@bende mataram@
Bagian 74
Wirapati tercengang-cengang mendengar ucapan Jaga Saradenta. Sekalipun
terdengar kasar, tapi mengandung kejujuran dan bersih. Dengan begitu tak
pernah diduganya, kalau kadang-kadang si penaik darah itu bisa mempunyai
pikiran yang patut dipuji. Lantas saja dia ikut menyetujui. Sangaji yang
mendengar pembicaraan itu ikut-ikut memuji dalam hati, mudah-mudahan Ki
Tunjungbiru menyetujui. Sebagai seorang anak yang tingkatannya lebih
rendah, tak berani dia mencampuri urusan mereka.
Ki Tunjungbiru nampak berbimbang-bimbang sebentar. Ia menyiratkan pandang
kepada Jaga Saradenta, Wirapati dan Sangaji kemudian mendongakkan kepalanya
ke udara. Lama ia terpekur.
* "Saran itu adalah buah pikiran yang bagus. Tapi Otong Damarwijaya sudah
empat puluh tahun lebih mengembara ke seluruh Jawa Barat. Otong Damarwijaya
bukan lagi kepunyaan Ki Tunjungbiru. Dia sudah menjadi bagian dari milik
rakyat Jawa Barat. Selama daerah Jawa Barat masih ada manusia jahat yang
hidup, Otong
Damarwijaya takkan pergi meninggalkan. Karena itu maafkan. Terpaksa aku
menolak tawaran yang bagus dan jujur itu."
Semua yang mendengar jadi kecewa, tetapi tak dapat membantah. Apa yang
dikatakan Ki Tunjungbiru memang benar belaka. Suatu pang-ucapan yang
membersit dari hati nurani yang suci.
Wirapati dan Jaga Saradenta tak berani memaksa lagi. Sebagai tokoh-tokoh
pejuang, mereka memaklumi arti pengucapan Ki Tunjungbiru.
"Jika begitu, maafkan kelancanganku tadi," kata Jaga Saradenta merendahkan
diri. "Aku lupa, kalau Otong Damarwijaya adalah seorang pejuang yang
bersedia mati untuk rakyat dan tanah air. Kalau tidak memiliki hati jantan,
masakan perkara pantat besar bersedia tidak kawin untuk seumur hidup."
Mendengar ujar si penaik darah, semua jadi tertawa berkakakkan. Ingatlah
mereka kisah perkelahian antara Otong Damarwijaya dan Hajar Karangpandan
pada masa mudanya selama lima hari lima malam. Itu adalah kisah
ugal-ugalan, tapi penuh kejantanan.
"Baiklah sekarang begini saja," kata Ki Tunjungbiru sejurus kemudian.
"Perkara perhubungan kita bisa diatur. Berilah tanda-tanda tertentu sebagai
suatu berita, apabila pada suatu hari kalian pergi dari Jakarta. Aku akan
berusaha mengikuti kalian. Siapa tahu selama itu aku bisa mendapat jalan
lain untuk menghabisi si iblis."
"Sebenarnya apa kita bakal kalah melawan jahanam itu?" potong Jaga Saradenta.
'Tenis terang kuakui, melihat gerak-gerik Pringgasakti yang luar biasa itu,
tingkatan ke-pandaiannya berada di atas kita. Sekiranya tadi terpaksa
bertempur, belum tentu kita bertiga dapat memenangkannya. Agaknya Kitab
Pusaka Adipati Surengpati yang dibawanya lari itu cukup berharga untuk
dibeli dengan nyawa. Hanya saja aku yakin, kalau dia belum mencapai
tingkatan yang sempurna. Andaikata dia merasa diri sudah sempurna, masakan
dia begitu ragu ketika mendengar gertakan kita. Tapi sebentar atau lama,
tingkatan itu pasti akan dapat dicapainya. Ini bahaya! Si iblis pasti tak
gampang ditaklukan..."
"Hm... mudah-mudahan dia mampus sebelum mencapai tingkatan itu," Jaga
Saradenta mengutuk.
"Kalian pergi dari Jakarta. Aku akan berusaha mengikuti kalian. Siapa tahu
selama itu aku bisa mendapat jalan lain untuk menghabisi si iblis."
"Sebenarnya apa kita bakal kalah melawan jahanam itu?" potong Jaga Saradenta.
'Terus terang kuakui, melihat gerak-gerik Pringgasakti yang luar biasa itu,
tingkatan ke-pandaiannya berada di atas kita. Sekiranya tadi terpaksa
bertempur, belum tentu kita bertiga dapat memenangkannya. Agaknya Kitab
Pusaka Adipati Surengpati yang dibawanya lari itu cukup berharga untuk
dibeli dengan nyawa. Hanya saja aku yakin, kalau dia belum mencapai
tingkatan yang sempurna. Andaikata dia merasa diri sudah sempurna, masakan
dia begitu ragu ketika mendengar gertakan kita. Tapi sebentar atau lama,
tingkatan itu pasti akan dapat dicapainya. Ini bahaya! Si iblis pasti tak
gampang ditaklukan..."
"Hm... mudah-mudahan dia mampus sebelum mencapai tingkatan itu," Jaga
Saradenta mengutuk.
Bersambung
Sent with AquaMail for Android
https://www.mobisystems.com/aqua-mail

Tidak ada komentar:
Posting Komentar