12.25.2011

Enak

12.22.2011

Lemot


Kawans,
Akhir-akhir ini banyak sekali yang
mengeluh, lemooot, jaringan error...
Coba periksa komputer anda barangkali
gangguan ada pada komputer anda sendiri..
Cobalah periksa dengan seksama..
Selamat malam, dan selamat beristirahat
May God always bless u all.
Amin. —
---
Sent by WhatsApp

Sent from Samsung Mobile

12.19.2011

12.15.2011

Buku tentang simbah panutan

Lagi, Buku Bertema Sosok Soeharto
Pahlawan Diluncurkan
Ramadhian Fadillah : detikNews
detikcom - Jakarta, Di sela-sela bedah buku 'Pak
Harto The Untold Story' dibagikan pula buku
berjudul 'The Silence Majority, Pak Harto
Pahlawan Indonesia (Reaksi Bloger Mania dalam
Komentar Berita). Sesuai judulnya, isinya
mengupas komentar para bloger dan komentar di
beberapa situs berita online soal pemberitaan
seputar Pak Harto di era sekarang.
Hampir semua komentar-komentar bloger dan
komentar dalam buku ini memuji dan
merindukan sosok Soeharto.
Buku setebal 123 halaman ini diterbitkan oleh
Public Policy Institute (PPI). Editornya Abdul
Rohman. Diterbitkan tahun 2011. Diberikan
gratis saat bedah buku di Gramedia Matraman,
Jakarta, Sabtu (19/11/2011).
Ada 3 bagian dalam buku ini. Bagian I mengupas
tanggapan blogger terhadap hasil survei. Buku ini
memuat berita di sebuah media online soal
survei Indobarometer tertanggal 16 Mei 2011.
Dalam survei itu Soeharto menjadi presiden yang
paling disukai rakyat (36,50 persen), disusul SBY
(20,90 persen), Soekarno (9,80 persen). Lalu
Megawati (9,20 persen), BJ Habibie (4,40 persen),
dan Abdurahman Wahid (4,30 persen).
"Still Love Pak Harto (alm), then SBY," tulis bloger
bernama Aldelender Alde.
Bagian II memuat tanggapan soal berita-berita di
media seputar buku 'Pak Harto The Untold Story'.
Buku yang dibedah hari ini sebelumnya telah
dilaunching di TMII beberapa bulan lalu. Isinya
komentar beberapa tokoh soal Soeharto.
Beberapa tulisan soal buku ini telah dimuat di
detikcom.
"Gw setuju banget. Gw nyesel dulu ikut demo
mati-matian di DPR/MPR jaman reformasi
(mending dulu kita rubuhin aja tu gedung
sekalian).. Ya memang kita meruntuhkan orde
baru tapi kita memulai orde super korup.
Korupnya lebih parah dari jaman Pak Harto dah,"
tulis bloger Fairplay.
Bagian III memuat seputar kontroversi Gelar
Pahlawan Untuk Soeharto. Lagi-lagi dimuat
komentar para bloger yang memandang
pemberian gelar pahlawan untuk Soeharto sangat
pantas.
Kabul Yp menulis "Bapak Soeharto layak
dinobatkan pahlawan nasional dia pejuang di
masa penjajahan, pemimpin bangsa yang
disegani di Asia dan dunia. Peduli dengan rakyat
kecil, swasembada bahan pokok, pendidikan
murah, pemimpin kharismatik."
Buku ini seolah melengkapi buku 'Pak Harto The
Untold Stories' yang isinya memuji sosok
humanis Soeharto. Kontroversi soal sosok
Soeharto memang tak pernah selesai.

---
Sent by WhatsApp

Sent from Samsung Mobile

Nyepeda

12.13.2011

Sudro

12.12.2011

12.11.2011

12.09.2011

Bakso

momen cantik guys, jangan lewatkan —

Sop Saudara.........(daging plus jerohan) lokasi di perak, sebelah KPLP

oh jejaka


---------------
Oh Jejaka - Uci bing slamet

Siapa dia, jejaka pencuri hatiku
Siapa dia, jejaka pengusik kalbuku
Membuat diriku rasa tak menentu
Aku tak tahu, tak tahu....

Tutur dan kata
menambah pesona dirinya
Senyum dan tawa
selalu menghias bibirnya
Membuat diriku rasa tak menentu
Aku tak tahu, tak tahu...

Reff.
Oh jejaka...oh jejaka...
adakah tempat bagiku
di sisi hatimu
Oh jejaka...oh jejaka...
bila kau datang padaku
bersama cintaku

--

Sop Konro........(tulang iga)

emprit kaji

12.06.2011

12.05.2011

12.04.2011

habis mbah. terbit lah jeng

Habis Mbah, Terbitlah
Jeng
| Tri Wahono | Dibaca : 5293 kali
Minggu, 4 Desember 2011 | 14:48 PM
Jeng Kenny berada di ruang praktiknya di
kawasan Pamulang, Tangerang Selatan,
Banten, Rabu (30/11/2011).
Photo: KOMPAS/ TOTOK WIJAYANTO
Oleh Budi Suwarna & Sarie
Febriane
KOMPAS.com — Inilah
fenomena dunia
penyembuhan alternatif-
supranatural di era konsumsi
seperti saat ini. Dulu,
penyembuh identik dengan
orang tua yang disebut mbah.
Kini, para jeng unjuk diri di
radio dan televisi.
Suasana di Klinik Jeng Ana di
Jalan Kalibata Timur, Jakarta
Selatan, pada Kamis
(1/12/2011) siang sangat
sibuk. Empat kru Jak TV
tampak mengabadikan hampir
semua sudut klinik dan
mewawancarai beberapa
pasien yang memberi
kesaksian tentang keampuhan
pengobatan Jeng Ana. Tidak
ketinggalan, gambar Jeng Ana
sedang mengobati pasiennya
diambil secara lengkap.
Ya, sejak tujuh tahun lalu Jeng
Ana rajin muncul di acara
pengobatan alternatif di
televisi. Jadwal shooting-nya
kini padat. Senin pagi, Jeng
Ana tampil di Bali TV, Jumat
hingga Sabtu dia tampil
berturut-turut di Jak TV. Jumat
siang, dia siaran di TVRI
Stasiun Jawa Barat dan Sabtu
di TVRI Stasiun Riau. Jeng Ana
juga pernah muncul di MNCTV
(dulu TPI), O'Channel, dan
TVRI Pusat. Selain itu, dia juga
mengisi siaran pengobatan
alternatif di beberapa stasiun
radio di Jakarta, seperti Radio
Kamajaya, Pop FM, dan Safari.
Suami Jeng Ana, Suprayitno,
mengatakan, untuk membeli
jam tayang di televisi, Jeng
Ana mengeluarkan dana Rp 30
juta-Rp 50 juta setiap minggu.
Selain itu, dia juga membayar
presenter khusus Rp 5 juta
sekali siaran. "Jeng Ana itu
maunya eksklusif, makanya
presenter yang memandu
acaranya pun harus eksklusif,"
ujar Suprayitno.
Ada lagi pengeluaran
tambahan, yakni kostum
untuk tampil di televisi.
Menurut Suprayitno, biaya
untuk kostum mencapai Rp 30
juta setiap bulan. Dana relatif
besar yang dikeluarkan Jeng
Ana tampaknya sebanding
dengan hasilnya. Boleh dikata,
popularitas Jeng Ana kini tidak
kalah dibandingkan dengan
artis sinetron. Wajahnya akrab
di mata, tutur kata halusnya
terngiang terus di telinga, dan
citranya sebagai Ratu Herbal
Indonesia menancap kuat
dalam ingatan publik.
Pergaulannya pun
membentang luas hingga
kalangan atas. Ketika Jeng Ana
meresmikan klinik baru dan
salon spanya di Kalibata
Timur, tamu yang datang
mulai dari jenderal hingga
artis, seperti Roy Marten dan
Rhoma Irama. Semuanya
berdiri berdampingan dengan
Jeng Ana dan memberi
kesaksian. Momen itu
kemudian disebar lewat
televisi.
Buat Jeng Ana, siaran di
televisi hanyalah salah satu
strategi pemasarannya. "Kami
bukannya ingin mencari
pasien sebanyak mungkin.
Kami hanya ingin
memperkenalkan diri agar
bisa menolong lebih banyak
orang," ujar Jeng Ana yang
selalu berjilbab rapi, tampil
modis, dan senang
menunggang mobil Alphard.
Dia juga sangat
memperhatikan penataan
kliniknya. Memasuki klinik Jeng
Ana di Kalibata Timur, Kamis
(1/12/2011), kita seperti
memasuki klinik dokter yang
telah mapan. Ruang tunggu
ditata rapi, modern, bersih,
dan wangi. Susunan herbal
dikemas dan dipajang secara
artistik. Tidak ada suasana
mistis sama sekali.
Itu sebabnya berbagai
kalangan tanpa sungkan
datang ke klinik ini. Setiap
Sabtu dan Minggu ratusan
pasien antre di klinik Jeng Ana
di Kalibata untuk berobat.
Sebagian datang dengan
mobil mewah. Hal yang sama,
kata Jeng Ana, juga terjadi
setiap dia praktik di Bandung,
Pekanbaru, Tangerang, dan
Bali.
Ini bisnis besar. Bayangkan,
setiap pasien Jeng Ana rata-
rata membayar Rp 1 juta
hingga Rp 5 juta untuk
berobat dan membawa
pulang herbal racikan Jeng
Ana yang diklaim ampuh
mengobati penyakit apa pun,
terutama kanker.
Merek dagang
Gambaran tentang
penyembuh alternatif-
supranatural yang modern,
modis, dan dandan juga ada
pada sosok Jeng Kenny (57).
Ketika ditemui, Rabu
(30/11/2011), di Pamulang,
Banten, Jeng Kenny bersolek,
mengenakan kerudung, dan
kaftan modis yang penuh
dengan manik. Hal yang sama
terlihat pada sosok Jeng Nur
Hikmah yang membuka
praktik pengobatan
supranatural di Perumnas
Klender, Jakarta Timur. Dia
berjilbab rapi dan
mengenakan baju kurung.
Meski begitu, aroma magis
tetap mereka pertahankan di
ruang praktik. Di dinding
ruang praktik Jeng Kenny yang
tertutup dan bercahaya
temaram terpampang gambar
sosok yang disebut sebagai
Nyi Roro Kidul dalam ukuran
besar. Di dinding ruang
praktik Jeng Nur terpasang
tulisan Arab, simbol-simbol,
dan dua bilah keris. Di meja
tertata rapi majalah mistik
dengan sampul depan
bergambar Jeng Nur dalam
balutan kebaya dan rambut
disanggul.
Di ruang praktik tertutup
itulah Jeng Kenny dan Jeng
Nur mengobati penyakit
pasien, terutama yang bersifat
nonmedis. Jeng Nur mengaku
spesialisasinya adalah
mengurus persoalan rumah
tangga, seperti
perselingkuhan. Dari
pengalamannya, persoalan ini
semakin parah dari tahun ke
tahun. Laki-laki dan
perempuan zaman sekarang
sama getolnya dalam urusan
selingkuh.
Metode pengobatan Jeng Nur
dan Jeng Kenny sama-sama
mengandalkan doa. Mereka
menempatkan diri sekadar
sebagai perantara saja.
"Semua pengobatan
supranatural semacam ini
sama saja, pasti
mengandalkan doa," ujar Jeng
Nur dengan suara lembut.
Kesamaan lainnya, mereka
mengaku mendapatkan
kemampuan mengobati orang
lewat laku spiritual yang
rumit. Selain itu, mereka juga
sama-sama lebih nyaman
dengan sebutan jeng.
Mengapa? Jeng Nur
menggunakan sebutan jeng
sekadar untuk menunjukkan
dia orang Jawa dan keturunan
priayi. Sementara itu, Jeng Ana
mengatakan, sebutan jeng
dalam tradisi Jawa biasanya
dilekatkan pada anak muda
yang memiliki kemampuan
mengobati orang.
Apa kalau sudah tua tetap
menggunakan sebutan jeng?
Jeng Ana tertawa mendengar
pertanyaan itu. "Sampai kapan
pun saya tetap gunakan
sebutan Jeng Ana karena itu
sudah jadi merek dagang
saya," katanya.
Ya, inilah para jeng
penyembuh di era konsumsi
yang sadar benar seluk-beluk
pencitraan dan pemasaran.
Sumber : Kompas Cetak

Sent from Samsung Mobile

sabak

Fwd: sate

adi wisaksono

---------- Forwarded message ----------
From: "adi wisaksono" <superhampala@gmail.com>
Date: Dec 4, 2011 7:07 PM
Subject: sate
To: "tip88" <TIP88@yahoogroups.com>

bagi penggemar sate tentu akan dapat
mebedakan salah satu jenis sate yang
menegklaim sebagai sate ayam Ponorogo,
selain satenya sendiri yang enak krn daging
yang dibakar tidak menyisakan rasa
bakarannya tapi masih terasa dagingnya,
juga bumbu kacang yang menyertai sate ini
juga sangat halus sehingga benar2 pas
paduannya..
sate yang enak ini dpt ditemui di Jl. Pucang
Anom 47, Surabaya

Sent from Samsung Mobile

12.03.2011

kue ultah

Sent from Samsung Mobile

12.02.2011