompat sejauh-jauhnya, dan tubuhnya pun mencebur ke dalam lautan.
Ternyata benar, Yang Mahakuasa memberikan perlindungan kepadanya. Cincin Druwenda Mustika Manik Candrama pemberian Batara Indra dan Batara Bayu telah membuat tubuh Arya Wrekodara mengambang. Ia pun berjalan dengan kaki di dalam air menuju ke tengah. Semakin lama, makin ke tengah menuruti bisikan kalbunya.
Tiba-tiba muncul sesosok makhluk berwujud besar dan panjang menyambar tubuhnya. Makhluk tersebut berwujud naga yang langsung membelitnya mulai kaki hingga leher. Arya Wrekodara pun meronta-ronta. Namun, semakin meronta, belitan sang naga justru semakin erat. Ketika mulut si naga hendak mencaplok kepalanya, Arya Wrekodara sempat menangkap dan menusuk mulut tersebut menggunakan Kuku Pancanaka. Naga itu pun mati dan bangkainya musnah dari pandangan.
--
Sent from myMail for Android
4.20.2020
Agar Negara Tak Lagi Zonder Tentara
Agar Negara Tak Lagi Zonder Tentara
Usai tak lagi bertugas sebagai komandan kamp interniran di Bandung, Oerip Soemohardjo pulang ke rumah-vilanya di Gentan, daerah antara Yogyakarta dan Pakem. Dia mengisi hari-harinya dengan berkebun, hobi lamanya. Aktivitas itu berlangsung hingga Indonesia merdeka.
Oerip tak terlalu minat mengikuti perkembangan politik. Meski banyak orang datang ke rumahnya, termasuk AH Nasution, dia lebih banyak menjadi pendengar yang baik. Hanya jika diminta, dia memberikan pandangan dan saran.
Suatu hari, pada Oktober 1945, Oerip kedatangan tamu. Mereka adalah para eks perwira KNIL (Tentara Kerajaan Hindia Belanda), yang dipimpin Didi Kartasasmita. Oerip menyambut hangat. Obrolan pun mengalir. Oerip mendengarkan dengan saksama ketika Didi menjelaskan maksud kedatangannya: membendung arus mantan serdadu KNIL yang hendak memihak NICA (Pemerintahan Sipil Hindia Belanda) sekaligus membentuk tentara nasional. Setelah dibujuk, Oerip mendukung dan menyanggupi menjadi formatur pembentukan tentara dengan syarat mendapat dukungan dari junior.
Pertemuan usai. Oerip menyilakan para tamunya menginap sebelum esok melanjutkan perjalanan ke Ambarawa dan Semarang. Dalam perjalanan kembali ke Jakarta, mereka menyempatkan bermalam lagi di rumahnya.
Pembentukan TKR
Pada 5 Oktober 1945, Oerip memenuhi undangan Presiden Sukarno untuk menghadiri rapat kabinet di Jakarta. Tiga mantan opsir KNIL lainnya dan seorang mantan Peta (Pembela Tanah Air) juga hadir. Rapat memutuskan pembentukan Tentara Keamanan Rakyat (TKR). Rapat juga menunjuk Oerip, yang dikenal dengan pernyataannya "aneh, negara zonder (tanpa) tentara" sebagai formatur. Sebelumnya, pada 22 Agustus 1945 telah dibentuk Badan Keamanan Rakyat (BKR), yaitu badan yang bertugas memelihara keamanan bersama dengan rakyat dan jawatan-jawatan negara.
Pada 5 Oktober 1945, melalui suratkabar dan radio, pemerintah mengumumkan maklumat: "Untuk memperkuat perasaan keamanan umum, maka diadakan satu Tentara Keamanan Rakyat." Maklumat itu disusul dengan pengumuman-pengumuman dari Markas Tertinggi yang dibentuk Oerip.
"Diserukan oleh Markas Tertinggi agar para pemuda, para bekas prajurit Peta, Heiho, Kaigun Heiho, Barisan Pelopor dan lain-lainnya, memasuki TKR," tulis Nugroho Notosusanto dalam Pejuang dan Prajurit.
Pada 20 Oktober 1945, pemerintah mengumumkan susunan tertinggi di Kementerian Keamanan Rakyat dan TKR. Oerip mendapat kepercayaan sebagai Kepala Staf Umum TKR. Pimpinan tertinggi diserahkan pada Suprijadi, tokoh pemberontakan Peta di Blitar, yang tak muncul sebelum akhirnya dipegang Soedirman.
"Sementara para bekas opsir Peta tak pernah mendapat pendidikan staf, para bekas opsir KNIL itu setidak-tidaknya telah berpengalaman dalam melakukan tugas-tugas staf dan oleh sebab itu mereka lebih memenuhi persyaratan untuk tugas yang berkaitan dengan pengorganisasian dan perencanaan militer," tulis Ulf Sundhaussen dalam Politik Militer Indonesia 1945-1967: Menuju Dwi Fungsi ABRI.
Desain Tentara Rasa Belanda
Sepulang ke Yogyakarta, Oerip langsung bekerja. Dia menjadikan salah satu kamar di Hotel Merdeka (kini Hotel Inna Garuda) sebagai Markas Besar Tertinggi (MBT) TKR. Dibantu beberapa tokoh muda bekas perwira KNIL seperti Didi Kartasasmita, Suryadarma, dan Simatupang, Oerip menyusun organisasi ketentaraan.
Oerip ingin membentuk organisasi tentara yang rapi, disiplin, dan profesional. Struktur menempati posisi penting. "Untuk memudahkan pengorganisasian TKR, maka MBT mengeluarkan perintah tentang pembentukan komandemen sebagai 'organisasi penghubung' antara divisi-divisi dengan MBT," ujar Didi Kartasasmita dalam otobiografinya,Pengabdian Bagi Kemerdekaan.
Tiap komandemen membawahkan beberapa divisi, yang jumlahnya berbeda-beda di tiap tempat. "Kepada mereka diberikan komando taktis, baik atas kesatuan-kesatuan TKR yang reguler maupun atas sekian banyaknya badan perjuangan, yakni nama baru yang diberikan kepada berbagai organisasi kelasykaran," tulis Sundhaussen.
Menurut Nugroho, sebenarnya Oerip akan membentuk empat divisi saja: tiga di Jawa dan satu di Sumatera. Tapi rencana ini batal karena pemuda-pejuang yang sukarela masuk TKR melebihi jumlah yang direncanakan. Maka, MBT TKR akhirnya membentuk dan mengesahkan susunan sepuluh divisi di Jawa dan enam divisi di Sumatera.
Untuk mengetatkan organisasi, sepuluh divisi di Jawa dibagi menjadi tiga komandemen yang dipimpin seorang mayor jenderal. Pembentukan komandemen ini tak berjalan lancar. Sejumlah divisi tak mau mengakui panglima komandemennya. Alasannya beragam: dari perbedaan latar belakang, wawasan, hingga sentimen anti-KNIL.
"Hanya di Jawa Barat, komandemen yang berfungsi cukup baik. Komandemen itu dipimpin oleh bekas kapten KNIL Didi Kartasasmita, dengan 'kadet Bandung' Abdul Haris Nasution sebagai kepala stafnya, dan sampai tingkat tertentu menerapkan disiplin dan perencanaan militer menurut norma-norma militer Belanda yang segera menjadi ciri TKR Jawa Barat," tulis Sundhaussen.
Komandemen kemudian dibubarkan. Oerip lalu menggagas konferensi para perwira, yang agenda pertemuannya bertambah dengan pemilihan panglima besar. Dia gagal terpilih melalui suatu pemilihan yang dramatis. Soedirman menjadi panglima besar, sedangkan Oerip tetap menjadi Kepala Staf Umum.
Kekalahan itu tak menyurutkan niat Oerip untuk memperbaiki organisasi militer. Dia memimpin Panitia Besar Penyelenggaraan Organisasi Tentara, yang ditetapkan presiden pada Februari 1946. Salah satu agendanya meleburkan laskar-laskar atau badan-badan perjuangan ke dalam TKR. Setelah upaya yang sulit, dan harus berhadapan dengan kepentingan politik, Oerip menyelesaikan tugasnya dengan baik. Pada 3 Juni 1947, Presiden Sukarno menetapkan berdirinya Tentara Nasional Indonesia.
Sumber: historia.id
--
Sent from myMail for Android
Divisi Siliwangi
1 Februari 1948. Ribuan anggota Divisi Siliwangi mulai bergerak dari Cirebon (titik Kumpul) meningkatkan daerah Jawa Barat menuju Jawa Tengah dan Yogyakarta. Situasi ini merupakan konsekuensi logis dari kesepakatan pemerintah Indonesia dengan Belanda pada perundingan Renville (17 januari 1948) Salah satu klausul kesepakatan menyebutkan bahwa pemerintah Indonesia harus mengosongkan daerah-daerah yang masuk Garis van Mook, diantaranya Jawa Barat. Itu artinya tentara dan aparat pemerintahan harus hijrah ke wilayah resmi Indonesia yang meliputi Yogyakarta, Surakarta, Kediri, Kedu, Madiun sebagian keresidenan Semarang, Pekalongan, Tegal bagian Selatan dan Banyumas. Saat menuju tempat tujuan hijrah inilah, pihak Belanda di kejutkan dengan performa prajurit-prajurit Siliwangi. Kendati dengan kondisi seadanya, mereka tetap menunjukkan disiplin tinggi laiknya tentara profesional. Berbeda dengan penggambaran yang kerap ditulis koran-koran Belanda bahwa TNI itu sejenis kumpulan perampok dan ekstrimis.
Arsipindonesia.com
--
Sent from myMail for Android
Mahkota sultan
"Kain Kafan Pada Mahkota Para Sultan"
Mahkota kesultanan Turki di zaman Ustmaniyah memiliki ukuran yang sangat besar. Mahkota yang biasa disebut dengan 'tughra' itu berfungsi sebagai lambang negara.
Ada rahasia dibalik tughra (Penutup Kepala) yang dikenakan oleh Sultan Turki Ottoman itu. Tughra Sultan itu sesungguhnya adalah "kain kafan" yang dililitkan di kepala. Itu sebagai pengingat kematian bagi yang memakainya.
Pemakaian tughra tersebut bisa diartikan bahwa setiap sultan harus berjiwa mujahid (rela mati di jalan Allah), dan apabila sedang terjadi perang mereka wajib berada di barisan terdepan.
Tughra juga bisa diartikan sebagai pengingat bagi sultan, bahwa kematiannya bisa datang kapan saja dan dimana saja. Maka, setiap manusia harus siap ketika ajal menjemput.
Simbol "kain kafan" yang terdapat pada Mahkota sultan Turki diharapkan mampu menimbulkan kesadaran bahwa jabatan adalah amanah, dan bukan sesuatu yang patut dibanggakan. Jabatan sebaiknya dipergunakan untuk melakukan lebih banyak kebaikan
--
Sent from myMail for Android