From: Adji Prihananto
Mestakung
Monggo nak arep nonton ngajak anak putu...
---------- Forwarded message ----------
From: Agus < agushendratno@yahoo.com >
Date: 2011/10/25
Subject: [Geologi UGM] Mestakung
To: geologiugm@googlegroups.com
Mestakung, alias Semesta Mendukung sgr beredar di bioskop di beberapa kota besar di Indonesia. Film yg diangkat dari Novel Semesta Mendukung karya Ayu ini mengangkat perjuangan anak Meduro yg sekolah SMP utk menjadi pinter bidang fisika dlm Olimpiade Sain Nasional. Novel yg terinspirasi dari gagasan Prof. Yohannes Surya ketika mengangkat Indonesia ke kancah internasional melalui Olimpiade Fisika, sampai kemudian Indonesia mendptkan medali emas dlm Olimpiade Fisika Internasional. Inspirasi tsb, kemudian dlm berbagai edukasinya pak Yo ini kemudian menulis buku berjudul Mestakung, lihat di web.nya ( www.yohanessurya.com ), sbg keajaiban fenomena alam fisika di sekitar kita mampu membangkitkan motivasi hidup dlm arti luas. Dlm bahasa sy, ini adalah sunnatullah yg dibungkus dg hukum fisika, dan mampu menginspirasi kehidupan yg lebih baik dan mbarokahi.
Jadi Mestakung ini sdh dlm bentuk buku ilmiah popular, lalu ada novelnya yg inspiratif, dan film yg mengedukasi publik. Dlm film tsb, Prof. Yohanes juga terlibat, bersama dalang Sujiwo Tejo, artis cantik Revalina S Temat, juga KH D.Zawawi Imron, serta cucunya yg menjadi tokoh utama dlm film ini, yaitu Sayef MB. Yg sy kenal, Sayef MB ini sehari hari adalah pendiam, pelajar SMP di Batang batang, utara Sumenep, agak pintar fisika. Kebetulan sy melihat karakter sayef MB, krn seringnya sy main bersama dg Kyai D.Zawawi Imron, antara Jogja - Sumenep, seperti Jogja - Kudus sj.
Sayef MB ini semula gak masuk hitungan sbg kandidat bintang cilik oleh Produser film dari Mizan Production, salah satu grup Penerbitan Buku buku Islam dari Bdg. Tapi begitu mas Lukman Sardi, yg juga "Sang Pencerah" ini main ke Sumenep utk kuliner dan dolan ke rumah Kyai Zawawi..., ee malah jatuh cinta dg Sayef..krn melihat kesederhanaan dan periang. Ketika sayef mb ditanyain mas Lukman Sardi / LS : sayef, kamu mau main film?
Sayef : mau...!
Lalu LS : untuk apa kamu main film?
Sayef : untuk membahagiakan ibu..., ibu..., ibu..., hiks..
Lalu LS pun memeluk erat sayef, dg meneteskan air mata terharu.
Kyai Zawawi pun larut terharu melihat dialog kecil itu. Nampak bahwa "kasih sayang ibu" itu sangat dahsyat dan luar biasa dan haqqul yakin membekas pd anak. 15 Abad yg lalu, Rosul pun mengilustrasikan hal tsb. Demikian juga perjuangan Bunda Theresia di India...yg menghabiskan energinya utk kasih sayang pd orang miskin dan terpinggirkan, sbg cerminan berserah diri scr total pd Sang Pencipta. Hal yg hampir mirip, bagaimana seorang Rabithah Adawiyah yg menghabiskan waktunya dg berkhalwat utk merindukan wajah Allah SWT yg siang malam, selalu dirindukan oleh Rabithah. "Kasih sayang ibu" yg luar biasa ini juga ditunjukkan oleh Siti Hajar (istri ke.2 Nabj Ibrahim yg berasal dari budak kecil raja mesir, yg berkulit hitam, ...jelas tidak secantik Siti Sarah yg putih rupawan, keturunan priyayi sugih saat itu), untuk mempertahankan bayi Ismail spy ttp hidup tanpa ASI dari Siti Hajar, shg harus berjuang sendiri di tanah tandus, kering kerontang, puanase pol. Siti
Hajar harus lari trekking dari Bukit Sofa ke Bukit Marwa pp..hanya utk cari air pengganti ASI, dikala Nabi Ibrahim kembali ke Syam kangen buanget dg istri pertamanya, Siti Sarah, yg cuantiknya tiada banding, tapi pencemburu yg luar biasa, no.1 di muka bumi. Dan wanita yg "luar biasa" itu nampak tumbuh pd Siti Hajar.... Sunatullah atau dg kata lain, "Semesta Mendukung" dlm bhs Prof.Yohanes..., pd semua perjalanan semesta maupun perjalanan anak manusia, pasti ada pesan pesan Tuhan yg disembunyikan..., termasuk kekuatan Siti Hajar yg berasal dari budak berkulit hitam, dan ketulusan kasih ibu pd Sayef MB utk main film. Hal ini yg kemudian menjadi "ruh" dlm film Semesta Mendukung.., perjalanan arif yg dari pelosok Meduro sp ke Singapura. Film ini juga mengangkat kekayaan budaya dan kearifan lokal dari Sumenep atau Meduro pd umumnya ke ranah publik....
Menurut ku, seorang Zawawi yg tumbuh di dataran kapur atau dataran karst di batang batang, sumenep yg kering, puanase pol pollan, ternyata mampu menginspirasi lahirnya syair "bulan tertusuk ilalang", yg kemudian difilmkan oleh Garin Nugroho menjadi luar biasa juga....
Massa Allah, Subhanallah, sepulang dari kumpulan budaya dan menelusuri perjuangan Cilik Riwut membangun Palangkaraya dg etnis dayak menuju Kota Palangkaraya, sambil crita di milist ini di hotel, ada SMS masuk dari Kyai Zawawi Imron, spy saya diminta turut mendampingi beliau dan turut memberikan spirit dlm Focus Group Diskusi dihadapan para instruktur dan dosen-dosen taruna Akpol di Hotel Santika Yogya, 26 oktober 2011 di malam hari. Kebetulan besuk pagi kembali ke kampus yogya.
Astagfirullah..100x, ini akan jadi pengalaman ke.2 mendampingi kyai zawawi imron atas mandat kapolri dan gubernur akpol, utk memberikan bekal bekal spirit Sunatullah atau Mestakung ala geologi pada instruktur taruna akpol...
Mohon maaf jika kurang berkenang, mencoba sedikit keluar dari kotak pergaulan akademik kegeologian..., hanya utk berbagai sj..., piss...
Selamat menonton dan berburu Mestakung sbg rahmatan lil alaamin....
Gus.hend.89
Tidak ada komentar:
Posting Komentar