4.30.2014

Para Insinyur akan Kumpul




Jumat, 25/04/2014 11:53 WIB

Para Insinyur akan Kumpul Bahas Nasib Transportasi dan Infrastruktur RI

Zulfi Suhendra - detikFinance

Jakarta - Para insinyur, ahli pembangunan dan profesional di bidang transportasi dan infastruktur akan berkumpul di Surabaya, Jawa Timur 29 Mei-1 Juni 2014. Mereka bersama mahasiswa seluruh Indonesia akan berdiskusi untuk mencari solusi dari masalah infrastruktur dan transportasi di Indonesia.

Wadah pertemuan itu dalam forum Young Engineer and Scientists (YES) Summit 2014 di Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya (ITS).

"Kami mengajak mahasiswa seluruh Indonesia bergabung memecahkan masalah bersama. Ada karantina selama 4 hari di ITS. Di sana kita membagi 4 cluster, ada kereta api, darat, laut, udara," kata wakil Ketua Pelaksana YES, Riska Niswah di acara konferensi pers YES di Essence Dharmawangsa Apartemen, Jakarta, Jumat (25/4/20114).

Adapun para ahli dan pembicara yang akan hadir dalam gelaran 4 hari tersebut berasal dari kalangan profesional, direktur BUMN, akademisi, hingga pejabat pemerintahan baik pusat maupun daerah.

Mereka di antaranya adalah Wakil Menteri Perhubungan Bambang Susantono, Walikota Surabaya Tri Rismaharini, Direktur PT KAI Ignasius Jonan, Komisaris PT Regio Aviasi Industri (RAI) Ilham Habibie, pejabat LIPI dan Persatuan Insinyur Indonesia.

"YES Summit mengajak seluruh mahasiswa untuk mencari solusi persoalan transportasi di Indonesia," tambah Riska.

Bagi mahasiswa yang ingin mengikuti acara tersebut bisa mendaftarkan diri melalui www.yes.its.ac.id. Pendaftaran ditutup pada tanggal 4 Mei 2014.

--

Konsisten ..... ning njur angel golek bolo (kebacut do matre, pengin dibagehi kursi menteri).




JAKARTA, KOMPAS.com - Wakil Sekretaris Jenderal Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan Hasto Kristanto tidak khawatir koalisi ramping yang dirancang PDI-P akan mempersulit jalan pemerintahan mendatang seandainya partai tersebut menang dalam pemilu. Sebaliknya, Hasto menilai bahwa semakin banyak partai oposisi akan semakin baik bagi pemerintah untuk mendapatkan masukan maupun kritik.

"Ketika PDI-P dipercaya rakyat nanti, kami memberikan tempat untuk partai politik yang menyatakan diri, karena kesadaran membangun demokrasi yang sehat untuk berada di luar pemerintahan, untuk mengawasi, memberikan masukan dan kritik, melakukan check and balances," kata Hasto di Media Center JKW4P, kawasan Menteng, Jakarta Pusat, Selasa (29/4/2014).

Hasto mengatakan, partainya tidak mau membangun koalisi seperti yang dibangun oleh Partai Demokrat selama 10 tahun pemerintahan Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono. Hasto mengakui, koalisi besar memang membuat program pemerintah berjalan lancar. Namun, menurutnya, tidak sedikit dari program-program itu yang tidak bersifat pro terhadap rakyat kecil. Hasto menilai, hal itu bisa terjadi karena program diambil sendiri tanpa mempertimbangkan kritik dan masukan dari partai oposisi.

"Kami belajar betul dengan koalisi yang lalu. Jadi, koalisi kita ini tidak akan terjebak ke dalam mayoritas tunggal yang hanya mementingkan pada dominasi kekuasaan dibanding agenda pemerintahan yang pro rakyat," ujarnya.

Oleh karena itu, PDI-P masih tetap akan berkoalisi dengan Partai Nasdem yang sudah setuju untuk tidak bagi-bagi kursi dalam pemerintahan. Jika ada partai lain yang mempunyai komitmen seperti itu, Hasto menyatakan bahwa partainya siap menerima.

Menunggu Keseriusan......


Selasa, 29/04/2014 21:57 WIB

Ganjar Tunggu Keseriusan Dishubkominfo Jateng Berantas Praktik Pungli

Angling Adhitya Purbaya - detikNews

FOKUS BERITA
Amukan Gubernur Ganjar
Semarang - Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo menunggu keseriusan Kepala Dishubkominfo Provinsi Jateng, Urip Sihabudin untuk membersihkan praktik pungli di jembatan timbang. Keseriusan Urip bakal terlihat dari jenis sanksi yang dikeluarkan.

Urip memang langsung berjanji akan memberikan sanksi kepada oknum yang dipergoki Ganjar melakukan pungli. Dan kini saatnya Ganjar menunggu janji tersebut. Sanksi itu bisa menjadi tolak ukur sejauh mana keseriusan Dishubkominfo.

"Saya telepon kepala dinas, apa yang akan anda lakukan? Katanya, saya tanggungjawab pak, besok pagi saya berikan sanksi. Tapi sekarang belum lapor karena saya langsung ke Jepara," kata Ganjar di Kantor Bank Jateng, Jalan Pemuda Semarang, Selasa (29/4/2014).

"Kita lihat perkembangannya, sanksi apa yang mau diberikan. Itu saya juga mengukur, sebenarnya dinasnya serius enggak. Atau jangan-jangan ada yang kebagian?" imbuhnya.

Politisi PDIP itu menambahkan, tidak serta merta pemecatan dilakukan di kalangan PNS karena sudah ada tingkat kesalahan dan prosedurnya. Maka hari ini Dishubkominfo di wilayah Jateng memanggil 281 petugas jembatan timbang untuk dievaluasi.

"Ini harus dibongkar, kalau tidak bisa dibina ya dibinasakan. Pembinasaan sesuai aturan. Pemecatan di PNS tidak seperti yang dibayangkan, sudah ada gradenya," tegasnya.

Terkait apakah kepala Dishubkominfo akan dirotasi, Ganjar mengatakan baru mengevaluasi. Namun saat ini bertepatan dengan momen seleksi eselon II Pemprov Jateng, sehingga peristiwa itu menjadi catatan penting dalam proses seleksi.

Kebetulan saja semua berjalan simultan. Ndilalah momentum bareng.Jadi catatan tambahan bagi kandidat yang akan mengikuti itu (seleksi)," pungkas Ganjar.

Menurut Ganjar, dari peristiwa itu ia menyimpulkan reformasi birokrasi belum berjalan. Dan jika praktik pungutan liar itu terus berlanjut, maka akan banyak dampaknya, contoh jalan rusak.

"Kemarin banyak pelajaran minimal dari saya sendiri, reformasi birokrasi belum berjalan. Semua mengatakan 'iya' itu hanya di mulut," tandasnya.

--

Tdk Gegabah Seperti Esemka


M Nuh Ungkit Mobil Esemka

KOMPAS.com/Indra Akuntono

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Mohammad Nuh

Selasa, 29 April 2014 | 21:36 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com -- Menteri Pendidikan dan Kebudayaan M Nuh sempat mengungkit mobil nasional Esemka yang pernah dipopulerkan mantan Wali Kota Surakarta Joko Widodo. Hal ini diungkapkan pada Pameran Mobil Listrik Nasional ITS (Institut Teknologi Sepuluh Nopember) di Jakarta, Selasa (29/4/2014).

Ia membandingkan konsep pembuatan mobil listrik Esemka dengan buatan ITS. Menurut dia, mobil Esemka tidak berdasarkan penelitian dan dinilai asal-asalan.

"Terus terang, kami (Kemendikbud dan ITS) tidak mau gegabah membuat mobil berbasis tenaga listrik, seperti mobil Esemka yang dilakukan pembuatan dulu, baru diperkenalkan," ujar Nuh, Selasa.

"Sementara mobil yang dibuat oleh tim perguruan tinggi ITS ini, dilakukan research dulu, uji coba, lalu evaluasi. Jadi tidak gegabah, seperti kecelakaan pembuatan mobil Esemka," ungkapnya kembali kepada wartawan.

Sebelumnya diberitakan, pada pameran tersebut, ITS resmi meluncurkan empat prototipe mobil. Menurut rencana, keempatnya akan melakukan uji coba perdana dengan melintasi Jakarta-Surabaya pada 2-6 Mei 2014.

Penulis: Nadia Zahra
Editor: Hindra Liauw

4.29.2014

Sayangnya, inisiatif itu tidak ada karena ......


From: A.Syauqi Yahya 

Reshuffle dan Menteri yang Ideal *)

Kamis, 06 Oktober 2011 | 07:07 WIB

TEMPO Interaktif, Tiga kementerian dipastikan akan berganti majikan, yakni Kementerian Pemuda dan Olahraga, Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi, serta Kementerian Informasi dan Teknologi. Di samping itu, ada enam kementerian yang mungkin hanya mengalami rotasi, sementara Menteri BUMN akan diganti karena masalah kesehatan.

Derasnya isu reshuffle kabinet yang dijanjikan Presiden SBY sebelum 20 Oktober ini memunculkan ekspektasi kira-kira profil seperti apa yang cocok untuk menjadi lokomotif perbaikan kinerja Kabinet Indonesia Bersatu (KIB) II dalam tiga tahun ke depan. Profil kementerian mana yang paling memiliki pengaruh besar menjadi enabler secara keseluruhan di kabinet?

Pertanyaan ini mengemuka karena, faktanya, berkali-kali Presiden SBY dan juga presiden sebelumnya melakukan reshuffle kabinet, namun berkali-kali pula rakyat dikecewakan karena tidak merasakan perubahan yang menerobos (breakthrough) atau inovatif. Menteri pengganti tetap bertindak normatif, berlindung di balik ruwetnya sistem birokrasi dan perundang-undangan, sehingga hasilnya juga biasa-biasa saja.

Pentingnya segera melakukan reshuffle anggota KIB II akhir-akhir ini adalah karena popularitas SBY menunjukkan kemerosotan hari demi hari. Survei yang dilakukan LSI pada 5-10 September 2011 atas 1.200 responden dengan metode multistage random sampling menunjukkan hanya 37,7 persen publik menyatakan puas atas kinerja pemerintahan SBY-Boediono. Ini menunjukkan terjadi penurunan drastis kinerja pemerintah sebesar 14,6 persen dari 100 hari pertama SBY-Boediono, yang pada waktu itu masih percaya diri sebesar 52,3 persen.

Presiden SBY memang tidak akan mencalonkan diri lagi menjadi presiden pada 2014, sehubungan dengan batas maksimal dua kali berturut-turut menjadi presiden, namun harus dipikirkan bahwa kinerja SBY sangat erat kaitannya dengan kredibilitas partai di belakang SBY. Partai Demokrat (PD) berhak cemas atas angka popularitas patron politiknya yang semakin kendur.


Problem komunikasi

Kebuntuan komunikasi tingkat atas antarbirokrasilah kemungkinan yang menyebabkan pencapaian target-target pemerintah menjadi meleset. Tidak ada koordinasi yang bersifat horizontal, kendati ada rapat gabungan. Komunikasi hanya dilakukan parsial dalam pendekatan short term. Kebijakan ini misalnya politik soal tabung gas, impor beras, impor garam, impor sapi, rencana kenaikan harga BBM, rencana kenaikan tarif tol, remisi napi, dan masih banyak lainnya.

Komunikasi yang buruk ini menyebabkan pengambilan kebijakan menjadi tidak tepat, bising di mana-mana, dan akhirnya mengaburkan substansi yang akan disampaikan. Kementerian Komunikasi dan Informatika, misalnya, beberapa kali justru terjebak dengan informasi yang bias dan akhirnya menciptakan misleading dan kekacauan. Bagaimana mengharapkan kinerja Kominfo memperbaiki komunikasi antarkementerian jika informasi di dalam departemennya sendiri gagal dikelola dengan baik?

Manajemen informasi yang gagal juga berkali-kali terjadi di Kementerian Agama. Dispute terakhir baru saja terjadi saat ketidaktegasan dalam menentukan hari raya Idul Fitri 1432 H. Tampak jelas dalam sidang isbat yang ditayangkan secara langsung, (kualitas) Menteri Agama tidak mampu memberikan penyejuk kepada pihak yang berbeda pendapat. Umat menjadi gamang jika imamnya seperti dalam ketidakpastian dan tidak tegas.

Kriteria

Tiga tahun ke depan sisa periode SBY-Boediono memerintah negeri ini tentu tidaklah lama, karena begitu saratnya persoalan bangsa yang belum bisa ditemukan akar masalahnya. Persoalan korupsi kelembagaan yang dipercikkan oleh mantan Bendahara Umum Partai Demokrat Nazaruddin ternyata merambah ke mana-mana dan kini menjadi bola panas yang terus menggerogoti kinerja SBY secara keseluruhan.

Dugaan korupsi juga menyergap Kementerian Pemuda dan Olahraga yang, ironisnya, dipimpin oleh kader PD, Andi Mallarangeng. Patgulipat korupsi yang dilakukan kader PD mendapat kawan--masih dalam penyidikan KPK--kader PKB di Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi, yang dipimpin Muhaimin Iskandar, yang diindikasikan melakukan tindakan sama tercelanya. Berikutnya yang dibidik adalah Kementerian Dalam Negeri dengan proyek e-KTP-nya.

Figur tidak kebal korupsi di birokrasi papan atas yang demikian ini diakui atau tidak sungguh mencoreng kredibilitas pemerintah secara keseluruhan. Dari sisi etika, skor penyelenggaraan negara seperti ini sama sekali tidak bisa dibenarkan (Velasquez: 2006). Asas hukum, yakni praduga tidak bersalah, dibelokkan untuk menyelamatkan jabatan pribadi. Figur calon menteri yang menghalalkan segala cara dan oportunistik seperti ini harus dengan seksama dievaluasi oleh presiden agar tidak masuk kembali dalam <I>reshuffle<I> kali ini.

Jangan text-book

Kriteria yang pas untuk mengisi kabinet era sekarang adalah sosok yang berani, inovatif, dan mau berkeringat. Situasi negara yang stagnan karena ketidakpastian hukum akan memungkinkan siapa pun yang menjadi menteri mencari aman dengan tidak mengambil satu kebijakan pun. Tidak ada sanksi bagi menteri jika kebijakan yang direncanakannya tidak berhasil. Bahkan, menurut Presiden, pembuat kebijakan tidak bisa dipidanakan, seperti dalam kasus Century.

Rendahnya inisiatif menteri, misalnya, menyebabkan subsidi APBN melesat sampai Rp 208,9 triliun tahun ini. Volume BBM yang disubsidi APBN terus-menerus bertambah dari 38 juta kiloliter, 40 juta kiloliter, sampai 42 juta kiloliter dan masih terus akan bertambah.

Jika saja, misalnya, Kementerian Perhubungan, Kementerian ESDM, Kementerian Keuangan, Kementerian Hukum dan HAM, serta Kementerian Dalam Negeri mengambil langkah strategis bersama Kementerian PU untuk memperbaiki sistem transportasi publik dan perbaikan infrastruktur jalan, maka jalan tol kita tentu sudah bertambah minimal 4.160 kilometer.

Sayangnya, inisiatif itu tidak ada karena beberapa alasan yang dicari-cari, misalnya masih dalam proses pembebasan tanah, dana belum turun, proses tender belum selesai, dan seterusnya. Figur menteri kita dalam KIB II ini sungguh menteri yang text book dan tidak berpikir out-of-the-box. Ini tentu saja tidak adil, karena kesejahteraan sebagai menteri tetap melekat namun tanggung jawab kepada rakyat tidak dijalankan dengan sungguh-sungguh.


Presiden memang mengambil peran sebagai dirigen. Namun, jika anggota paduan suara sudah berteriak sumbang dan tidak bisa melakukan komunikasi, problemnya ada pada menteri yang bersangkutan.



*) Effnu Subiyanto, mahasiswa program doktor ilmu ekonomi FEB Unair

http://www.tempointeraktif.com/hg/kolom/2011/10/06/kol,20111006-462,id.html

--

Rujaaaakkkk




Seorang Gadis tidak suka ketika pacarnya berkunjung suka meraba-raba. Dia melapor pada Ayahnya "Aku ​​Ϟƍƍαќ  suka cowokku suka meraba Paha, Pipi, Pinggang, Perut tiap kali berkunjung kerumah nih ayah". Sang Ayah berkata " Begini saja, nanti Ayah pukul itu cowok kalau dia kurang ajar.....Ayah akan berada dibelakang, kalau dia raba Paha, kamu teriak Mangga, kalau dia raba Perut, kamu teriak Nanas, kalau dia raba Pinggang, kamu teriak Timun". Oke Ayah.....jawab sang Gadis. Tibalah pada saatnya sang cowok datang dan mengobrol diruang tengah. Saat itu juga sang cowok meraba semuanya dalam waktu yang bersamaan.
Sang Gadis jadi kebingungan sendiri..... Akhirnya si Gadis berteriak " RUJAKKKKKK.....!!!!!!" 

Selangkah lebih maju?



From: <djuliadi55@gmail.com>



Selasa, 29 April 2014 | 18:34 WIB


KOMPAS.com - Kenya mengesahkan undang-undang poligami pada Selasa (29/4/2014). Menurut warta AFP , adalah Presiden Uhuru Kenyatta yang meneken beleid paling anyar di negara itu. Karuan saja, peraturan itu mendapat tentangan dari kelompok-kelompok perempuan.

Dalam pernyataannya, kantor kepresidenan Kenya mengatakan kalau peraturan terbaru itu adalah bentuk konsolidasi berbagai peraturan mengenai pernikahan. Sejatinya, peraturan itu sudah mendapat lampu hijau dari parlemen. Peraturan itu untuk mengukuhkan peraturan tradisional yang mengizinkan lelaki menikahi lebih dari satu perempuan. "Menikah itu adalah pilihan bagi lelaki maupun perempuan baik dengan cara monogami atau poligami,"begitu pernyataan kantor kepresidenan Kenya.
 
Sementara itu, Majelis Nasional Gereja-gereja Kenya (NCCK) yang terdiri dari 40 gereja dan organisasi Kristen menentang peraturan itu. Lalu, Federasi Pengacara Perempuan Kenya (FIDA Kenya) juga menyatakan berseberangan dengan undang-undang itu.

Di berbagai negara Afrika, termasuk Kenya, poligami seakan menjadi hal lazim. Kebanyakan komunitas pendukung undang-undang ini adalah Muslim.

Dayak Saya Suruh Serbu!




SELASA, 29 APRIL 2014 | 06:51 WIB

Istri Dipaksa Hadir, Akil: Dayak Saya Suruh Serbu! 

Ekspresi Mantan Ketua Mahkamah Konstitusi (MK) Akil Mochtar saat menjalani sidang mendengarkan keterangan saksi di Pengadilan Tipikor, Jakarta, (14/4). TEMPO/Eko Siswono Toyudho


TEMPO.CO, Jakarta - Bekas Ketua Mahkamah Konstitusi Akil Mochtar menentang keinginan jaksa penuntut umum yang akan menghadirkan paksa istrinya, Ratu Rita Akil, di persidangan. Dia mempertanyakan dasar jaksa yang akan menghadirkan secara paksa istrinya—pemilik CV Ratu Samagat, perusahaan yang diduga menampuang suap ke Akil.

"Ada penetapan hakim? Memangnya jaksa malaikat," kata Akil usai sidang di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi Jakarta, Senin, 28 April 2014. Jika jaksa terus memaksa untuk menghadirkan istrinya, Akil tak segan untuk melawannya. "Mau saya lawan. Mau saya suruh Dayak menyerbu ke sini," dia mengancam.

Menurut bekas politikus Golkar itu, istrinya tidak pernah memenuhi panggilan sebagai saksi di persidangan karena undangannya tidak sampai. Dia mengatakan istrinya sudah tidak tinggal lagi di komplek perumahan Widya Chandra, Jakarta Selatan.

Menurut Akil, istrinya sekarang sedang di Kalimantan. "Orang tua istri saya lagi sakit, dia harus menemani," ujarnya.

Akil mengklaim istrinya telah memberikan surat ke jaksa mengenai alasan ketidakhadiran Ratu Rita. "Jaksa aja yang cari publisitas," kata dia.

Ratu Rita sudah tiga kali mangkir menjadi saksi di persidangan (baca pula: Akil dan Istri Jadi Saksi di Sidang Adik Atut). Dia tidak hadir saat dipanggil menjadi saksi untuk Susi Tur Andayani, pengacara yang menyuap Akil untuk penanganan sengketa pemilihan kepala daerah Lebak pekan lalu. Ia tak hadir pula saat diminta menjadi saksi untuk Akil pada pekan lalu dan kemarin siang mangkir menjadi saksi untuk adik Gubernur Banten Atut Chosiyah, Chaeri Wardana alias Wawan.

LINDA TRIANITA

Ayo ikut Turun Tangan!




Closing Statement Anies Baswedan di Debat Final Konvensi

Anies Baswedan
30 Apr 2014 | 00:56

Sumber: Sumber Gambar: http://aniesbaswedan.com/tulisan/Republik-Ini-Didirikan-oleh-Para-Pemberani-Closing-Statement-Anies-Baswedan-di-Debat-Final-Konvensi

Republik ini didirikan oleh kaum pemberani. Orang-orang terdidik yang memilih untuk membuat sistem negara yang menempatkan setiap orang sejajar. Mereka berlatar belakang aristokrat tetapi negara yang dibangun negara yang sejajar bagi siapa saja, dimana siapa saja bisa menjadi apa saja.

Sebuah terobosan yang luar biasa di zamannya. Tradisi pemberani itu diteruskan, hari ini konvensi meneruskan tradisi pemberani itu, siapa saja warga negara Indonesia diberikan kesempatan untuk bisa ikut mengambil tanggungjawab.

Pada saat saya mendapatkan undangan mengikuti konvensi saya memandang ini sebagai sebuah kehormatan, panggilan untuk ikut bertanggungjawab atas Indonesia. Bukan mengenai posisi tapi mengenai iuran.

Republik ini dibangun dengan orang yang iuran, iuran tenaga, iuran pikiran, iuran nyawa dan darah.

Dan kita semua hari ini dipanggil untuk iuran mengurusi republik yang kita bangun bersama-sama. Generasi awal pembangun republik ini melakukan itu TANPA bertanya "anak cucu saya akan mendapatkan apa?" Mereka lakukan karena kecintaannya pada Indonesia!

Dan kita ulangi proses itu, Partai Demokrat dengan konvensinya melakukan terobosan sejarah di saat Indonesia didominasi hanya oleh sekelompok orang, Partai Demokrat membuka pintu itu dan saya mengucapkan terimakasih atas kehormatan mengikuti proses ini.

Pada saat ini dimulai banyak juga pertanyaan tapi kemudian saya katakan begini, Indonesia saat ini penuh dengan opini bermacam-macam, tapi kita semua harus lebih takut bukan kata opini hari ini, tapi kita harus lebih takut pada opini para sejarawan di masa depan dan pertanggungjawaban kita pada Tuhan nanti ketika dipanggil untuk ikut tanggungjawab.

Kami mendorong sebuah ikhtiar politik bersih dengan melakukan Gerakan TurunTangan, mengundang anak-anak muda untuk terlibat. Kami tidak memiliki sumber daya tapi kami memanggil pada anak-anak muda.

Jika Anda ingin orang-orang baik menang maka bantulah mereka! tapi jika Anda ingin orang bermasalah menang maka Anda duduk diam.

Indonesia memiliki banyak masalah bukan karena banyaknya orang jahat, tetapi karena orang-orang baik memilih diam dan mendiamkan.

Mari kita Turun Tangan! Dan terakhir saya ingin ucapkan terima kasih, 23.000 lebih anak-anak muda Indonesia telah membantu Gerakan Turun Tangan ini.

Tulisan ini juga dipublikasikan di situs pribadi saya.

Ayo ikut Turun Tangan!

Simak video closing statement saya di sini.

Dibaca : 30 kali

http://m.kompasiana.com/post/read/652545/2/republik-ini-didirikan-oleh-para-pemberani-closing-statement-anies-baswedan-di-debat-final-konvensi.html

--

Jual kroto



Mahasiswi Penjual Kroto
---------------
Minggu kemarin kecuk dan Pak Erte liburan di Jogja. Hampir semua sudut kota telah dijelajahi. Tak perlu saya sebutkan dimana aja tempat yang dikunjungi mereka berdua, karena saya yakin semua sudah pada hafal destinasi wisata di kota gudeg.

Sore hari mereka menginap dirumah Mbah Slamet sang juragan kos-kosan. Rumah Mbah Slamet sekitar satu kilometer dengan salah satu kampus terkenal dikota pelajar ini. Pak Erte heran melihat glamornya gaya hidup para mahasisiwi yang ngekos dirumah Mbah Slamet. Gadget terbaru, sepatu dan tas bermerek, lipstik dan bedak yang lumayan berat buat kantong mahasisiwi.

Iseng-iseng Pak Erte nanya dengan salah satu penghuni kos.
Pak Erte: "Wah penampilan mbak oke banget ya, pasti kiriman ortu gede banget ya."
Mahasisiwi: "Ah enggak kok Pak biasa aja kirimannya."
Pak Erte: "Lha terus segala yang mbak pake uang dari mana?"
Mahasisiwi: "Bisnis kecil-kecilan Pak."

Pak Erte: "Buka online shop ya? makelar tanah? atau mungkin ternak tuyul?"

Mahasisiwi: "Enggak Pak, cuma jualan kroto."
Pak Erte: "Masak sih. Gimana ceritanya?"
Mahasisiwi: "Tau kan Pak kroto itu apa?"
Pak Erte: "Makanan burung!!"
Mahasiswi: "Itulah bisnis saya..."
Pak Erte: "Oooo makanan burung..."

Lalu tiba-tiba ada om om datang mengendarai sedan silver menjemput mahasisiwi tadi. Pak Erte nyeletuk,

"Wah krotone laku dik. Hihihi..."

"Alhamdulillah Pak, nambah-nambah uang jajan." jawabnya.

Itulah KISAH SUKSES Mahasiswi penjual kroto...

Cobalah berlaku adil sejak dalam pikiran, apalagi perbuatan


Adillah Kau, Tempo !

Dewi Mayaratih
29 Apr 2014 | 19:04

~ Kau terpelajar, cobalah berlaku adil sejak dalam pikiran, apalagi perbuatan – Pramoedya Ananta Toer ~

Sumber: Jokowi dan Tempo /Koran tempo

Ada euphoria yang melanda masyarakat Indonesia saat ini ; Pemilu 2014. Euphoria ini bertambah dengan pendatang baru yang menyita perhatian public sampai sekarang. Pendatang baru ini menggeser muka-muka lama yang dengan gigih bertarung pada bursa pencapresan sejak 2004.

Dia adalah Jokowi. Sosok asal solo ini memang luar biasa. Popuritasnya melebihi acara YKS di Transtv sekalipun. Dia ada di mana-mana; di teve, di koran, di radio, di majalah dan terpenting ada di kepala banyak orang.

Jokowi adalah media darling; sosok yang didemenin media. Media-lah yang mengantarkan sosok ini ke kepala pembacanya, termasuk majalah dan koran Tempo.

Seperti ribuan masyarakat Indonesia, saya suka majalah Tempo. Bagi saya, belum ada majalah yang bisa menyajikan gaya investigasi dengan dalam, akurat dengan gaya penulisan yang mudah dimengerti orang. Ribuan orang akan sependapat dengan saya ; Tempo adalah bacaan alternatif, obyektif dan nyaman dibaca.

Di daftar redaksinya ada beberapa orang yang saya kenal. Kebanyakan aktivis. Ada juga kakak dan adik kelas semasa kuliah. Saya banyak mengagumi karya jurnalistik mereka. Sayapun mengadopsi kecintaan mereka pada sosok Pram dan karya-karyanya termasuk kutipan di atas ; Cobalah berlaku adil sejak dalam pikiran, apalagi perbuatan

Dan Tempo termasuk media yang paling rajin menawarkan sosok Jokowi yang membumi; Jokowi yang merakyat; Jokowi yang sederhana; Jokowi yang tanpa korupsi. Jokowi yang betul-betul made-in Indonesia , sosok sempurna saat ini.

Media mencintai Jokowi dari ujung rambut sampai ujung kaki. Tertawa dan ucapannya yang natural, tak luput dari perhatian mereka. Liputan tentangnya juga nyaris tak berhenti ; dari pagi sampai menjelang pagi lagi. Dari Balaikota sampai ke pinggir kali. Bus TransJakartapun tak mereka perpanjang karena toh Jokowi sudah menindak pemasok. Pokoknya Jokowi tanpa cacat di mata mereka.

Namun nurani saya agak terganggu, ketika berkali-kali media ini seakan menguliti calon presiden lain yaitu Prabowo. Mulai dari kekejamannya, kasus penculikan, isu kudeta Presiden Habibie, proses pemecatannya, temperamental dan kasus-kasus korupsinya.

Beratus-ratus hari, redaksi Tempo yang kebanyakan para aktivis itu menyodorkan ke publik; ini lho Prabowo dan tim nya yang akan maju jadi presiden. Ini lo kejelekan-jelekannya. Dia tak melindungi kaum Tionghoa lho. Dia berdosa pada banyak rakyat Indonesia di masa lalu. Dia fasis. Fasis, fasis, fasis. Hai Indonesia, mau diperintah oleh fasis ? Tempo seakan membuat tembok bagi Prabowo. Dan tembok itu adalah tembok yang kelam.

Tempo seakan tak memberikan ruang sedikitpun untuk menulis hal positif yang ada di Prabowo. Pokoknya, di mata Tempo Prabowo adalah buruk; pembunuh, berdosa dan tak layak diampuni apalagi menjadi presiden. Tak ada yang baik dan layak diikuti dari seorang Prabowo.No way for Prabowo ! Tempo menguliti habis Prabowo.

Saya juga mengenal Prabowo. Dia memang seorang yang temperamental. Jenderal yang tak segan menghukum anak buahnya ketika bersalah. Jenderal digjaya, yang helikopternya sering kami pakai jika kesatuannya membawa rombongan ke daerah operasi.

Tapi dia adalah jenderal yang fair memberikan kami informasi peta masalah jika ada satu hal terjadi dan tak kami mengerti. Dia adalah jenderal yang memberikan kesejahteraan yang cukup bagi anggotanya ketika masih aktif. Di tengah ambisinya menjadi orang nomor satu di TNI, dia masih sempat memberi dana abadi 1 Miliar kepada masing-masing grup Kopassus.

Saya, juga mengenal secara pribadi, dua dari aktivis dari 13 aktivis yang diculik oleh Prabowo. Juga ayah ibu mereka di malang yang sampai sekarang menanti kabar soal anaknya. Mereka adalah mahasiswa yang dengan segala pandangannya, masih menghargai institusi tentara dan negara. Bila mengenang mereka, airmata saya menetes.

Tempo, semua orang, siapapun itu mempunyai sisi kelam. Baik seorang yang bukan siapa-siapa sampai jenderal sampai Presiden semuanya punya masa lalu. Semuanya punya sisi baik dan sisi gelap.

Jika seorang Jokowi punya sejuta kisah manis dan baik menurut kalian, kenapa tak tampilkan juga kekelaman dirinya. Masalah-masalah di Solo, di Jakarta, kegagalannya membangun bisnis dan beberapa lainnya. Tak hanya melulu kisah manisnya.

Jika seorang Prabowo mempunyai sejuta kisah kelam, hitam, kenapa tak ditampilkan juga masa-masa manisnya. Tak mungkin Prabowo tak punya kisah manisdan positif dengan anak buahnya.

Dengan begitu orang mempunyai frame utuh pada mereka, karena tergambar sisi manis dan kelam seseorang. Sebagai media, adillah Tempo.

Seperti ucapan Pram : Cobalah berlaku adil sejak dalam pikiran, apalagi perbuatan

Dibaca : 48 kali

Wuiih..hebat



Iklan satu halaman dikatakan :
"Bank BRI - Kami yang pertama memiliki satelit didunia ?" BRI-Sat ditandatangani dan disaksikan Presiden RI...

Mumpung belum ganti Kabinet 2014..:)




BRI Beli Satelit

Senin, 28 April 2014 16:37 WIB | Dilihat 161 Kali


Direktur Utama BRI Sofyan Basir (tengah) bersiap menandatangani naskah kerjasama program satelit BRI dengan Vice President Space Systems/ Loral, LLC David Bernstein (kedua kiri) dan Vice President Arianespace Jacques Breton (kedua kanan) disaksikan Menteri BUMN Dahlan Iskan (kiri) dan Menkominfo Tifatul Sembiring (kanan) di Gedung BRI 1, Jakarta, Senin (28/4).

BRI menjadi satu-satunya bank di dunia yang mengorbitkan satelitnya sendiri yakni BRIsat yang direncakanan akan mengudara pada 1 September 2015 dengan coverage ASEAN, Asia Timur Laut, Asia Pasifik dan Australia Barat yang diharapkan akan memperluas aktivitas ekonomi baru ke pelosok-pelosok terpencil di Indonesia.

Ojo tiru2 yah .....



Selasa, 29 April 2014 | 03:51 WIB



Bugil di Kantor, Hakim Wanita Bosnia Dipecat

TEMPO.CO, Sarajevo – Seorang hakim wanita di Pengadilan Tinggi di Bosnia sempat dipecat lantaran berjemur dan berolahraga di kantornya tanpa busana sebelum kemudian dikembalikan pada jabatannya.

Perempuan bernama Enisa Bilajac dan berusia 35 tahun ini terlihat berolahraga sambil bugil saat berada di dalam kantornya sebelum persidangan dimulai. Tak lama kemudian ia berbaring di atas mejanya untuk berjemur.

Kejadian ini diabadikan oleh kamera foto dari gedung dewan yang terletak di seberang gedung Pengadilan Tinggi di Sarajevo.

Foto itu kemudian beredar di media lokal dan memicu pemeriksaan internal terhadap hakim tersebut.

Kasus ini kemudian ditangani oleh komisi kedisiplinan Mahkamah Agung dan Bilajac akhirnya dipecat karena tindakannya dianggap telah merusak citra Mahkamah Agung.

Sang hakim kemudian membela diri dengan berkilah bahwa ia telah mengunci pintu kantornya dan harus melakukan olahraga untuk mempersiapkan diri menghadapi kesibukan pada hari itu.

Bilajac juga mengaku bahwa saat itu ia tak mengira ada orang lain yang melihatnya dari gedung di seberang jalan.

Pihak Mahkamah Agung akhirnya memutuskan bahwa ia tak melakukan tindakan yang salah dan tak berniat merusak kredibilitas profesionalnya sehingga diputuskan dikembalikan ke jabatannya.

Minta Izin



Sering Safari Politik, Jokowi Disarankan Minta Izin kepada SBY

Fabian Januarius Kuwado

Senin, 28 April 2014 | 20:02 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com -- Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo disarankan mengajukan izin kepada Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono terkait keputusannya maju sebagai calon presiden. Kegiatan Jokowi yang kerap melakukan safari politik dengan menemui berbagai tokoh dianggap dapat mengganggu kinerjanya sebagai gubernur.

"Gubernur harusnya izin dulu dengan Presiden kalau mau maju sebagai capres. 'Maaf, Pak, saya sekarang berstatus calon presiden PDI-P, saya izin karena mungkin akan sedikit terganggu mencari cawapres.' Harusnya begitu," kata peneliti Founding Father House, Syahrial Nasution, dalam sebuah diskusi di Jakarta, Senin (28/4/2014) siang.

Menurut Syahrial, hingga saat ini Jokowi belum mengajukan izin kepada Presiden. Syahrial berpendapat, dengan mengajukan izin langsung kepada SBY, Jokowi tidak akan melanggar fatsun atau etika politik karena meninggalkan jabatannya sebagai Gubernur DKI. Dengan begitu, Jokowi tidak perlu mengundurkan diri dari jabatannya.

"Kalau tidak izin, etika sebagai pejabat publik dengan proses politiknya ada di mana? Lapor, dong, ke atasannya. Pejabat publik yang ingin mencalonkan diri, apakah itu kepala daerah atau menteri, harus mengajukan izin ke presiden, itu ada administrasinya," ujarnya.

Syahrial berharap Jokowi segera mengajukan izin pencapresannya kepada SBY. Menurut dia, belum terlambat untuk melakukan itu karena waktu pelaksanaan pemilu presiden masih lama.

"Sebelum dia melakukan aksi vulgar mendatangi tokoh parpol, harusnya izin dulu. Pekerjaan di gubernur ini jangan dianggap sudah selesai," ujar Syahrial.

Penulis: Ihsanuddin
Editor: Laksono Hari Wiwoho

Ujian



Percakapan antara ayah dan anak sepulang sholat Jum'at.

Ayah : Nak, tadi dengerin nggak
khotbahnya?
Anak : Dengerin dong pah...
Ayah : Sekarang papa tes ya, sebagai
anak harus berbakti pada siapa?
Anak : Ibu...
Ayah : Kemudian siapa lagi?
Anak : Ibu...
Ayah : Ok, selanjutnya siapa?
Anak : Ibu...
Ayah : Bagus, abis itu siapa?
Anak : Bapak....
Ayah : Pinter, ibunya ada berapa
tadi?
Anak : ada 3 (tiga)
Ayah : Bapaknya berapa?
Anak : 1 (satu)
Ayah : Ibu kamu berapa nak?
Anak : 1 (satu)
Ayah : Berarti kurang berapa?
Anak : 2 (dua)
Ayah : Sip, nanti sampe rumah
bilang sama Ibu ya..

Revolusi Mental Masih Abstrak


Revolusi Mental Ala Jokowi Dianggap Masih Abstrak

TRIBUNNEWS/DANY PERMANA

Senin, 28 April 2014 | 20:44 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Peneliti Founding Father House Syahrial Nasution mempertanyakan revolusi mental yang digagas bakal calon presiden dari PDI Perjuangan Joko Widodo. Beberapa waktu lalu, Jokowi mengungkapkan, salah satu visi-misinya untuk membangun bangsa Indonesia adalah revolusi mental. (Baca: Visi dan Misi Jokowi: Revolusi Mental)

Namun, menurut Syahrial, revolusi mental yang diungkapkan Jokowi masih abstrak.

"Kalau revolusi mental itu masih abstrak. Bukan sesuatu yang bisa kita lihat secara riil, masih belum jelas dan tergambar saya kira," kata Syahrial, dalam sebuah diskusi, di Jakarta, Senin (28/4/2014).

Syahrial mengatakan, mental memang diperlukan oleh suatu bangsa untuk maju. Namun, jika hanya mengandalkan mental, menurutnya, Indonesia masih tetap sulit untuk menjadi sebuah bangsa yang besar.

"Sama abstraknya kalau kita ditanya apakah pendidikan agama itu pasti akan membuat orang menjadi lebih baik? Kan belum tentu," ujar dia.

Menurutnya, Jokowi harus lebih mengasah visi misi yang akan disampaikannya jika ingin mulus memenangi pemilihan presiden mendatang. Pasalnya, lanjut dia, meski elektabilitas Jokowi dan PDI-P melejit, bukan berarti tidak akan ada kejutan.

"Pemilu 1999, PDI-P menang mutlak tapi ternyata Megawati kalah dengan Gus Dur yang diusung poros tengah. Pemilu 2004, Demokrat hanya dapat 7 persen, jauh kalah dari Golkar. Tapi yang terpilih justru SBY. Nah pemilu kali ini bukan tidak mungkin kejutan-kejutan akan terjadi lagi," ujarnya.

Revolusi mental merupakan visi misi pertama Jokowi. Sebelumnya, Jokowi kerap dikritik oleh lawan politiknya karena tidak pernah menyampaikan visi misi. Menurut Gubernur DKI Jakarta itu, Indonesia selama bertahun-tahun selalu fokus mengurusi hal-hal yang bersifat fisik, namun tidak pernah membangun sebuah mentalitas yang baik. "

Kita ini kan selalu bicara mengenai fisik dan ekonomi. Padahal, kekurangan besar kita character building. Oleh sebab itu saya sebut revolusi mental," ujar Jokowi, pekan lalu.

Baca juga:
Misi Revolusi Mental Jokowi

Penulis: Ihsanuddin
Editor: Inggried Dwi Wedhaswary

4.28.2014

Wis tau rung?




Siji loro wis ping seket tapi akeh sing anyar kok..


> 1. Dok, tolong selametin anak saya! || Tenang dulu bu! Anak ibu kenapa? || Anak saya ulang tahun dok! Selametin ya...
>
> 2. Rapi amat lo Dul, mau kemana? ||  Nonton konser Mak! ||  Di mana? || Di Youtube ||  Oh, baek-baek yak ||  Iye mak
>
> 3. Bang, bakso dong || Boleh ||  Sambelnya banyakin dikit ||  Mau lu apa sih, banyak ape sedikit?
>
> 4. Bang, nasi goreng satu ||  Pedes apa ga? ||  Mana gue tau? Kan belum nyicipin!
>
> 5. Bang bubur satu ya ||  Pakai kacang? ||  Pakee.. || Dikasih ayam Mas? ||  Kalau dikasih ayam gue makan apa?
>
> 6. Saya mau ngelamar kerja, ini fotokopi ijazah saya || Kok fotokopi??!! Aslinya mana...??? || Tegal...!!
>
> 7. Maaf Bang, di sini ruangan ber-AC, jadi nggak boleh ngerokok. ||  Oh maaf Pak, saya lupa matiin AC-nya...!!! (Ambil remote)
>
> 8. Bang, kok mie ayamnya gak ada ayamnya?! || Lha, lu kalau beli lem tikus emang ada tikusnya?! ||  *gigit mangkok*
>
> 9. Mbak minta es teh ||  Manis gak? ||  Gak usah manis-manis, yang penting setia dan mau menerima saya apa adanya #eaaaalaa...!!!
>
> 10. Guru: Ayo anak-anak coba sebutkan ciri-ciri gunung aktif ||  Murid: Di-miscall aja bu, kalo nyambung berarti aktif
>
> 11. Dik, sekolah di mana, koq bajunya kotak-kotak hitam putih gitu? ||  Sekolah TK || TK mana? ||  TK teki silang
>
> 12. Abang bakso, gerobaknya rusak ya? ||  Enggak koq.. ||  Lha... Koq didorong???

Seperti Perang Saudara di Suriah




Senin, 28/04/2014 14:12 WIB

Gagal ke Senayan, Nurul Arifin: Pileg Seperti Perang Saudara di Suriah

Danu Damarjati - detikNews

Hasil Pemilu 2014 Mengejutkan
Jakarta - Caleg incumbent Partai Golkar Nurul Arifin mengakui kekalahannya di Daerah Pemilihan Jawa Barat VII (Purwakarta, Karawang, Bekasi). Nurul melihat pertarungan di Dapilnya bak perang saudara separtai.

"Peperangan Pemilu saat ini seperti perang saudara di Suriah. Pedang itu seperti uang, yang membabat habis saudarnya sendiri," tutur Nurul di Press Room DPR, Senayan, Jakarta, Senin (28/4/2014).

Nurul mengemukakan bermacam-macam modus kecurangan di Dapilnya, seperti penggelembungan suara, bekerja sama dengan penyelenggara Pemilu, memesan suara jauh-jauh hari, dan modus klasik politik uang untuk masyarakat.

"Biarlah perasaan saya menjadi bagian dalam diri saya sendiri. Saya sudah mengalami kekalahan dua kali, tahun 2004 dan 2014," ucapnya.

Nurul pasrah menerima kekalahan. Dia tak ingin menggugat hasil Pemilu yang dia rasa telah merugikan dirinya.

"Apakah akan menggugat? Tidak. Saya tidak ingin terpuruk, terkubur dalam situasi seperti ini. Tim saya masih sangat gusar nggak terima, tapi saya bilang, 'stop-stop!'. Saya tidak ingin membuka luka lama," tuturnya.

Nurul akan tetap bekonsentrasi menyelesaikan tugas sampai masa jabatannya berakhir di DPR. Usai tak lagi duduk di Senayan, politisi berlatar belakang selebritis ini akan tetap berada tak jauh-jauh dari kegiatan politik.

"Saya tetap akan bekerja di politik. Saya tetap akan berkomitmen di partai saya. Saya akan tetap komit dengan isu-isu yang saya tekuni yaitu soal 'good governance partnership', gender, lingkungan hidup, HIV AIDS, pluralisme dan multikultuiralisme," ujarnya.

Jawaban Bersayap



Senin, 28/04/2014 10:21 WIB

Ini Jawaban Bersayap PDIP Soal Ajakan Komunikasi SBY ke Mega

Ahmad Toriq - detikNews

Jakarta - Sekjen PDI Perjuangan Tjahjo Kumolo angkat bicara soal ajakan SBY berkomunikasi dengan Ketum PDIP Megawati Soekarnoputri. PDIP tak menjawab tegas ajakan ketua umum PD itu, malah cenderung bersayap. Mungkin karena PDIP merasa posisinya di atas angin.

"Apa yang disampaikan oleh Bapak SBY tersebut tentunya kami tangkap sebagai penjajakan kerjasama terkait dengan Pilpres. Posisi politik PDI Perjuangan menghormati terhadap proses konvensi capres yang saat ini masih berlangsung di PD. Konvensi tersebut tentunya dimaksudkan untuk mencari figur terbaik dari PD yang akan dicalonkan sebagai capres," kata Tjahjo dalam siaran pers, Senin (28/4/2014).

PDIP menegaskan saat ini sudah menetapkan Jokowi sebagai capres. Sehingga komunikasi yang dimaksud SBY bisa dipertegas jika PD sudah mengambil keputusan soal bakal mengusung capres atau pun cawapres.

"Mengingat PDI Perjuangan sudah menetapkan capresnya, yakni Jokowi, maka pertemuan yang dimaksudkan Bapak SBY tersebut akan sangat bagus, sekiranya PD sudah menetapkan posisi politik apakah akan mencalonkan capres atau cawapres," kata Tjahjo.

Tjahjo menuturkan, PDIP mendorong penguatan spirit gotong royong dalam kepemimpinan nasional ke depan. Tentu dialog kebangsaan seperti yang diusulkan SBY sangat menarik.

"Gagasan terhadap bagaimana membentuk pemerintahan presidensial yang efektif untuk melaksanakan agenda kerakyatan, harus didialogkan dengan sesama pemimpin negeri ini. Lebih-lebih terkait dengan upaya mewujudkan Indonesia yang berdaulat, berdikari dan berkepribadian, tentunya hanya bisa dijalankan dengan dukungan DPR RI dan gotong royong sesama anak bangsa," pungkasnya.

SEPO




Jokowi Masih Bertekad Atasi Macet dan Banjir Jakarta

ANGGA BHAGYA NUGRAHA

Senin, 28 April 2014 | 09:37 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com — Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo menegaskan bahwa ia masih bertekad menyelesaikan dua permasalahan pelik di Jakarta, yakni macet dan banjir. Namun, kata dia, eksekusi program-program yang berhubungan dengan dua permasahan tersebut baru akan dapat dijalankan saat proses lelang telah dilakukan.

"Kita masih akan terus kejar untuk masalah banjir dan macet. Semuanya akan kita kerjakan, tapi masih menunggu proses lelang dan administrasi selesai," kata pria yang akrab disapa Jokowi itu, di Balaikota Jakarta, Senin (28/4/2014).

Jokowi menyampaikan hal tersebut jelang rapat pimpinan yang diadakan di Balaikota pagi ini. Ia mengumpulkan beberapa kepala dinas dari instansi yang terkait dengan program untuk mengatasi kemacetan. Tampak hadir Kepala Dinas Perhubungan Muhammad Akbar, Kepala Dinas Pekerjaan Umum Manggas Rudi Siahaan, dan Kepala Dinas Perumahan Yonathan Pasodung.

Beberapa program yang telah dilaksanakan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dalam upaya menanggulangi kemacetan dan banjir, di antaranya memperbanyak jumlah bus, memulai pembangunan mass rapid transit, pembangunan waduk, sterilisasi waduk, dan pembangunan rumah susun.

Sementara itu, program yang rencananya akan segera dilakukan adalah penerapan jalan berbayar (electronic road pricing), sterilisasi bantaran sungai, sterilisasi trotoar, dan pembangunan Jakarta intergrated tunnel.

Penulis: Alsadad Rudi
Editor: Ana Shofiana Syatiri

Pantas menjadi presiden atau "Too good to be true"


From: "Rovicky Dwi Putrohari" 

"Too good to be true"
Menjadi presiden itu tidaklah mudah. Menemukan migas tidak mudah, hanya dengan tongkat bercabang mengaku mampu untuk mencari minyak gas dan mineral logam adalah, "too good to be true". Pelajaran di kuliah fakultas teknik geologi kita saja enam tahun belum tentu menghasilkan penemuan mineral, migas atapun air.
Demikian juga dua setengah tahun sbg gubernur menyatakan siap memimpin negara seluas ini. Ini juga "too good to be true". Apalagi sebagai menteri menko menyatakan siap menjadi presiden padahal masih suka memangku boneka. Demikian juga jendral yg mampu mempimpin pasukan elit tidak ada yg sertamerta menjadi presiden setelah ketahuan dulunya "ngerjain mahasiswa". Termasuk juga membuat Indonesia Mengajar saja, sangat mungkin belum cukup utk mampu menjadi presiden.
Kalau kita memiliki nalar yg diajarkan disekolah, tentunya tahu mana yang wajar dan mungkin, mana yang sangat sulit atau kecil kemungkinannya serta mana yang "too good to be true". Atau kita justru selama ini telah dibodohi ? Oleh gegap gempitanya media ?
Sejarah kita membuktikan presiden yg "buatan", hasil rekayasa politik, serta presiden yg belum pernah memegang penguasaan eksekutif skala nasional, hanya bertahan 3 atau malah hanya 2 tahun saja. Habibie saja ngga kuat menahan goncangan lebih dari dua tahun.
Saya tidak selalu sepakat dgn SBY, tapi saya melihat sepak terjang sebelumnya sebagai Jendral dan sampai sebagai menteri merupakan langkah-langkah dan jenjang yang "wajar dan normal" dalam menduduki posisi sebagai Presiden. Kewajaran, SBY mampu menduduki dua kali, sepuluh tahun, lumayan.
Negara RI ini negari yg besarnya sekian puluh kali dari luas propinsi, dan ratusan kali sebuah kabupaten. Jadi yang akan kuat memimpin bukanlah pemimpin hasil rekayasa. Siapapun bisa memenangkan pemilu, tapi belum tentu mampu bertahan.

Rdp
Sent from my iPad

--

Just Another Clown



Jumat, 25/04/2014 08:20 WIB

Di Ujung Masa Jabatan, Mengapa Komisi VII DPR Tetap Nekat ke Selandia Baru?
Fajar Pratama - detikNews

Jakarta - Komisi VII DPR yang tergabung dalam RUU Pansus Panas Bumi memilih terbang ke Selandia Baru di masa akhir jabatan. Alasannya mereka melakukan studi banding untuk RUU Panas Bumi. Mungkinkah pembahasan RUU bisa dikejar di ujung masa jabatan?

"Ya ini untuk habis-habiskan anggaran saat jelang akhir jabatan. Pengalaman sejauh ini memang tidak efektif studi banding ke luar negeri, karena hasilnya tidak diolah dengan baik," kata pengamat politik UGM Arie Sudjito, Jumat (25/4/2014)/

Menurut dia, selama sudah diketahui umum dan seluruh masyarakat Indonesia kalau studi banding ke luar negeri tak pernah ada hasil nyata. "Sulit mengingatkan mereka karena selalu saja nekat studi banding yang kurang makna," jelasnya.

"Lagian banyak hasil studi itu mestinya dimanfaatkan tanpa harus studi banding," tambahnya.

Dua kloter Komisi VII akan berangkat ke Selandia Baru, Kloter pertama pada 28 April-4 Mei, dan kloter kedua pada 11 Mei dan akan kembali pada 17 Mei. Keberangkatan mereka diiringi alasan menuntaskan pembahasan RUU Panas Bumi.


Kamis, 24/04/2014 16:50 WIB

Dear Anggota Komisi VII DPR, Apa Manfaat Studi Banding ke Selandia Baru?

Ayunda W Savitri - detikNews


Jakarta - Anggota Komisi VII DPR yang tergabung dalam Pansus RUU Panas Bumi pergi ke Selandia Baru. Mereka beralasan ingin mengorek informasi dan ilmu dari Selandia baru soal panas bumi. Tapi di masa reses dan jabatan berakhir apa efektif?

"Tujuannya menurut saya bukan studi banding tapi buat refreshing," kata pegiat Forum Masyarakat Pemantau Parlemen (Formappi) Made Leo Wiratma di kantornya di Jl Matraman Raya, Jakpus, Kamis (24/4/2014).

Menurut Made, selama ini dari yang terdahulu studi banding yang dilakukan ke Selandia Baru tidak ada hasil konkrit. Yang ada malah di negara tujuan lebih banyak rekreasi.

"Jadi manfaatnya kurang karena nggak ada yang bisa diterapkan. Kecuali kalau ada yang bisa diterapkan dan diumumkan secara terbuka itu kan bagus," terang Made.

Rombongan anggota Komisi VII DPR ini berangkat dalam dua kloter. Kloter pertama pada 28 April-4 Mei, dan kloter kedua pada 11-17 Mei. Total anggota yang berangkat ada 27 orang.

Baca Juga:

Berapa Biaya yang Dihabiskan Bagi 27 Anggota DPR Pergi ke Selandia Baru?

Pansus RUU Panas Bumi DPR: Studi Banding ke Selandia Baru Usulan Pemerintah

Ehem! Anggota Pansus Panas Bumi DPR Pergi Studi Banding ke Selandia Baru 28 April

Senior Aniaya Junior Hingga Tewas


Sabtu, 26/04/2014 14:03 WIB

Senior Aniaya Junior Hingga Tewas di STIP: Polisi Amankan 8 Mahasiswa

Moksa Hutasoit - detikNews




Jakarta - Kekerasan di lingkungan sekolah terjadi di Sekolah Tinggi Ilmu Pelayaran (STIP) milik Kemenhub di Jakarta Utara. Seorang mahasiswa STIP meninggal dunia, dan enam orang lainnya mengalami luka parah. Mereka diduga dianiaya seniornya di sekolah tersebut.

"Beberapa oknum yang diduga melakukan penganiayaan ke adik kelasnya kita amankan," terang Kapolres Jakarta Utara Kombes M Iqbal saat dikonfirmasi detikcom, Sabtu (26/4/2014).

Peristiwa penganiayaan ini terjadi pada Jumat (25/4). Seorang mahasiswa yang tewas bernama Dimas, sedang 6 lainnya belum diketahui dan masih dirawat di rumah sakit.

"Mereka alami luka-luka lebam di dada," teran Iqbal.

Pihak kepolisian yang mendapat laporan segera bergerak. Pada Jumat malam, sejumlah senior yang diduga melakukan kekerasan diamankan. Belum diketahui apa alasan para pelaku melakukan tindakan kekerasan.

"Ada 8 yang diamankan, kita belum tahu motifnya. Ini masih kita periksa di Polres," tutup Iqbal.

4.27.2014

Iki piye....benar ngga?


From: zuama bin laden

Ass.
Sdr2ku sesama Muslim, saat ini kota Homs sdg dikosongkan, Basyar membuat makar tuk mngadakan pmbantaian massal. Muslim laki2 semua dlm keadaan brwudlu, prempuan i'tikaf di rumah masing2 dgn brpakaian sholat, mnunggu syahid yg dtg se-waktu2.
Sdr2ku ayo berdo'a tuk Sdr2 kita di Suriah, smoga Alloh mmberikan prtolongan kpd mereka dan menghancurkan makar kafir Basyar srta menenggelamkan kapal2 Rusia dan Iran yg sdg menuju ke Suriah.  Sebarkan pesan ini smoga bisa menjadi tambahan amal ibadah kita sekaligus sebagai do'a smoga bisa meringankan penderitaan kaum muslimin di Suriah. Amin 3x Wass.

--
Addinu huwa al-aqlu,laa diina liman laa aqla lahu - Agama adalah akal, tidak ada agama bagi orang yang yang tidak berakal

LIMITED EDITION.




Sekolah jaman dulu dan sekarang.

Ipiet Priyono

28 Apr 2014 | 02:03

Kalau anda lahir di tahun 1950 an, tentu anda akan teringat pantun berikut :

Terbit liurku melihat kolak

Dijual orang ditepi jalan.

Untung teringat nasehat emak

Disitu aku dilarang makan.

Atau pantun ini :

Disudut rumah ada sarang.

Sarang apa, cobalah terka.

Sarang burung!

Bukan, sarang laba- laba.

Kedua pantun tersebut berada pada buku pegangan Bahasa Indonesia  untuk tingkat SD : "Bacaan Bahasaku". Gambar sampulnya ada 3 anak kecil memegang satu buku, membaca bersama buku tersebut :  Bacaan Bahasaku

Buku ini ada beberapa jilid, dipakai untuk tingkat SD, tidak pernah berganti ataupun direvisi selama ber tahun- tahun, sehingga dapat diwariskan ke adik adiknya, sebagai contoh, karena saya anak ke 4, buku tersebut waktu sampai di tangan saya sudah melewati 3 kakak saya terdahulu, hemat bukan?

Masa sekolah SD saat itu, klas 1 sampai klas 3, masuk jam 7 pagi dan pulang jam 10, mulai klas 4 keatas, pulangnya jam 12.15 siang.

Anak SD klas 1-3 jaman  sekarang, kebanyakan sudah berangkat  jam 7 pagi, pulang jam 1 siang, untuk klas 4 keatas, pulangnya banyak yang sampai jam 4 sore, ada ritual makan siang di sekolah, belum lagi sepulang sekolah masih berderet jadwal les

Ada  mata pelajaran menulis halus ( sepertinya sekarang koq sudah tidak ada ya), dan....mencongak!... Ini mata pelajaran hitung hitungan diluar kepala yang bikin stres. Contoh : Bapak/ ibu guru berdiri didepan kelas sambil memegang penghapus  papan tulis, memberi perintah hitungan : 23 kali 11 ...DOK, penghapus dipukulkan ke meja, pelajar mulai menghitung, kemudian....DOK... ganti soal lagi......wah ...ngeri sekali bisa pelajaran tersebut, senam otak, tangan dan kaki dingin, tampaknya  pelajaran mencongak juga sekarang sudah tereliminasi, tiap anak sudah menghitung pakai KALKULATOR.....wah enak ya.....hehe

Dulu, sampai  SMA, masuk sekolah jam 7 pagi dan pulang tetap jam 12.15 siang. Buku pegangan untuk pelajaran di sekolah pun masih sama, sehingga juga tetap bisa diwariskan ke adiknya atau bila tidak punya, bisa beli baru ataupun beli di pasar loak.

Sekolah jaman sekarang....bikin pusing orang tua, anak dan....guru.

Pada gambar diatas, tampak  sistim pendidikan di Indonesia  lebih 5x  perubahan kurikulum.

1 Kurikulum Sekolah Dasar.

2 Kurikulum Proyek Perintis Sekolah Pembangunan (PSPP) th 1973

3 Kurikulum 1984

4 Kurikulum 1994

5 Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) th 2004

6 Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan ( KTSP) th 2006

7 Kurikulum 2013

Tampaknya ada rumus baku, tiap ganti pemerintahan, ada pergantian  Menteri dan ada pergantian Kurikulum....

Kurikulum belajar ada yang namanya CBSA ( Cara Belajar Siswa Aktif), maksudnya barangkali bagus, tapi implementasinya dilapangàn bikin pusing Otang tua, yang di CBSA kan bukan murid, tetapi Orang tuanya, ini saya alami sendiri saat anak masih SD, yang AKTIF adalah orang tuanya mengajàr anaknya dengan buku panduan yang tiap tahun berubah.

Akhir Klas 6 SD, klas 3 SMP dan klas 3 SMA juga melalui ujian sekolah yang sekarang disebut dengan Ujian Nasional, tekhnik pelaksanaannya kurang lebih sama dengan sekarang, tetapi tidak seheboh UN jaman sekarang yang tiap tahun ada soal yang bocor dan ujian sampai melibatkan polisi untuk mengawal soal.....hehe

Pada jaman dulu, tidak ada atau sangat sedikit sekali jumlahnya, anak sekolah mengikuti les pelajaran sekolah, kalaupun toh ada, orang tua mereka melakukan secara sembunyi sembunyi dan tidak dengan bangganya bercerita bahwa anaknya ikutbles ini les itu , sebab dogma yang berlaku, ikut les berarti anak "bodoh". Keadaan ini bertolak belakang dengan anak sekolah jaman sekarang, orang tua merasa bangga bila anaknya mengikuti les pelajaran sekolah, makin banyak mata pelajaran yang diikuti untuk les, makin bangga. Keadaan ini membuat orang tua dari sosial ekonomi kurang, terpaksa ikut " perlombaan" les sebanyak banyaknya, utang sana sini untuk menutup gengsi...hehe

Ada lagi yang aneh bin ajaib, dengan diberlakukannya jenjang pendidikan klas I sampai Klas IX, , tidak ada konsistensi dalam menyebutkan klas, contohnya anak jaman dulu klas III SMP, sekarang menyebut sebagai klas IX SMP, bukankah ini berarti di SMP ada klas IX nya?....hehe

Nah bagaimana nantinya nasip Kurikulum 2013, tampaknya akan mengikuti tren sebelumnya, yaitu....tiap ganti Menteri, agar tampak ada kinerjanya selama masa jabatannya, maka yang dipikir pertama kali adalah.....PERGANTIAN KURIKULUM..... ( lumayan, ada Proyek besar)...hehe

Saya adalah produk dari kurikulum lama, dari SD sampai SMA lancar lancar saja, dan tidak pernah ikut  LES pelajaran, kuliah juga lancar, tidak pernah melamar pekerjaan, tidak pernah mengikuti tes Pegawai Negri, tidak pernah ikut tes IQ, tidak pernah di tes Psychologis, tidak pernah ikut tes TOEFL Pangkat dan Golongan sebagai PNS sudah mentok, IV-E, mungkin sekarang sudah menjadi BARANG LANGKA, sudah tidak di produksi lagi...LIMITED EDITION.....hehe

Selamat malam, MERDEKA !

Rujukan :

http://pustakaaslikan.blogspot.com/2013/05/isi-kurikulum-2013-mata-pelajaran.html
Dibaca : 22 kali

"Anyep"




MINGGU, 27 APRIL 2014 | 16:40 WIB

Debat Konvensi Demokrat Jadi Ajang Puji SBY

TEMPO.CO, Jakarta - Debat publik peserta konvensi penjaringan calon presiden Partai Demokrat pada Ahad siang, 26 April 2014 berlangsung "adem". Debat yang semula diprediksi menjadi ajang beradu argumen para calon presiden peserta konvensi ternyata hanya berjalan satu arah.

Dipandu moderator Hinca Panjaitan, sebelas peserta konvensi bergantian memaparkan pandangannya berdasarkan tema yang disiapkan panelis. Tiga panelis silih berganti mengajukan pertanyaan adalah Dosen Ekonomi Universitas Indonesia, Sua Hasil Nazar, Agus Wijoyo dan Purbaya Yudi Sadewa.

Acara debat berjudul Debat Bernegara itu berlangsung dua sesi. Sesi pertama mulai pukul 10.40-12.50 WIB. Tema besar dalam sesi pertama adalah ekonomi dan pembangunan. Ada empat pertanyaan yang disampaikan panelis yaitu rencana pembangunan lima tahun, pengentasan kemiskinan, lapangan kerja dan ketahanan energi dan pangan.

Setiap peserta diberi kesempatan menjawab selama dua menit. Sedangkan sesi kedua berlangsung pukul 13.50- 16.20 WIB. Pertanyaan di sesi ini antara lain, kebijakan pertahanan, keamanan, pendidikan dan kesehatan. Total, ada 10 pertanyaan untuk dua sesi debat itu.

Dalam setiap pertanyaan selalu saja ada peserta yang memuji program kerja yang pernah dilakukan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Ketua Umum Demokrat itu dianggap bisa meletakkan dasar pembangunan dengan baik.

Dalam pengentasan kemiskinan, salah seorang peserta, Dino Patti Djalal mengatakan bila terpilih jadi capres, dia mau melanjutkan kebijakan yang sudah dilakukan SBY. "Pemerintah mendatang perlu menjaga kesinambungan pembangunan dan mempertahankan kebijakan pro-rakyat," kata Dino, Ahad, 27 April 2014.

Dalam bindang pendidikan, peserta konvensi, Dahlan Iskan mengapresiasi kebijakan SBY menaikkan gaji guru. Menurut Dahlan, kenaikan gaji guru secara tak langsung telah meningkatkan kualitas pendidikan nasional. Sedangkan di bidang pertahanan keamanan, Anies Baswedan mengatakan bangga atas program revitalisasi alutista yang sudah dilakukan. "Kebijakan revitalisasi ini harus dilanjutkan hingga 2019 nanti."

Pelaksaan debat konvensi menjadi tambah "anyep" lantaran adanya larangan dari SBY agar penonton dan pendukung salah satu calon untuk tenang dan hemat dalam memberi tepuk tangan. Tepuk tangan hanya boleh dilakukan bila peserta selesai menyampaikan pandangan. (Baca: SBY Interupsi Debat Konvensi Saat Fan Teriak Keras)

SBY yang duduk di bangku VIP diapit Ani Yudhoyono dan Maftuh Basyuni, terlihat serius menyimak pemaparan setiap peserta. Sementara anaknya yang juga Sekretaris Jenderal, Edhie Baskoro Yudhoyono duduk tak setenang SBY. Ibas terlihat beberapa kali mengganti posisi duduknya, dan bahkan beberapa kali menekur dan meletakkan siku di lutut.

IRA GUSLINA SUFA

--

Aksesoris




Ahok

Sabtu, 26 April 2014 | 23:05 WIB

Putu Setia
Pada saat orang ramai mencari calon wakil presiden yang bermutu-seolah calon presiden yang ada sudah bermutu-saya menjagokan Wakil Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok. Bukan sebagai calon wakil presiden yang mendampingi Joko Widodo, Aburizal Bakrie, maupun Prabowo. Ahok sebagai presiden.
Bahwa ini di luar kebiasaan, itu sudah pasti. Presiden Indonesia, meski tak pernah ditulis dalam konstitusi, tentu "tak biasa" kalau bukan beragama Islam. Bahkan masih dianggap "kurang biasa" kalau bukan dari Jawa. Apalagi "jauh dari biasa" jika keturunan Tionghoa. Orang bisa berpidato bahwa tak ada lagi dikotomi Jawa dan luar Jawa, militer dan sipil, muslim dan nonmuslim, apalagi dikotomi usang: pribumi dan non-pribumi. Tapi itu masih semu.
Ahok sudah meninggalkan jauh-jauh dikotomi itu. Ia sudah jadi "manusia Indonesia" yang sebenarnya. Kamis pekan lalu, pada perayaan Paskah yang diadakan Pemerintah Provinsi DKI, Ahok berkata: "Kita ini masih beragama tapi tidak bertuhan." Alasannya? Kelakuan kebanyakan manusia Indonesia, apakah dia pejabat atau bukan, tidak sesuai dengan tuntunan agama. Kalau boleh saya perpanjang (dan menafsirkan), banyak orang sekarang tak lagi mengindahkan ajaran yang diwahyukan Tuhan, tetapi tetap bangga menyebut beragama. Korupsi merajalela, suap, dan kecurangan terjadi di mana-mana, tetapi label agama dengan bangga masih dipakai. "Ahok pemimpin yang Islami," tulis Akhmad Sahal, kandidat doktor di University of Pennsylvania Amerika, di Twitter.
Ahok memang ceplas-ceplos-tapi tidak haha hehe. Di hadapan umat Kristen, dia berkata ihwal sikap yang harus sejalan dengan agama. "Tapi kalau kelakuannya enggak Kristen, copot saja salibnya. Bikin saya malu. Atau KTP-nya dikosongkan saja," katanya. Maksud Ahok tak usah mencantumkan agama di KTP kalau perilaku tak sesuai dengan ajaran agama. Saya dua ribu persen setuju. Agama selama ini lebih sering dijadikan aksesoris belaka. Bukan dihayati.
Seperti jam tangan. Benda ini lebih hanya menjadi aksesoris, bukan sebagai pelengkap kebutuhan sehari-hari. Jam tangan yang mahal itu hanya untuk menambah percaya diri pemakainya-jadi, betapa mereka merasa hina tanpa jam tangan yang mahal. Dan Ahok pun jujur mengaku, jam tangannya berharga Rp 20 juta bermerek Tag Heuer. Ada yang lebih mahal, merek Richard Mille, dengan harga Rp 1,4 miliar. Astaga, tapi asli. Adapun Richard Mille yang palsu harganya cuma Rp 5 jutaan dan dipakai Jenderal Muldoko, Panglima TNI. Karena palsu, jam itu pun dibanting di depan wartawan. Nah, itulah aksesoris, bisa dibanting, ditanggalkan, dipakai lagi. Seperti orang beragama tapi bukan bertuhan.
Berapa harga jam tangan Anda? Sepuluh tahun lalu saya membeli arloji mahal, harganya Rp 150 ribu. Tapi sudah lima tahun saya tak lagi memakai jam tangan. Saya merasa tak perlu aksesoris yang bernama jam. Saya punya handphone, punya "tablet" yang memang berguna untuk sehari-hari. Semuanya ada penunjuk waktu. Di rumah, setiap ruangan ada jam dinding. Di mobil juga ada. Untuk apa lagi tangan harus digelayuti jam, padahal handphone yang ada jamnya tak pernah lepas di era keranjingan ber-Twitter ini.
Di dunia materialistis, orang mengejar aksesoris. Seorang istri pejabat dengan bangga memakai tas Hermes, ratusan juta harganya. Saking mahalnya, dia tak berani menitipkan tas itu kepada orang lain, takut hilang. Tapi dia rela menitipkan anaknya kepada pembantu. Ini satu ciri lagi manusia yang beragama tapi tidak bertuhan. Tas Hermes lebih berharga daripada anak sendiri. Ahok, mana Ahok?

--

And seem a saint, when most I play the devil.



Richard

Senin, 28 April 2014

Kini kita hidup dengan politik yang berubah: politik sebagai show business. Telah datang para pesohor yang cantik, tampan, wangi, merdu, bertubuh bagus, dan tak berkeringat. Mereka dipasang, atau memasang diri, sebagai orang-orang yang diharapkan dipilih dalam sebuah persaingan kekuasaan.
Televisi, di sebuah negeri di mana hampir tiap rumah punya pesawat penyebar informasi itu, mempertegas seni panggung ini. TV telah jadi medium yang menggantikan peran pesan; isi yang hendak disampaikannya tak penting lagi. The medium is the messageâ€"kalimat Marshall McLuhan setengah abad yang lalu itu kini punya gema baru. Tak penting agenda apa yang hendak diperjuangkan politikus/bintang dan bintang/politikus itu. Yang penting: nun di sana ada sosok audiovisual yang menarik.
Nun di sana…. Televisi telah membangun pentas politik dari jarak jauh; kata tele (dari kata Yunani Kuno, tèle) sangat penting diingat. Dalam kejauhan itu, yang tampil adalah ­"citra"â€"sebuah kata yang maknanya dideskripsikan dalam sajak Usmar Ismail (dan diberi melodi oleh komponis Cornel Simanjuntak) sebagai "bayangan". Dan tak cuma "bayangan"; citra selalu terkait dengan "kabut". Di kejauhan, yang gemerlap sama saja dengan yang tak jelas.
Sebab itu siapa yang melihat gerak-gerik seorang politikus sebagai "pencitraan" (artinya palsu) akan salah. Dalam kabut yang meliputi citra, kita tak akan pernah tahu mana yang asli. Pada akhirnya, orang harus percaya penuh atau orang harus curiga penuh. Kata "pencitraan" akhirnya jadi sebuah umpatan yang latah dan sia-sia.
Sebenarnya semua ini terjadi bukan dari titik nol. Hubungan politik dengan teaterâ€"dengan permainan peran dan penampilan diriâ€"punya sejarah yang panjang. Dari panggungnya di The Globe, di tepi Sungai Thames di akhir abad ke-16, Shakespeare telah mengungkapkan itu. Permainan kekuasaan ditentukan oleh kiat mengelabui dan pura-pura. Dalam Hamlet, sang pangeran menyiapkan pembalasan kematian ayahnya dan tak seorang pun tahu pasti, juga ia sendiri, apakah ia telah setengah sinting. Dalam Macbeth, sang panglima perang mengundang rajanya menginap di kastilnya untuk kemudian dibunuh di waktu tidur.
Dan tentu saja Richard III: di sini ambiguitas dalam agenda untuk berkuasa begitu jelas. Penampilan adalah pencitraan. Adik raja, Duke of Gloucester, yang kemudian bertakhta sebagai Richard III, berterus terang kepada penonton bagaimana ia tak berterus terang: dalam menjalankan perannya, "kedurjanaannya yang telanjang" ia tutupi dengan anjuran-anjuran lama yang ia curi dari sabda Tuhan. Ia mengakui bahwa ia menampakkan diri sebagai seorang suci ketika ia "memainkan peran iblis".
And thus I clothe my naked villainy
With odd old ends, stol'n out of holy writ;
And seem a saint, when most I play the devil.
Richard adalah aktor yang berlapis-lapis. Ia memainkan sebuah identitas di atas panggung, tapi ia juga memainkannya dengan kesadaran bahwa ia berperan di hadapan penonton. Dengan kata lain: ia "bersandiwara" untuk "tak bersandiwara". Dalam lakon ini, ia berpura-pura kepada para musuh dan korban-korbannya untuk memperdaya mereka, tapi sementara itu ia bersikap jujur kepada hadirin yang duduk dan berdiri di The Globeâ€"seakan-akan hendak meminta dukungan di dalam sebuah persekongkolan.
Ia muncul pertama kali dengan sebuah kabar yang optimistis: masa baru kerajaan telah datang, negeri memasuki akhir "musim dingin ketidakpuasan", the winter of our discontent. Matahari dinasti York mulai bersinar, setelah perang panjang, zaman damai terwujud, cinta dan persahabatan kembali. Tapi segera kabar gembira itu punya warna lain: di masa seperti itu, ia, seorang bangsawan tinggi yang seharusnya merayakan kemenangan, justru menyadari tubuhnya yang bungkuk dan burukâ€"dan ia mengeluh tak bisa ikut bergembira. Di bawah sinar matahari sehabis winter, yang ia lihat hanya bayangan tubuhnya, dan ia menyadari cacatnya sendiri.
Why, I in this weak piping time of peace,
Have no delight to pass away the time,
Unless to see my shadow in the sun
And descant on mine own deformity.
Tuluskah ia dalam keluhan itu? Tulus ataupun tidak, dengan itu ia memproyeksikan diri sebagai oknum di luar semuanya: di luar nasib baik, di luar tata krama, di luar ukuran moral sesama. Ia bertekad jadi jahat dan membenci hari-hari yang nyaman berleha-leha: I am determined to prove a villain/ And hate the idle pleasures of these days.
Dan ia pun membunuh; ia merayu; ia menipu. Dengan darah dingin. Licin, julig, penuh khianat. "…I am subtle, false, and treacherous…," demikian pengakuannya. Ia kawini putri seorang bangsawan yang suami dan ayahnya ia habisi. Setapak demi setapak ia naik sampai ke takhta, setelah membersihkan musuh-musuh politiknya.
Pencitraan Richard praktis dan cerdik. Ia tak tampanâ€"dan tak bisa tampil tampan karena ia bersua dengan orang lain bukan melalui televisi. Maka ia justru mengandalkan buruk tubuhnya. Protesnya kepada nasib memberinya alasan untuk bengis. Ia seorang korban takdir, dan sebagaimana umumnya orang yang merasa jadi korban, ia merasa berhak untuk membenci.
Bisa juga dikatakan: ia mengelabui orang yang hendak dimusuhinya. Ketika sosoknya yang "deformed, unfinish'd" dianggap tak berbahaya, ia membuktikan diri bisa mematuk seperti ular yang melata.
Richard III adalah sebuah tesis politik: pencitraan adalah ambiguitas terus-menerus. Orang membentuk identitasnya bersama kehadiran orang lain. Dengan beberapa lapis kabut.
Goenawan Mohamad

Indonesia Ekpor Sperma




Sabtu, 26/04/2014 14:54 WIB

Feby Dwi Sutianto - detikFinance

Jembrana - Saat ini kebutuhan daging sapi Indonesia masih dipenuhi impor. Sebagian besar impor datang dari Australia dan Selandia Baru.

Meski masih impor sapi bakalan, Indonesia melakukan ekspor untuk produk turunan sapi. Sejak 2 tahun lalu Indonesia telah mengekspor semen atau sperma sapi ke beberapa negara. Semen sapi ini masih dihasilkan dari sapi eksotik jenis Cimental, Brahman, hingga Limousin.

"Tahun 2012, kita declare swadembada semen beku. 2013 swasembada pejantan penghasil semen. Pada 2-3 tahun ke depan swasembada daging. Kita sekarang ekspor semen beku untuk sapi brahman, cimental, limousin. Itu sapi eksotik. Afganistan, Myanmar, Kirgiztan, Tajikistan, Kamboja dan Malaysia juga," kata Wakil Menteri Pertanian Rusman Heriawan saat launching sapi Bali di pejantan Bali di BPTU HPT Denpasar, Kabupaten Jembrana, Bali, Sabtu (26/4/2014).

Ekspor sperma beku dilakukan untuk jenis atau grade 3. Pemerintah tidak mengizinkan ekspor sperma beku kualitas 1 atau terbaik ke luar negeri.

"Semen beku yang diekspor itu grade 3. Yang terbaik digunakan di Indonesia supaya kita nggak kecolongan. Nanti ada bioterosim dan dia dikembangkan di luar," sebutnya.

Pengembangan dan ekspor sperma beku dilakukan sendiri di Balai Besar Inseminasi Buatan Singosari dan Balai Inseminasi Buatan Lembang milik Kementan. Ke depan, semen beku akan dilakukan untuk sapi lokal seperti sapi Bali.

"Segera kita ekspor semen lokal untuk sapi Bali," sebutnya.

Saya Siap Enggak Jadi Apa-apa


Dahlan: Saya Siap Enggak Jadi Apa-apa

KOMPAS.com/Yatimul Ainun

Minggu, 27 April 2014 | 15:02 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Kandidat Konvensi Calon Presiden Partai Demokrat Dahlan Iskan mengaku tetap optimistis menatap hasil konvensi. Ia menyatakan siap dengan keputusan apapun meski kenyataannya tidak menjadi pemenang dan tak diusung maju di Pemilu Presiden 2014.

"Saya siap jadi capres, jadi cawapres, dan siap enggak jadi apa-apa," kata Dahlan, di sela-sela debat kandidat konvensi, di Hotel Grand Sahid Jakarta, Minggu (27/4/2014).

Lebih jauh, Dahlan juga mengaku tak akan menjalin komunikasi politik dengan figur bakal capres yang dianggap kuat dan potensoal memenangkan pilpres. Dahlan baru akan melakukan langkah politik ketika ada perintah dari Partai Demokrat.

Saat dikonfirmasi mengenai adanya sejumlah figur atau partai di luar Demokrat yang mencoba melakukan komunikasi politik, Dahlan membantahnya. Ia ingin berkomitmen penuh pada pilihannya menjadi kandidat konvensi dan tak akan bermanuver tanpa instruksi partai. "Enggak akan (berkomunikasi dengan partai lain) kecuali kalau disuruh," ujarnya.

Penulis: Indra Akuntono
Editor: Erlangga Djumena

Jejak ......




Minggu, 27/04/2014 13:40 WIB

Jejak Panasnya Hubungan Prabowo-Wiranto di Masa Lalu

Elvan Dany Sutrisno - detikNews

Jakarta - Pertemuan Letjen (Purn) Prabowo Subianto dan Jenderal (Purn) Wiranto beberapa hari lalu bisa jadi merupakan sejarah baru. Kedua capres ini punya jejak hubungan panas di masa lalu. Akankah keduanya islah demi mengawal kepentingan bangsa?

Ayah Prabowo Subianto, Sumitro Djojohadikusumo mengungkap hubungan Prabowo-Wiranto dalam sebuah buku berjudul 'Jejak Perlawanan Begawan Pejuang, Sumitro Djojohadikusumo'. Buku yang diterbitkan pertama kali tahun 2000 silam ini berisi perjalanan hidup Sumitro, salah satunya tentang sosok anaknya yang jadi petinggi militer di era Soeharto, Prabowo Subianto.

Seperti dikutip detikcom dari buku Sumitro, Minggu (27/4/2013), begawan ekonomi itu mengisahkan sulitnya posisi Prabowo di akhir era kepemimpinan Presiden Soeharto. Sumitro mengisahkan Soeharto memendam prasangka buruk bahwa Prabowo bersama BJ Habibie bersekongkol untuk menumbangkannya. Cerita semacam ini jadi spekulasi panas di awal tahun 1998.

Cerita miring tersebut meluas dengan cepat, dijelaskan Sumitro dalam bukunya, di luar istana terdapat barisan perwira ABRI yang cemburu terhadap melejitnya karier Letjen Prabowo. Salah satu yang tidak lagi menyembunyikan rasa tidak sukanya terhadap Prabowo, disebutkan Sumitro, adalah Pangab Jenderal Wiranto.

Sumitro menyebut Wiranto tak menyia-nyiakan peluang untuk menghempaskan Prabowo. Dalam buku tersebut dituliskan bahwa sekitar 21 Mei 1998 Wiranto mengeluh kepada Soeharto mengenai pergerakan Prabowo. Mendengar keluhan itu, Soeharto pun menginstruksikan agar Prabowo dicopot dari kostrad.

Malam hari sebelum pengumuman, Prabowo menelepon ayahnya memberi tahu situasi sulit yang dihadapinya. "Saya dikhianati," kata Prabowo dalam buku autobiografi ayahnya ini. Prabowo kala itu sangat kecewa dengan perlakuan keluarga Cendana. Prabowo sempat menulis surat sebagai pembelaan, namun posisinya makin sulit.

Puncaknya tanggal 25 Mei 1998, Letjen Prabowo Subianto resmi dicopot dari Pangkostrad. Prabowo langsung dikirik ke Bandung menjadi Komandan Sesko ABRI. Tak lama setelah pemeriksaan Dewan Kehormatan Perwira (DKP), dijelaskan Sumitro, bahkan karier Prabowo diakhiri oleh Wiranto

Setelah kariernya di militer kandas, Prabowo akhirnya memutuskan untuk memilih menjadi pengusaha di luar negeri dan memilai hidup baru. Sebelum berangkat Prabowo sempat berpamitan ke Wiranto. Kala itu Wiranto berkomentar singkat. "Ya, sudah pergi saja ke luar, tak apa-apa. Jauhkan pikiran kamu dari Mahmil," kata Wiranto, dalam buku Sumitro.

Masih ada cerita selain itu. Tindakan pertama ABRI setelah Soeharto lengser adalah berusaha mengungkap kasus penculikan para aktivis pro demokrasi. Wiranto sebagai Pangab mengumumkan 7 oknum anggota Kopassus sebagai tersangka kasus penculikan. Banyak pihak memuji langkah Wiranto kala itu. Wiranto lantas membentuk Dewan Kehormatan Perwira yang diketuai KSAD Jenderal Subagyo HS. DKP ini kemudian yang memeriksa Letjen Prabowo Subianto, Mayjen Muchdi PR, dan Kolonel Chairawan. Hasilnya, Prabowo Subianto diberhentikan dengan hormat dari ABRI.

Sementara itu Muchdi PR dan Chairawan dibebaskan dari semua tugas dan jabatan struktural di ABRI. Mereka terkena sanksi sehubungan kasus penculikan yang dilakukan oleh Tim Mawar antara bulan Februari 1998 sampai Maret 1998.Tercatat belasan aktivis pro demokrasi diculik, tiga di antaranya dapat meloloskan diri yakni Desmond Mahesa, Pius Lustrilanang, dan Nezar Patria. Kasus orang hilang hingga kini belum tuntas, di depan DKP Prabowo mengungkapkan mengenai daftar sembilan aktivis yang harus diculik yang ia dapat dari atasannya. Kala itu Prabowo menegaskan kesembilan orang itu menjadi tanggungjawabnya dan telah ia lepaskan serta semuanya masih hidup. Setelah itu pengusutan kasu spenculikan berhenti.

Dalam bukunya Sumitro masih bicara panjang lebar soal hubungan Prabowo-Wiranto. Dengan jejak hubungan panas di masa lalu mungkinkah Prabowo-Wiranto islah dan berada di satu kubu di Pilpres 2014?

Tentu saja persoalan masa lalu sudah mulai dilupakan, Prabowo dan Wiranto sudah bertemu beberapa hari lalu. Menurut Ketua DPP Gerindra Pius Lustrilanang, dalam politik tidak ada teman ataupun lawan yang abadi, demi kepentingan bangsa yang lebih besar.

lelucon




Anggota DPR

Ada orang desa yang terpilih menjadi anggota DPR . Orang tersebut mendatangi seorang Kyai dikampungnya dengan mobil mewah dan disertai dengan supir serta ajudannya.

Ang. DPR : Pak Kyai, hebat mana saya dengan pak lurah?
Pak Kyai : Yaa jelas hebatan anggota DPR , gaji 1 banding 1000

Ang. DPR : (Tersenyum bangga lalu bertanya) Kalau dengan Bupati pak Kyai?
Pak Kyai : Yaa masih hebat DPR, punya kewenangan menentukan anggaran.

Ang. DPR : Kalau dengan menteri Kyai?
Pak Kyai : Yaa.. masih hebatan DPR, menteri takut dengan DPR

Ang. DPR : (Tersenyum sambil berkata) Betul..Betul.. Kalau dengan presiden, Kyai?
Pak Kyai : Yaa.. masih heba DPR, presiden juga takut sama DPR

Ang. DPR: Lha, kalau dengan Nabi, gimana pak Kyai?
Pak Kyai : (Terdiam sejenak sambil berfikir, lalu berkata) Yaa.. masih hebat DPR.

Ang. DPR : Kok bisa? pak Kyai ada-ada saja (sambil tersenyum bangga)
Pak Kyai : Nabi masih takut sama Tuhan! Kalau DRP sudah nggak takut lagi sama Tuhan!!!

4.26.2014

ps



Prabowo Subianto: Jokowi Figur Pemimpin Sebenarnya
OPINI | 17 March 2014 | 18:57 Dibaca: 3079 Komentar: 76 27
Jokowi effect memang dahsyat. Seperti telah diprediksi oleh Direktur Eksekutif Pol-Tracking Institute, Hanta Yudha, figure Jokowi mampu mempengaruhi peta politik Indonesia. Terbukti, setelah resmi dideklarasikan sebagai capres oleh PDIP, lawan-lawan politik menjadikan Jokowi sebagai musuh bersama. Pokoknya asal bukan Jokowi, titik.

Tak ketinggalan "Sang Jenderal" Prabowo Subianto yang selama ini berdiri kokoh dibelakang Jokowi-Ahok pun ikut terkejut dan panik. Seperti tak siap menghadapi Jokowi, "Sang Jenderal" pun berbalik arah. Sindir sana sindir sini. Lebay layaknya seorang yang sedang galau. Takut kalah sebelum berangkat ke medan perang. Wajah ramah yang biasanya murah senyum pun berubah menjadi "sangar dan garang".

Jokowi Figur Pemimpin Sejati

Sebagai pengagum Jokowi, saya selalu berusaha mempunyai buku-buku tentang Jokowi. Tujuannya, selain untuk mengenal lebih dekat lagi juga agar bisa mengambil sisi positif untuk inspirasi Dan salah satu buku yang saya suka adalah "Jokowi Spirit Bantaran Kali Anyar".

Ada hal yang menarik dari buku tersebut yaitu adanya pengantar dari Megawati Soekarnoputri dan Prabowo Subianto. Jika isi pengantar dari Megawati, sering disampaikan oleh Jokowi di berbagai forum layaknya "stand up comedy" karena memang banyak hal lucu yang dikenang oleh Megawati tentang sosok Jokowi.

Maka isi pengantar dari Prabowo adalah tentang kekagumannya pada sosok Jokowi. Dalam buku tersebut tergambar dengan jelas bahwa Prabowo secara terbuka mengakui kehebatan Jokowi sebagai figure pemimpin sejati.

Menurut Prabowo, masalah utama bangsa Indonesia adalah sulitnya mewujudkan pemerintahan yang bersih, efektif dan efisien. Untuk mewujudkannya dibutuhkan figure pemimpin yang kuat dan didukung oleh rakyat. Dan Jokowi memenuhi kriteria yang diinginkan oleh Prabowo.

Prabowo juga mengakui kehebatan Jokowi yang mampu memenangkan Pilkada Solo dengan jumlah suara mencapai 91%. Kemenangan yang fantastis dan fenomenal karena diraih tanpa melakukan kampanye. Tentu kemenangan yang luar biasa tersebut tidak akan tercapai jika rakyat Solo tidak puas dengan kinerja dan rekam jejak Jokowi.

Menurut pandangan Prabowo, rekam jejak Jokowi sangat bagus. Jokowi telah menorehkan banyak prestasi. Di bawah kepemimpinan Jokowi, Solo berkembang sangat pesat menjadi kota jasa dan budaya. Jokowi adalah pemimpin otentik yang melayani rakyat. Di mana pun berada Jokowi akan tetap menjadi pemimpin yang melayani warganya.

Keberhasilan Jokowi merelokasi ribuan PKL sudah bukan rahasia lagi. Prabowo menyebutnya sebagai "pendekatan manusiawi". Jokowi juga dikenal dekat dengan pedagang pasar tradisional. Karenanya, di mana pun berada program revitalisasi pasar tradisional selalu menjadi prioritas Jokowi.

Selain itu, Prabowo juga mengagumi Jokowi karena mampu membawa Solo ke pentas dunia dengan bergabung di "World Heritage Cities Conference" (WHCC) dan menjadikan Solo sebagai tuan rumah konferensi WHCC ke-3. Atas kerja kerasnya tersebut, Jokowi telah menerima banyak penghargaan.

Tempo pernah menempatkan Jokowi sebagai "Tokoh Paling Berpengaruh" tahun 2008. Lalu, tahun 2010, Jokowi menerima penghargaan Bung Hatta Anti-Corruption Award (BHACA). Jokowi juga sukses menempatkan Solo menjadi "Kota Paling Bersih dari Korupsi" versi Transparency International Indonesia (TII). Tahun 2011, Jokowi menerima pengharagaan dari pemerintah Indonesia sebagai "Walikota Terbaik Se-Indonesia". Dan puncaknya, pada tahun 2012, Jokowi terpilih menjadi "Walikota Terbaik ke-3 Dunia" versi worldmayor.

Berdasarkan rekam jejak dan prestasi yang cemerlang, Prabowo mengakui bahwa Jokowi adalah sosok pemimpin yang mumpuni. Jokowi telah memberikan harapan baru bagi seluruh rakyat Indonesia. Karenanya, Prabowo berharap akan muncul sosok-sosok pemimpin seperti Jokowi dan bahkan lebih hebat dari Jokowi. Kalo sosok-sosok seperti Jokowi sudah banyak dimiliki oleh Indonesia maka masa depan Bangsa Indonesia yang gemilang pasti bisa dicapai.

Sumber Tulisan:

Pengantar dari Prabowo Subianto: "Joko Widodo Figur Pemimpin yang Sebenarnya"

menurut faisal basri



Subsidi BBM Ancaman Utama bagi Perekonomian

Posted on April 20, 2014 by faisal basri
Bahan bakar minyak tidak lagi sebatas membelenggu, merusak postur, dan menambah ketidakpastian APBN, melainkan telah pula merongrong akun lancar (current account), membuat semu tingkat laju inflasi, memiuh perkembangan sektor-sektor dalam perekonomian, menghambat diversifikasi energi yang ramah lingkungan, memicu penyelundupan BBM, melahirkan kebijakan-kebijakan yang semakin tak rasional, dan yang lebih mendasar lagi mengiris-iris rasa keadilan. Pendek kata, subsidi BBM sudah menjelma jadi tumor ganas bagi perekonomian.

Sudah puluhan tahun perencanaan APBN porak poranda akibat fluktuasi harga minyak dunia dan prakiraan konsumsi BBM bersubsidi yang hampir selalu meleset sehingga besaran subsidi BBM kerap mengalami perubahan cukup besar. Kemelesetan semakin besar akibat fluktuasi nilai tukar rupiah terhadap dollar AS.

Ambil contoh pada tahun 2011. Pagu indikatif yang dihitung Kementerian Keuangan untuk subsidi BBM sebesar Rp 109,1 triliun. Pada RAPBN 2011 tercantum Rp 92,8 triliun, lalu ditetapkan dalam APBN sebesar Rp 95,9 triliun. Karena sedari awal tidak realistis, pemerintah mengajukan RAPBN Perubahan dengan mencantumkan kenaikan subsidi BBM sebesar 31 persen menjadi Rp 125,3 triliun. Kesepakatan akhir pemerintah dan DPR sebesar Rp 122,0 triliun sebagaimana tercantum dalam APBN-P 2011.

Sudah dikoreksi sedemikian besar, ternyata realisasinya—berdasarkan Laporan Keuangan Pemerintah Pusat yang dikeluarkan oleh Badan Pemeriksa Keuangan—melonjak lebih tinggi lagi sebesar 35 persen menjadi Rp 165,2 triliun. Kalau dibandingkan dengan pagu indikatif, berarti realisasinya melonjak sebesar 51 persen. Jika dibandingkan dengan APBN, peningkatannya sebesar 72 persen.

Kemencengan antara realisasi dan APBN lebih parah pada 2010, masing-masing Rp 82,4 triliun dan 26,3 triliun atau pelonjakan sebesar 213 persen. Tahun 2012 juga masih cukup besar, yaitu 71 persen (APBN Rp 124 triliun dan realisasi Rp 212 triliun).

Lebih mengerikan lagi kalau membandingkan realisasi subsidi BBM tahun 2013 dengan yang tercantum dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM). Pada RPJM 2009-2014 tercantum subsidi BBM untuk 2013 hanya Rp 51,1 triliun. Adapun realisasi subsidi BBM tahun 2013 sekitar Rp 210 triliun. Jika ditambah dengan subsidi BBM yang belum dibayar pemerintah sebesar 40 triliun, berarti pelonjakannya sudah hampir lima kali lipat.

Jika subsidi BBM melonjak, subsidi listrik otomatis membengkak. APBN 2014 mengalokasikan dana subsidi BBM sebesar Rp 211 triliun. Dalam laporan terbarunya, Bank Dunia memperkirakan realisasi subsidi BBM akan mencapai Rp 267 triliun. Akibatnya, subsidi listrik pun diperkirakan membengkak dari smula Rp 71 triliun menjadi Rp 103 triliun. Dengan demikian, subsidi keduanya menjadi Rp 370 triliun atau 30 persen dari penerimaan pajak.

Sementara itu, pemerintah pusat wajib mengalokasikan sekitar Rp 586 triliun untuk daerah (48 persen dari penerimaan pajak). Gaji dan belanja barang Rp 445 triliun (37 persen). Jadi, untuk subsidi BBM dan listrik, transfer ke daerah, serta gaji dan belanja barang sudah tersedot Rp 1.401 triliun, padahal penerimaan pajak hanya Rp 1.216 triliun.

Pemerintah semakin kerepotan karena kenaikan subsidi BBM otomatis menaikkan pos belanja lainnya sehingga memperbesar volume APBN. Akibatnya, sejumlah anggaran wajib yang besarnya dipatok ke APBN juga otomatis harus dinaikkan, seperti untuk anggaran pendidikan (20 persen dari APBN), anggaran kesehatan (5 persen dari APBN). Kenaikan beberapa pos anggaran wajib itu ditetapkan pada pertengahan tahun ketika membahas APBN-P. Bisa dibayangkan betapa singkat proses perencanaannya, sehingga rawan disalahgunakan.

Di pihak lain, penerimaan pemerintah dari pajak jarang melampaui target APBN. Maka pemerintah hanya memiliki dua pilihan. Pertama, memotong anggaran rutin dengan melakukan penghematan pukul rata dan memotong belanja modal. Kedua, menambah utang, baik utang luar negeri langsung maupun menerbitkan surat utang.

Tetapi, penambahan utang bukannya untuk meningkatkan belanja modal membangun infrastruktur, melainkan mendorong konsumerisme, menyumpal lubang yang kian dalam akibat subsidi BBM yang terus membengkak. Tak jarang pula belanja modal dikorbankan. Namun, yang paling ironis, yang paling mudah dikorbankan adalah anggaran untuk bantuan sosial, karena sifatnya yang diskresioner (tidak mengikat).

Sudah sangat mendesak untuk merombak total cara penyusunan APBN. Dimulai dengan meminimalkan faktor-faktor yang paling sensitif terhadap perubahan besaran APBN. Dan itu adalah subsidi BBM.

Kalau Presiden Susilo Bambang Yudhoyono kestria dan negarawan, ia harus membayar dosa tiga kali menurunkan harga BBM dalam rentang waktu yang sangat singkat menjelang pemilu 2009, yaitu dengan menaikkan harga BBM sesegera mungkin, paling lambat pada Juni tahun ini.

Lalu, membangun kesepakatan dengan DPR untuk mematok besaran subsidi sehingga tidak kerap berubah dan membuka ruang bagi penyesuaian harga BBM bersubsidi secara berkala dengan besaran kenaikan yang tipis.

Tanpa melakukan pembaruan total terhadap kebijakan energi nasional dan subsidi BBM , setidaknya membentuk kerangka dasarnya terlebih dahulu dalam sisa waktu pemerintahan sekarang, sama saja dengan mewariskan bom waktu kepada pemerintahan mendatang, suatu sikap yang tidak kestaria.

[Dimuat di Kompas, Senin, 21 April 2014, halaman 15]